Feromon Exi untuk Kendalikan Ulat Bawang Merah

Feromon Exi untuk Kendalikan Ulat Bawang Merah

Hama ulat bawang merupakan hama endemik di sentra produksi. Hama ulat bawang sampai saat ini masih menjadi momok bagi petani bawang merah di Indonesia. Tidak heran jika petani bersedia menyediakan biaya yang cukup besar untuk mengendalikan hama ulat.

Spodoptera exigua - bawang merahSampai saat ini kebiasaan petani dalam mengendalikan hama ulat bawang (Spodoptera exigua) menggunakan insektisida hingga 15-17 kali penyemprotan selama satu musim tanam dengan total biaya untuk insektisida mencapai Rp 5 juta/ha. Petani biasanya menambah biaya dengan penggunaan perangkap lampu yang membutuhkan biaya sekitar 1-2 juta/ha/musim.

Feromon merupakan senyawa yang diproduksi dan dilepas serangga untuk memikat serangga lawan jenisnya karena adanya tanggaoan fisiologi tertentu. Zat ini berasal dari kelenjar endoktrin, berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat dikenali individu lain yang sejenis (satu spesies).

bawang merah feromon exiPenggunaan Feromon Exi pada tanaman bawang merah merupakan terobosan teknologi yang mudah dan murah dala mengendalikan ulat bawang (Spodoptera exigua). Penggunaan feromon Exi dapat menekan penggunaan insektisida hingga Rp 4 juta/musim tanam.

Penggunaan feromon exi mengurangi penyemprotan insektisida cukup dilakukan 3 kali saja (untuk mengendalikan ulat bawang) dan 3 kali (untuk mengendalikan gerandong), dan tidak diperlukan lagi biaya lampu perangkap.

feromon exi bawang merahKelebihan menggunakan Feromon Exi antara lain murah dan ramah lingkungan, tidak beracun dan tidak meninggalkan residu, bersifat selektif untuk spesies hama tertentu saja, tidak membunuh musuh alami. Selain itu dapat menekan populasi hama secara nyata, menghemat biaya dalam mengendalikan OPT yang menggunakan insektisida, produk aman dikonsumsi, dan mudah diterapkan.

 

Penggunaan dan Aplikasi Feromon Exi

Langkah penyiapan feromon exi:

  1. Menyiapkan alat dan bahan untuk merakit seperangkat feromon exi.
  2. Alatnya antaralain gergaji, tang jepit, bor, paku, lilin, korek api, pisau/golok, pisau cutter atau lainnya yang tajam, sendok takar dan alat pengaduk.
  3. Bahannya antara lain keler plastik (toples), bambu, air, sabun, kawal tali tembaga, kapsul untuk menyimpan foromon exi.
  4. Pilih bambu untuk menopang/tempat menggantungkan seperangkat feromon exi. Caranya dengan memotong bambu, panjang 1-1,5 meter lalu belah menjadi 4-5 bagian. Belahan dirapihkan menggunakan golok agar tidak membahayakan pada saat dibawa.
  5. Bambu yang sudah dibelah dilubangi menggunakan bor/paku bagian ujung atasnya. Lubang tersebut untuk mengaitkan kawat tempat keler/toples plastik
  6. Di dalam toples, digantungkan karet atraktan Feromon-Exi dan diberikan air dibagian dasar stoples.
  7. Perangkap toples ditempatkan pada areal tanaman bawang merah, berjarak 15 m, pada ketinggian 40 cm di atas permukaan tanah.

 

Memasang Feromon Axi

pemasangan feromon exi bawang merahMemasang feromon axi pada kawat gunakan lapisan plastik agar tidak merusak fungsi dari aroma khas feromonnya. Masukan feromon axi pada toples dan masukan air sabun kira-kira sepertiga bagian dari toples. Tutup toples dan pasang kembali sehingga siap untuk ditancapkan ke dalam tanah secara miring hingga ketinggan toples dengan tanah kurang lebih 30-40 cm dari petakan tanaman bawang merah.

Perangkap Feromon-Exi untuk pemasangan individu diperlukan sekitar 20 perangkap per hektar. Jika pemasangan secara bersama-sama pada satu hamparan, jumlah perangkap Feromon-Exi cukup 12 perangkap per hektar.

pemasangan feromon exiSerangga Spodoptera exigua jantan akan terpikat mendatangi perangkap dan terperangkap di air di dasar stoples. Petani dapat memeriksa serangga Spodoptera exigua yang tertangkap dengan mudah setiap saat dan mengganti air di dalam stoples.

Setelah dipasang jangan lupa untuk melakukan pengamatan perangkap setiap hari. Hal ini untuk mengetahui perkembangan tanaman dan perangkap apakah masih berfungsi atau tidak. Bila tangkapan banyak, secepatnya diambil dan bila kehabisa air karena penguapan segera tambah/ganti.

Sumber: Sinar Tani dan tambahan beberapa referensi tambahan
Begini Cara Membuat Pupuk Organik dari Sampah Dapur

Begini Cara Membuat Pupuk Organik dari Sampah Dapur

Pupuk organik saat ini sudah menjadi kebutuhan utama bagi para praktisi petani perkotaan (urban farmer).  Apalagi dengan perkembangan pertanian hidroponik di perkotaan.  Masyarakat perkotaan kini punya pilihan untuk bisa menggunakan pupuk kimiawi atau pupuk organik.

Penggunaan pupuk organik belakangan digemari karena ramah lingkungan, mempunyai kandungan hara yang lengap meski kandungannya lebih sedikit dengan pupuk an-organik (kimiawi).  Terlebih utama pupuk organik dapat dibuat dari sampah-sampah dapur yang sudah pasti di produksi setiap hari yang sangat sayang jika dibuang begitu saja.

Cara Membuat Pupuk OrganikSampah dapur terdiri dari sisa-sisa sayuran dan buah-buahan yang jika olah dengan tepat bisa dijadikan pupuk organik baik pupuk organik padat maupun pupuk organik cair.  Pupuk organik ini dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman hias di pekarangan atau tanaman buah dalam pot (tabulampot).

Cara Membuat Pupuk Organik Cair

Untuk memproduksi pupuk organik, bahan dan alat yang dipakai adalah sebagai berikut:

  1. Ember atau tong tempat untuk membuat kompos cair
  2. EM4 atau dekomposter lainnya yang tersedia dipasaran
  3. Air cucian beras, atau air sumur dan bukan air ledeng karena air ledeng banyak mengandung kaporit.
  4. Terasi atau molase

Langkah-langkah untuk memproduksi pupuk organik adalah sebagai berikut:

  1. Mengumpulkan dan memisahkan antara sampah organik dan non-organik.   Sampah organik contohnya adalah sampah yang berasal dari tanaman dan hewan seperti sisa-sisa sayuran, buah-buahan, nasi bekas, sisa-sisa daging, air cucian beras.  Sedangkan sampahan-organik seperti kertas, plastik, sisa botol minuman, kain, dll.
  2. Sampah organik yang akan digunakan untuk membuat kompos adalah sampah-sampah mentah yang belum mengalami proses “dimasak”.
  3. Cincanglah sampah-sampah organik tesebut dengan ukuran kecil antara 1-2 cm, kemudian masukan ke dalam ember atau tong.
  4. Setelah memasukan bahan-bahan organik, masukan air kurang lebih satu liter yang sudah ditambahkan dengan larutan EM4 dengan dosis 1 tutup per liter air.
  5. Pada larutan air tersebut bisa juga diltambahkan dengan terasi sebagai bahan makanan dari bakteri EM4.
  6. Kemudian tutup rapat dan simpan tong atau ember pada tempat yang teduh.
  7. Lakukan hal tersebut setiap kita mendapatkan bahan bahan bekas sayuran secara rutin.
  8. Bisa dibantu dengan pengadukan pada tong setiap kita memasukan bahan-bahan tersebut untuk membantu pencampuran agar merata.
  9. Diamkan sampai sampah tersebut membusuk dengan sendirinya.
  10. Dalam waktu kurang lebih 2 minggu kita bisa memanen kompos cair yang kita buat.

Pada akhirnya kita akan mendapatkan 2 jenis pupuk organik, yakni pupuk organik cair dan pupuk organik padat.  Pupuk organik cair untuk pupuk dengan perlakukan penyiraman atau penyemprotan.  Sedangkan pupuk organik padat dapat dipakai sebagai media tanam.  Untuk pupuk organik padat, sebelum dipakai sebagai media tanam sebagai kompos padat terlebih dahulu harus dikeringkan.

Cara Aplikasi Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair bisa langsung dimanfaatkan dengan cara mengencerkan terlebih dahulu dengan menambahkan air sebelum dilakukan penyiram pada tanaman hias atau tananam dalam pot.  Perbandingannya 1: 5, dimana 1 bagian pupuk organik cari yang kita panen dari tong dan 5 bagian air.  Jika cairan kompos mengeluarkan bau yang tidak sedap bisa ditambahkan kapur sirih yang telah dilarutkan dengan air.

Pengaplikasian pupuk organik cair dengan cara disemprotkan keseluruh bagian tanaman, sehinnga mampu memperlancar penyerapan dan pendistribusian mineral ke seluruh bagian tanaman.  Agar mendapatkan hasil yang maksimal, penyiraman baiknya dilakukan dilakukan pada pagi hari antara jam 7-8 pagi, agar zat yang terkandung pada pupuk organik tersebut dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses fotosintesa.