Di tengah tantangan yang terus berkembang dalam dunia pertanian, mulai dari serangan hama, perubahan iklim, hingga kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, solusi inovatif menjadi sangat penting.
Apakah siap untuk membawa hasil panen Anda ke level berikutnya?
Inovasi terbaru yang akan mengubah cara Anda melindungi dan merawat tanaman: Fungisida Difenokonazol + Biostimulan dengan teknologi hibrid!
Dalam dunia pertanian yang terus berkembang, solusi yang inovatif dan efektif menjadi kunci keberhasilan. Kombinasi canggih ini menggabungkan kekuatan fungisida difenokonazol yang telah terbukti efektif melawan berbagai jenis jamur dengan manfaat biostimulan yang memperkuat kesehatan tanaman.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda harus mencoba produk ini:
Perlindungan Ganda yang Handal: Difenokonazol bekerja dengan cepat untuk melawan infeksi jamur, sementara biostimulan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stres lingkungan, memberikan perlindungan yang lebih komprehensif.
Peningkatan Vitalitas Tanaman: Biostimulan membantu memperkuat sistem akar dan meningkatkan penyerapan nutrisi, menghasilkan tanaman yang lebih kuat, lebih sehat, dan lebih produktif.
Efisiensi dan Keefektifan: Formulasi hibrid ini memastikan distribusi yang merata dan penyerapan yang cepat, sehingga tanaman mendapatkan perlindukan optimal dalam waktu yang lebih singkat.
Ramah Lingkungan: Dengan formulasi yang lebih baik, produk ini mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sambil tetap memberikan hasil yang luar biasa.
Fungisida Propus Plus Dengan Teknologi Hibrid
PROPUS PLUS 250 SC adalah fungisida yang mengandung bahan aktif difenokonazol, diperkaya dengan nutrisi DSP (disodium phosphite).
Diformulasi dengan teknologi INNOBRID (inovasi hibrid), yang mengkombinasikan difenokonazol dengan biostimulan DSP, menjadikan PROPUS PLUS 250 SC mampu melindungi tanaman padi dari penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani), bercak coklat sempit (Cercospora oryzae), serta berbagai penyakit lain pada tanaman sayuran.
Sebagai fungisida kontak-protektif, PROPUS PLUS 250 SC memberikan perlindungan maksimal bagi tanaman dari serangan penyakit cendawan. Selain itu, fungisida ini juga dapat meningkatkan hasil dan kualitas panen.
1. Keunggulan Ganda: Berfungsi sebagai fungisida dan stimulan (pemacu pertumbuhan).
2. Efek Fungisida yang Kuat: Kombinasi difenokonazol dan DSP secara efektif mematikan jamur penyebab penyakit tanaman.
3. Penyerapan Nutrisi yang Efisien: DSP mengubah Fosfit (PO3) menjadi Fosfat (PO4) yang mudah diserap tanaman padi, berbeda dengan pupuk Fosfat konvensional.
4. Peningkatan Produksi Antibodi Alami: DSP mendorong produksi senyawa antibodi alami seperti fitoaleksin (immune bodies) yang mencegah berkembangnya penyakit.
5. Peningkatan Kualitas Gabah: Selain melindungi tanaman dari penyakit, PROPUS PLUS 250 SC juga meningkatkan kualitas gabah menjadi lebih bening dan pengisian bulir lebih berbobot.
PROPUS PLUS 250 SC tidak hanya memberikan proteksi terhadap penyakit tanaman, tetapi juga sekaligus meningkatkan hasil panen dan kualitas produk pertanian.
Kenapa Anda Harus Beralih ke Inovasi Ini?
Inovasi ini bukan hanya tentang melindungi tanaman, tetapi juga tentang meningkatkan hasil panen dan keberlanjutan pertanian. Dengan teknologi hibrid, kami memberikan solusi yang tidak hanya efektif tetapi juga menguntungkan bagi lingkungan dan masa depan pertanian.
Dengan mengadopsi teknologi hibrid ini, Anda tidak hanya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian tetapi juga berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Ini adalah langkah maju menuju pertanian yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Jadikan hasil panen Anda lebih baik, lebih sehat, dan lebih melimpah dengan teknologi yang menggabungkan keunggulan fungisida Propus Plus yaitu kombinasi difenokonazol dan kekuatan biostimulan DSP.
Mari kita bawa pertanian ke level berikutnya bersama-sama.
Bagi Anda yang bergelut di dunia pertanian, khususnya dalam budidaya tanaman jagung, pasti tidak asing dengan masalah hama ulat tanah (Agrotis sp.) yang seringkali menjadi momok menakutkan.
Hama ini tidak hanya mengurangi estetika tanaman saja, tapi lebih dari itu, dapat menyebabkan kerugian yang signifikan.
Bayangkan, tanaman jagung yang dengan susah payah Anda tanam dan rawat, dalam semalam saja bisa rusak parah akibat serangan ulat tanah.
Ulat tanah atau yang sering juga disebut uret, merupakan larva dari serangga yang menyerang berbagai jenis tanaman, tidak terkecuali tanaman jagung. Uret ini menyerang pada malam hari dengan memotong batang tanaman jagung muda, sehingga seringkali tanaman tidak dapat bertahan dan mati. Siang hari, mereka bersembunyi di dalam tanah, membuatnya sulit untuk dideteksi dan dikendalikan.
Bagaimana Cara Mengatasi Hama Ulat Tanah?
Untuk mengatasi hama ulat tanah ini, penggunaan insektisida sistemik seperti Furadan 3GR terbukti sangat efektif. Furadan 3GR adalah insektisida dan nematisida sistemik berbentuk butiran berwarna ungu yang dirancang khusus untuk mengendalikan hama di bawah tanah termasuk ulat tanah.
Produk ini bekerja dengan cara diserap oleh tanaman dan ketika ulat tanah memakan bagian tanaman yang telah terkontaminasi, mereka akan mati.
FURADAN 3GR Pengendalian Hama Ulat Tanah menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi masalah ini. Sebagai petani, tentu Anda menginginkan tanaman jagung tumbuh dengan subur tanpa gangguan hama yang berpotensi mengurangi hasil panen.
Oleh karena itu, penanganan yang tepat dan efektif sangatlah diperlukan.
Penggunaan Furadan 3GR sangatlah mudah. Butiran-butiran ini bisa ditaburkan langsung ke area sekitar pangkal tanaman atau bisa juga dicampurkan dengan tanah di sekitar tanaman jagung yang masih muda. Sangat penting untuk mengikuti dosis dan petunjuk pemakaian yang tertera pada kemasan untuk menghindari overdosis yang bisa membahayakan tanaman itu sendiri.
Selain penggunaan Furadan 3GR, pengendalian secara hayati juga dapat menjadi opsi. Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacillus thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana.
Namun, untuk efektivitas jangka panjang dan pengendalian hama bawah tanah, Furadan 3GR tetap menjadi pilihan utama bagi banyak petani.
Dalam memilih metode pengendalian, penting untuk mempertimbangkan aspek keamanan dan dampak terhadap lingkungan. Furadan 3GR telah terbukti aman bagi tanaman dan efektif dalam mengendalikan hama ulat tanah, menjadikannya solusi terbaik bagi para petani jagung yang ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panennya tanpa harus khawatir dengan serangan hama ulat tanah.
Dengan perawatan yang tepat dan penggunaan Furadan 3GR, petani dapat bernafas lega. Tidak lagi teror malam dari ulat tanah yang mengintai, kini harapan untuk panen yang melimpah menjadi lebih nyata.
Apakah Anda ingin meningkatkan hasil panen padi Anda?
Bukan hanya fungisida difenokonazol biasa, Propus Plus memiliki kelebihan yang membuatnya unggul. Fungisida PROPUS PLUS yang berbahan aktif difenokonazol yang dikombinasikan dengan stimulan DSP. Temukan informasi lengkap tentang manfaat dan cara penggunaan difenokonazol untuk meningkatkan hasil panen padi di bawah ini.
Difenokonazol merupakan bahan aktif fungisida dari golongan triazol yang bekerja dengan cara mengganggu sterol biosintesis pada membran, bersifat sistemik dan dapat diserap lewat daun. Pada konsentrasi rendah senyawa ini diidentifikasi memiliki efek sebagai zat penghambat tumbuh.
Zat penghambat tumbuh memiliki mekanisme menekan pertumbuhan vegetatif, menghambat penuaan (senessence) dan meningkatkan pertumbuhan organ-organ khusus.
Penghambatan senessence berarti akan memperbanyak fotosintat yang dapat diproduksi tanam, sedangkan penghambatan tumbuh bagian vegetatif tanaman akan mengurangi zink vegetatif sehingga organ reproduktif dapat berkembang lebih baik.
Biostimulan itu Apa?
Biostimulan adalah zat alami atau mikroorganisme yang digunakan untuk merangsang proses tanaman. Biostimulan untuk tanaman meningkatkan pertumbuhan melalui penyerapan nutrisi, ketahanan serangga dan penyakit, kualitas dan efisiensi tanaman. Biostimulan juga mampu meningkatkan kesehatan tanah.
PROPUS PLUS 250 SC adalah fungisida dengan bahan aktif difenokonazol yang diperkaya dengan nutrisi DSP (disodium phosphite).
Kombinasi formulasi Fungisida dan Stimulan dalam PROPUS PLUS menjadikan produk ini mampu melindungi tanaman sekaligus mampu meningkatkan kulitas hasil dan kuantitas panen.
Diformulasi dengan teknologi INNOBRID mengkombinasikan fungisida difenokonazol dengan nutrisi DSP menjadikan PROPUS PLUS 250 SC mampu melindungi tanaman padi dari penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani), bercak coklat sempit (Cercospora oryzae) dan penyakit lain di tanaman sayuran.
Apa Keunggulan Penggunaan Propus Plus 250 SC + DSP
Kombinasi formulasi Fungisida dan biostimulan dalam PROPUS PLUS menghasilkan keunggulan ganda yakni sebagai fungisida sekaligus sebagai booster (pemacu pertumbuhan).
Efek fungisida PROPUS PLUS 250 SC lebih kuat karena hasil kerja dari difenokonazole dan DSP yang mematikan jamur penyebab penyakit tanaman
DSP merubah Fosfit (PO3) menjadi Fosfat (PO4) yang dibutuhkan tanaman padi sehingga mudah terserap dibandingkan menggunakan pupuk Fosfat konvensional
Kandungan DSP memacu produksi senyawa antibodi alami seperti fitoaleksin (immune bodies) yang mencegah berkembangnya penyakit
PROPUS PLUS 250 SC tidak hanya memberikan proteksi terhadap penyakit tanaman tapi juga sekaligus meningkatkan kualitas gabah menjadi lebih bening dan pengisian bulir lebih berbobot.
Terbukti terbukti efektif mengendalikan penyakit bercak kering dan busuk pelepah pada tanaman padi.
Berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan hasil panen padi (booster).
Meningkatkan mutu gabah, warna kulit gabah lebih bersih, hasil panen lebih meningkat.
Dapat mempertahankan daun bendera tetap hijau sampai menjelang panen, dimana hal ini akan membuat pengisian bulir padi menjadi maksimal.
Apakah Propus Plus Bisa Meningkatkan Hasil Panen?
Ya bisa! PROPUS PLUS mampu meningkatkan hasil dan kualitas panen dikarenakan kandungannya biostimulan DSP yang terkadung didalamnya.
Peranan DSP sebagai stimulan adalah:
Merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. DSP mempercepat aktivitas enzim metabolisme tanaman sehingga tanaman tumbuh lebih cepat.
Meningkatkan produksi tanaman. DSP memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif, seperti pembentukan akar, daun, percabangan, pembungaan, dan pembentukan buah.
Meningkatkan kualitas tanaman. DSP dapat meningkatkan kandungan gizi, aroma, tekstur, dan warna tanaman, sehingga kualitas panen lebih berkulitas.
Pada tanaman padi, waktu penggunaan terbaik Propus Plus dapat diaplikasikan sebanyak 2 kali, yaitu pada umur padi 45-50 HST dan 55-60 HST, yaitu ketika masa primordia (pembentukan malai) dan pada saat pembentukan bunga.
Dosis yang dipergunakan adalah 250 ml/ha atau kurang lebih 0,5 – 1 ml/liter.
Sedangkan pada tanaman lain dapat disesuaikan, atau dipergunakan setelah diketemukan serangan penyakit.
Pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah (Oryza sativa L) merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Untuk meningkatkan hasil panen padi, banyak petani menggunakan zat pengatur tumbuh seperti Difenokonazol dan Ziram. Zat pengatur tumbuh ini memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pengaruh Difenokonazol dan Ziram pada Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah
Difenokonazol merupakan golongan Triazol yang berfungsi sebagai zat penghambat pertumbuhan. Zat ini memiliki pengaruh biologis yang dapat meningkatkan klorofil daun, mendorong pembungaan, dan menghambat penuaan pada tanaman.
Sedangkan Ziram merupakan golongan Auksin yang membantu dalam mempercepat pertumbuhan akar, batang, dan pembelahan sel. Kedua zat pengatur tumbuh ini sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah.
Metode dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) di Kebun Percobaan Sawah Baru, University Farm, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terdapat 13 perlakuan yang melibatkan pemberian Difenokonazol dan Ziram pada tanaman padi sawah.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh Difenokonazol dan Ziram terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua zat pengatur tumbuh tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, komponen hasil, dan hasil panen tanaman padi sawah.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Difenokonazol dan Ziram dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah.
Perlakuan dengan pemberian Ziram 4.5 kg/ha menunjukkan produktivitas padi yang tertinggi, sedangkan Difenokonazol juga memberikan peningkatan hasil yang signifikan.
Meskipun tidak ada perbedaan signifikan secara statistik, namun peningkatan hasil yang diperoleh secara agronomis cukup berarti.
Kesimpulan Akhir
Penggunaan zat pengatur tumbuh seperti Difenokonazol dan Ziram dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan produksi padi sawah.
Oleh karena itu, disarankan untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam penggunaan zat pengatur tumbuh ini untuk meningkatkan hasil panen padi sawah secara berkelanjutan.
Pemupukan yang tepat pada tanaman bawang merah berperan penting dalam mencapai hasil panen yang melimpah. Penelitian menunjukkan bahwa bawang merah (Allium ascalonicum) membutuhkan berbagai jenis nutrisi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam konteks ini, pemilihan dan penentuan dosis pupuk yang tepat menjadi kunci utama. Sebagai contoh, penggunaan pupuk fosfat dapat meningkatkan hasil panen hingga 30%.
Namun, pemupukan yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman dan lingkungan. Pencemaran tanah dan air, serta penurunan kualitas tanaman adalah beberapa contoh dampak yang mungkin terjadi.
Mengapa Pemupukan Tepat Penting Untuk Tanaman Bawang Merah
Pentingnya pemupukan tepat tanaman bawang merah tidak bisa diabaikan. Subjek ini dibagi menjadi tiga sub-bagian: pemahaman tentang pemupukan tepat, pemupukan pada umur tanaman, dan manfaat pemupukan bagi tanaman bawang merah. Pemupukan umur tanaman penting dalam memastikan bahwa tanaman mendapatkan nutrisi yang tepat pada tahap pertumbuhan yang tepat.
Pemahaman Tentang Pemupukan Tepat Tanaman Bawang Merah
Beranjak dari segmen sebelumnya, penting untuk memahami apa dan mengapa pemupukan tanaman bawang merah menjadi sangat penting. Pemupukan tanaman merupakan proses yang tidak hanya memperkaya tanah, tetapi juga membantu menumbuhkan tanaman yang sehat dan kuat. Tidak semua tanaman membutuhkan jenis dan jumlah pupuk yang sama, oleh karena itu pemahaman yang benar tentang pemupukan tanaman sangat penting.
Misalnya, pemupukan umur tanaman bawang merah harus sesuai dengan tahap pertumbuhannya.
Pemupukan Pada Umur Tanaman
Beranjak dari pemahaman tentang pemupukan yang tepat, perhatian kemudian bergeser pada pemupukan pada umur tanaman. Memahami pemupukan umur tanaman bawang merah adalah hal yang krusial.
Fase pemupukan tanaman umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar dilakukan pada saat penanaman, sementara pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 3-4 minggu.
Bagi tanaman bawang merah, pemupukan pada umur tanaman yang tepat dapat meningkatkan kualitas dan cita rasa.
Manfaat Pemupukan Bagi Tanaman Bawang Merah
Seakan membuka halaman baru dalam buku harian seorang petani, penting untuk memahami manfaat pemupukan bagi tanaman bawang merah. Pemupukan tanaman sangat penting dalam pembentukan dan perkembangan bulan bawang merah. Proses ini mendukung pembentukan daun, yang berfungsi sebagai pabrik makanan bagi tanaman. Pada gilirannya, hal ini mempengaruhi bobot dan ukuran bulan bawang merah.
Selain itu, dengan pemupukan yang tepat, tanaman bawang merah dapat lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Untuk mengoptimalkan hasil panen bawang merah, beberapa faktor perlu diperhatikan. Pertama, langkah-langkah agar panen bawang merah menjadi besar harus dipahami dan diterapkan. Ini melibatkan pemilihan benih yang tepat dan penanaman yang efisien. Kedua, pertimbangan dan rekomendasi untuk hasil panen yang banyak harus diterima dan diimplementasikan.
Cara Agar Panen Bawang Merah Menjadi Besar
Berbicara tentang pemupukan mungkin membuat sebagian orang merasa jenuh, namun jika berbicara tentang cara agar panen bawang merah menjadi besar tentu akan menarik perhatian. Agar bisa menghasilkan bawang merah yang besar dan hasil yang banyak, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Pertama, perhatikan waktu tanam. Ini sangat penting karena waktu tanam yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen.
Kedua, lakukan penanaman dengan benar. Tanam bawang merah dengan jarak yang cukup dan pastikan tanaman mendapat cukup cahaya matahari. Ketiga, jaga kondisi tanah.
Rekomendasi Untuk Hasil Panen Yang Banyak
Setelah memahami pentingnya pemupukan yang tepat, mari beralih ke rekomendasi untuk hasil panen yang banyak. Untuk menghasilkan bawang merah banyak, aplikasi teknologi modern, pengetahuan pertanian, dan praktek-praktek terbaik sangat penting. Misalnya, teknologi irigasi tetes dapat membantu dalam pengelolaan air yang efisien, dan hasilnya adalah tanaman yang lebih sehat dan produktif. Selain itu, pemilihan varietas bawang merah yang tepat juga sangat penting. Varietas yang tahan terhadap penyakit dan hama akan memberikan hasil panen yang lebih baik.
Aplikasi Pupuk Yang Tepat Untuk Tanaman Bawang Merah
Dalam konteks aplikasi pupuk pada tanaman bawang merah, penting untuk memahami dasar-dasar aplikasi tersebut. Aplikasi pupuk yang tepat dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman. Selanjutnya, diskusi akan berfokus pada kombinasi nitrogen dan pupuk lainnya dalam aplikasi pupuk. Aplikasi nitrogen dan pupuk lainnya berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah.
Dasar Aplikasi Pupuk Pada Tanaman Bawang Merah
Setelah mempelajari cara meningkatkan hasil panen, penting untuk memahami aplikasi pupuk yang tepat pada tanaman bawang merah untuk memaksimalkan hasil. Dasar aplikasi pupuk pada tanaman bawang merah berfokus pada pemilihan dan penjadwalan yang tepat. Memilih pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sangat penting. Pupuk harus memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah, seperti Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Selanjutnya, penjadwalan yang tepat dalam aplikasi pupuk pada tanaman bawang merah juga sangat penting.
Kombinasi Nitrogen Dan Pupuk Lainnya
Beranjak dari cara meningkatkan hasil panen bawang merah, kini kita beralih ke bahasan mengenai aplikasi pupuk yang tepat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pada tanaman bawang merah. Fokus dalam bagian ini adalah pada kombinasi nitrogen dan pupuk lainnya.
Pemilihan dan kombinasi pupuk nitrogen dan lainnya sangat menentukan dalam proses pertumbuhan dan produksi pada tanaman bawang merah. Sebagai contoh, aplikasi pupuk nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan daun dan tunas, sementara fosfor dan kalium dapat mendukung pembentukan dan pertumbuhan umbi.
Pupuk Spesifik Untuk Tanaman Bawang Merah
Dalam konteks pupuk spesifik untuk tanaman bawang merah, terdapat beberapa subtopik yang perlu dibahas. Pertama, NPK Booster DGW 126223T yang memberikan nutrisi esensial untuk pertumbuhan tanaman. Kemudian, manfaat surfaktan Wetcit yang berperan penting dalam penyerapan nutrisi oleh tanaman bawang merah. Surfaktan Wetcit juga mempercepat penyerapan nutrisi oleh tanaman.
Penggunaan NPK Booster Dgw 126223t Pada Tanaman Bawang Merah
Memahami lebih lanjut tentang Penggunaan NPK Booster DGW 126223T untuk Tanaman Bawang Merah dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi bawang merah. NPK Booster DGW 126223T adalah pupuk yang diformulasikan khusus untuk tanaman bawang merah. Mengandung Nitrogen, Fosfor, dan Kalium, pupuk ini memiliki manfaat yang signifikan dalam mempercepat pertumbuhan dan memperbaiki kualitas tanaman bawang merah.
Manfaat Surfaktan Wetcit Untuk Tanaman Bawang Merah
Menyusul pembahasan tentang aplikasi pupuk yang tepat, mari kita beralih ke manfaat Surfaktan Wetcit bagi tanaman bawang merah. Surfaktan Wetcit merupakan zat aditif yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap nutrisi. Dalam konteks bawang merah, Surfaktan Wetcit dapat membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak nutrisi dari pupuk yang diberikan, termasuk KNO3 Prill dan KNO3 Crystal.
Kenapa KNO3 Prill Dan KNO3 Crystal Baik Untuk Tanaman Bawang Merah
Menginjak ke bagian selanjutnya, perhatikan betapa pentingnya penggunaan KNO3 Prill dan KNO3 Crystal bagi pertumbuhan tanaman bawang merah. KNO3 Prill dan KNO3 Crystal mengandung unsur Nitrogen dan Kalium yang sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang merah. Nitrogen berperan dalam pembentukan daun dan batang yang sehat, sementara Kalium mendukung pembentukan dan pertumbuhan umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan KNO3 Prill dan KNO3 Crystal dapat meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah hingga 15%.
Kesimpulan
Pengetahuan tentang penggunaan pupuk yang sesuai untuk tanaman bawang merah sangat penting. Dengan memilih pupuk yang tepat dan menggunakannya secara efisien, hasil panen dapat ditingkatkan secara signifikan. Pemilihan pupuk yang tepat juga membantu dalam memelihara kesehatan tanaman dan peningkatan produktivitas.
Pupuk spesifik untuk tanaman bawang merah, ketika digunakan sesuai petunjuk, dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk yang tepat adalah elemen penting dalam meningkatkan hasil panen tanaman bawang merah dan memastikan kualitas produk.
Pemupukan dasar diperlukan selama proses pengolahan tanah, dengan menggunakan Fertibio (200-300 kg/ha). Aplikasi pupuk dasar ini dilakukan pada bedengan sebelum proses penanaman atau selama pengolahan tanah kedua di setiap bedengan, sekitar 1-3 hari sebelum penanaman.
Pemupukan tahap I dilakukan pada 10-15 HST: Saprodap (100 kg/ha), Fertiphos (200 kg/ha), NPK 16.16.16 (100-200 kg/ha), CSN (50-100 kg/ha), ditambah dengan penyemprotan NeoKristalon Hijau (2 gr/L).
Pemupukan tahap II dilakukan pada 20-25 HST: NPK 16.16.16 Pak Tani (100-200 kg/ha), CPN (50-100 kg/ha), ditambah dengan penyemprotan NeoKristalon Hijau (2 gr/L). Untuk memaksimalkan pengisian umbi, meningkatkan kualitas warna dan rasa, serta untuk memperpanjang masa penyimpanan bawang merah,
Pemupukan tahap III dilakukan pada 30-35 HST: PNP (50-100 kg/ha), Kamas (200-300 kg/ha). Jika curah hujan tidak terlalu tinggi, semprotkan NeoKristalon Merah (2 gr/L) pada 40 HST dan 50 HST.
Untuk mengatasi masalah hujan yang terlalu sering, disarankan untuk menggunakan semprotan MKP Pak Tani dengan dosis 5 gr/L. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan asupan nutrisi fosfor (P) dan kalium (K) pada tanaman bawang merah, sehingga tanaman dapat lebih kuat dalam menahan serangan hama dan penyakit.
Salah satu contoh penyakit yang dapat dicegah adalah bercak ungu dan layu fusarium (Inul). Dengan memberikan dosis yang tepat dari unsur hara P dan K, serta mengurangi pemupukan nitrogen yang berlebihan, penyakit ini dapat dihindari. Selain itu, jangan lupa untuk memberikan pupuk Kamas pada tanaman bawang merah.
Penting juga untuk melakukan penyemprotan menggunakan MPK Pak Tani saat curah hujan terlampau tinggi. Hal ini akan membantu tanaman dalam menyerap nutrisi dengan lebih efektif. Namun, perlu diingat untuk menghindari pemupukan nitrogen yang berlebihan.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan tanaman bawang merah akan lebih sehat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Jika tanaman yang sudah terserang lakukan penyemprotan MKP Pak Tani 5-10 gr/L, dicampur dengan fungisida Torbinol 480 SC 1 ml/L + Manteb 80 WP 2 gr/L, semprot 2x seminggu
Tetapi kalau serangannya sudah gawat, semprotkan Starmek 18 EC 1-2 ml/L atau Tumagon plus 240 EC 1-2 ml/L, 2-3x seminggu.
Kesimpulan
Pemupukan dasar dilakukan selama pengolahan tanah menggunakan Fertibio. Tahap I pemupukan dilakukan pada 10-15 HST dengan beberapa jenis pupuk dan disemprot dengan NeoKristalon Hijau.
Tahap II dilakukan pada 20-25 HST dengan pupuk dan penyemprotan yang sama.
Tahap III dilakukan pada 30-35 HST menggunakan PNP dan Kamas. NeoKristalon Merah disemprotkan jika curah hujan tidak tinggi. Untuk mengatasi hujan sering, disarankan menggunakan semprotan MKP Pak Tani untuk meningkatkan asupan nutrisi fosfor dan kalium, sehingga tanaman lebih kuat menahan serangan hama dan penyakit.
Penting juga untuk menghindari pemupukan nitrogen berlebihan. Jika tanaman sudah terkena serangan, lakukan penyemprotan MKP Pak Tani dicampur dengan fungisida.
Sebanyak 80% produksi bawang merah di Indonesia berasal dari Pulau Jawa dan hampir 50% terkonsentrasi di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah di Jawa Tengah. Rata-rata produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes mampu mencapai 12.14 ton/ha yang diperoleh dari 12 kecamatan salah satunya Kecamatan Brebes dengan rata-rata produktivitas mencapai 11.69 ton/ha.
Potensi bawang merah Indonesia sekitar 120.000 ha, dengan sebaran terluas terdapat di 10 provinsi adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Tengah, Sumatera Barat, Bali, dan D.I Yogyakarta.
Tabel
Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah
Berikut ini informasi mengenai hama dan penyakit penting pada tanaman bawang merah perlu diketahui untuk menentukan pengendalian yang tepat sasaran.
Hama penting yang menyerang tanaman bawang merah diantaranya orong–orong Gryllotalpa spp. (Orthoptera: Gryllotalpidae), ulat bawang Spodoptera exigua (Lepidopera: Noctuidae), ulat grayak Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), lalat pengorok daun Liriomyza chinensis (Diptera: Agromyzidae) dan thrips Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae).
Penyakit yang dapat menginfeksi tanaman bawang merah diantaranya bercak ungu (Alternaria porri), downy mildew (Peronospora destructor), bercak daun Cercospora (Cercospora duddiae), antraknosa(Colletotrichum gloeosporiodes), layu Fusarium (Fusarium oxysporum) dan nematoda (Dytylenchus dissaci) (Udiarto et al. 2005).
Trotol/Mati Pucuk (Alternaria porri)
Penyakit bercak ungu atau trotol disebabkan oleh cendawan Alternaria porri.
Patogen ditularkan melalui udara. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada kondisi kelembaban tinggi dan suhu udara rata-rata di atas 26o C.
Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran berwarna ungu pada pusatnya, yang melebar menjadi semakin tipis. Bagian yang terserang umumnya berbentuk cekungan.
Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan tanaman bawang-bawangan lainnya.
Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)
Penyakit otomatis atau antraknos pada bawang merah disebabkan oleh dua jenis cendawan yaitu C. gloeosporioides dan C. capsici.
Kisaran inang C. gloeosporioides lebih luas daripada kisaran inang C. capsici, tetapi keduanya patogenik terhadap semua jenis bawang-bawangan seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dan bawang daun.
Gejala serangan ditandai adanya bercak putih yang melekuk ke dalam. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok spora.
Embun Bulu/Lodoh (Peronospora destructor)
Penyakit embu bulu atau busuk daun (downy mildew) disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor yang menyerang tanaman bawang merah, bawang daun, dan bawang-bawangan lainnya
Patogen penyakit embun bulu ditularkan melalui angin.
Gejala serangan pada tanaman bawang merah ditandai daun berwarna pucat dan menguning. Bila udara lembab, daun yang terserang akan menunjukkan bintik-bintik berwarna ungu dan membusuk, sedangkan bila udara kering daun yang terserang akan menunjukkan bintik-bintik putih.
Kondisi optimum untuk perkembangan penyakit ini ialah pada suhu 15o C dan kelembaban tinggi terjadi selama 6-12 jam.
Penyakit layu fusarium
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.
Patogen ditularkan melalui udara dan air.
Gejala serangan ditandai tanaman menjadi layu, mulai dari daun bagian bawah.
Tanaman inangnya antara lain ialah buncis, cabai kentang, kacang panjang, labu, mentimun, oyong, paria, seledri, semangka, tomat, dan terung.
Penyakit Busuk Leher Akar (Botrytis allii)
Penyakit busuk leher akarl disebabkan oleh cendawan Botrytis allii
Patogen ditularkan melalui udara. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada kondisi kelembaban tinggi dan suhu udara rata-rata di atas 15-20oC, lahan yang becek dan lembab
Gejala serangan ditandai dengan leher tanaman melunak kemudian membusuk
Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan tanaman bawang-bawangan lainnya.
Tindakan Pengendalian Penyakit Bawang Merah
Petani biasanya menggunakan fungisida dalam pengendalian penyakita pada bawang merah. Petani biasanya melakukan pencampuran fungisida dan pestisida lainya karena pertanaman bawang merah diserang berbagai jenis OPT secara bersamaan.
Frekuensi penggunaan pestisida lebih intensif pada saat musim hujan dibandingkan musim kemarau. Hal ini karena pestisida yang telah diaplikasikan pada tanaman tercuci oleh air hujan sehingga aplikasi harus dilakukan lebih intensif agar tetap efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit.
Beberapa bahan aktif fungisida kontak yang paling banyak digunakan adalah ziram 76% (ZIFLO 76WG), mankozeb, klorotalonil dan propineb.
Untuk mengatasi serangan sudah terlanjur meluas maka lakukan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif dimetomorf atau difenokonazol. Kemudian diikuti dengan penyemprotan fungisida kontak berbahan aktif ziflo selama 3 hari berturut-turut.
Setelah itu maka penyemprotan fungisida kontak bisa dilakuakn 3-4 hari sekali lalu penyemprotan fungisida sistemik setiap 10 hari sekali.
Keunggulan Fungsida Ziflo 76WG pada Tanaman Bawang Merah
Kini Ziflo 90WP sudah berubah menjadi Ziflo 76WG. Ziflo 76WG adalah bahan aktif ziram plus zinc dengan keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan aktif ziram lainnya.
Ziflo 76WG adalah satu-satunya di Indonesia dengan zirm yang original dari Taminco – Eastman Chemical
Ziram yang terkandung pada Ziflo 76WG memiliki keunikan jika dibanding dengan pendahulunya yaitu Ziflo 90WP. Karena Ziflo 76WG bentuk formulasinya dalam bentuk granule (butiran halus) yang sangat mudah larut dalam air meski tanpa pengadukan.
Ziflo 76WG selain sebagai fungisida juga memiliki kandungan hara mikro Zinc (Zn) sebagai zat pengatur tumbuh (zpt) yang lebih besar dibanding dengan ziflo 90WG, sehingga meningkatkan proses pembentukan butir hijau daun (klorofil), sehingga daun bawang tetap hijau.
Ziflo 76WG memiliki butiran partikel yang halus, yang mudah larut dalam air dan mampu memberikan perlindungan (coverage) yang lebih baik dari Ziflo 90WP.
Efek perlindungan Ziflo 76WG dengan memberikan efek dempul atau membedak yang lebih baik pada permukaan daun bawang.
Karena partikel pada Ziflo 76WG lebih kecil, mudah larut dalam air sehingga tidak menimbulkan endapan atau mengendap pada tangki sprayer dan tidak menyumbat pada nozel (spuyer).
Ziflo 76WG memiliki daya rekat yang yang baik pada daun, sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan.
Ziflo 76WG aman terhadap pengguna, tidak berdebu, tidak mudah terhirup, tidak menimbulkan pedes (panas) di kulit, dan memicu kanker (karsinogen)
Ancaman gagal panen masih menghantui para petani padi. Kali ini, serangan hama wereng mengancam puluhan hektar padi yang sudah mendekati masa panen. Petani mengeluhkan serangan wereng yang mengancam padi yang hampir panen. Hama wereng mengakibatkan batang padi mengering kemerahan dan bulir padi menjadi kopong tidak berisi.
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus yang menyebabkan penyakit tungro.
Jenis Hama Wereng
Terdapa dua jenis wereng yaitu wereng batang(plant hopper) dan wereng daun (leaf hopper).
Wereng batang (plant hopper) yaitu wereng coklat (Nilaparvta lugens Stal), wereng punggung putih (Sogatella furcifera Horv.). Sedangkan wereng daun (leaf hopper) yaitu wereng hijau (Nephotettix virescens Distant), dan wereng loreng/zigzag (Recilia dorsalis).
Wereng yang banyak menimbulkan masalah pada tanaman padi adalah kelompok wereng batang.
Kapan Hama Wereng Menyerang
Hama wereng batang coklat (WBC) menyerang tanaman padi ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua generasi.
Tetapi jika wereng yang menyerang tanaman padi umur 5-6 minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.
Tanda-Tanda Serangan Wereng Coklat
Kuning, coklat dan tanaman sekarat : tanaman terbakar/gosong
Infeksi jamur dan bakteri pada tanaman
Embun madu dan jamur di daerah yang terinfeksi
Mengurangi pertumbuhan, kekuatan, dan tinggi tanaman, kemudian menyebabkan berkurangnya jumlah anakan produktif
Akibat Serangan Hama Wereng
Hama wereng cokelat merupakan hama laten, di samping merusak langsung mengisap cairan tanaman dengan alat mulut yang khusus untuk menusuk dan menghisap, juga sebagai vektor yang dapat menularkan penyakit virus.
Penyakit virus kerdil hampa (VKH) dan virus kerdil rumput tipe I (VKRT-1) yang ditularkan wereng cokelat terjadi pada 1970-an. Sejak 2006 wereng cokelat juga menularkan virus kerdil rumput tipe II (VKRT-11). Serangan virus kerdil rumput tipe II tersebut sudah meluas di sentra produksi padi di Pulau Jawa.
Kerusakan dan kehilangan hasil yang diakibatkan serangan wereng cokelat cukup tinggi. Pemeliharaan I dan 4 wereng cokelat/batang pada masa tanaman padi sedang bunting selarna 30 hari menurunkan hasil berturut-turut 20% dan 3 7~1.>. Pemeliharaan 4 ekor wereng cokelat/batang pada masa pemasakan buah selama 30 hari dapat menurunkan hasil sebesar 28%. Pemeliharaan I dan 4 ekor wereng cokelat/batang pada periode anakan selama 30 hari dapat menurunkan basil 35% dan 77%.
Cara Penyemprotan Mengendalikan Hama Wereng
Pilihlah insektisida yang tepat sasaran. Insektisida yang tidak tepat sasaran hanya akan memperparah tingkat serangan hama wereng dan pemborosan tenaga dan uang. Gunakan insektisida yang kerjanya sistemik, kalau perlu kombinasikan pestisida yang kerjanya kontak dan sistemik.
Sebelum penyemprotan sebaiknya sawah diairi setinggi mungkin agar hama wereng naik ke atas dan mudah disemprot.
Jika tanaman padi tidak menggunakan sistem legowo dan tanaman terlalu rapat lakukan penyingkapan untuk membuat jalan sewaktu penyemprotan dan membuat ruang untuk menggeraknya nozel sprayer.
Penyemprotan dilakukan dengan volume tinggi dengan maksud agar penyemprotan merata.
Gunakan nozel sprayer yang menghasilkan kabut bukan yang mancur.
Prioritaskan penyemprotan dilakukan pada pangkal batang bukan pada daun bagian atas.
Lakukan penyemprotan secara bersama-sama (spray massal) agar hama wereng tidak berpindah ke sawah sebelah ketika disemprot.
Jika memungkinkan gunaka miss blower karena akan lebih merata dan lebih cepat.
Insektisida Untuk Mengendalikan Hama Wereng
Insektisida paling ampuh untuk mengendalikan hama wereng adalah menggunakan kombinas i insektisida kontak dan sistemik. Kombinasi penggunaan insektisida kontak dan sistemik akan membantu pembungker telur wereng dan pembunuh wereng dewasa.
Contoh merek insektisida sistemik adalah Oshin, Plenum, OBR, Cronus dll.
Contoh merek insektisida kontak adalah Darmabas, Baycarb, Mipcin, Poksindo dll.
Gunakan insektisida merek Aplaud dan Darmabas/Poksindo untuk tingkat serangan hama wereng ringan.
Gunakan insektisida merek Aplaud dan OBR/Cronus untuk tingkat serangan hama wereng sedang
Gunakan insektisida merek Poksindo dan Oshin/Plenum untuk tingkat serangan hama wereng yang berat atau hampir membentuk spot.
Jangan sekali-kali menggunakan insektisida yang berbahan aktif piretroid sintetik seperti Fastac, Matador, Crown, Faster, Buldok, Decis, Starban, Fostin, Sidametrin dll karena akan memperberat serangan wereng walaupun ketika disemprot wereng terlihat jatuh dan mati.
Pada musim tanam sekarang ini banyak kita temukan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB). Seperti terlihat pada gambar, tanaman terlihat segar, tapi coba turun dan amati.
Penyakit HDB merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryxae pv. Oryxae (Xo). Penyalit ini dapat menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Dari persemaian sampai menjelang panen.
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang sangat tinggi akan memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karenanya penyakit hawar daun bakteri sering muncul terutama pada musim penghujan seperti sekarang ini.
Dari gejala yang muncul pada tanaman umur kurang dari 30 HST biasanya ditandai dengan munculnya daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Bahkan dalam keadaan parah seluruh daun layu dan mati. Serangan pada tahap awal ini biasanya banyak menyebut penyakit KRESEK.
Sedangkan gejala pada tanaman yang muncul pada fase anakan maksimal sampai pemasakan sering disebut dengan Hawar Daun Bakteri, ditandai dengan munculnya bercak abu-abu (kekuningan) pada tepi daun, kemudian bercak berkembang akan meluas membentuk hawar (blight) dan akhirnya daun mengering.
Pengendalian Penyakit Kresek
Untuk pengendaliannya apabila sudah diketahui bahwa varietas tersebut rentan terhadap HDB maka sejak awal harus dikendalikan dengan agens hayati Paenibacillus polimyxa pada umur 14, 28 dan 48 hst. dengan cara disemprotkan konsentrasi 5-10 cc/liter air pada sore atau pagi hari. Namun bila upaya pengendalian tidak sejak dini dan pada menjelang fase generatif baru diketahui, bahkan gejala serangan telah meluas, maka menggunakan alternatif penggunaan pestisida.
Imunisasi pada tanaman padi merupakan inovasi baru dalam konteks perlindungan tanaman sedini mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya serangan hama penyakit terutana penyakit kresek dan blas yang terbawa oleh benih sekaligus memperkuat fungsi akar, batang dan daun sehingga tanaman mampu tumbuh secara optimal dalam memanfaatkan pupuk, iklim dan air.
Sehingga ditengah seringnya cuaca ekstrim kita bisa pertahankan pertumbuhan dan produksi optimal.
Imunisasi kali ini menggunakan agensi hayati pasaran merk Potensida yang lebih fokus pada pencegahan bakteri dan spora jamur yg terbawa oleh benih.
Doble proteksi pengendalian kresek pada benih dan pembibitan, diharapkan menjadi ikhtiar terbaik untuk proteksi padi dini mungkin.
Penyemprotan Kresek Dengan Pestisida
Pestisida yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit kresek adalah dari jenis Bakterisida dengan bahan aktif antara lain: Tembaga oksiklorida, kasugamicin, hidroklorida, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin atau asam oksolinik.
Untuk merk dagangnya yang sudah banyak beredar antara lain: Kasumin 5/75 WP, Agrep 20 WP, Plantomycin 7 SP, Starmycin 20 WP, Bactocyn 150 AL, Kresek 150 SL, Stamer 20 WP. Kuproxat 345SC dan lain lain.
Selain dengan bakterisida, Kresek juga dibisa dicegah lebih awal dengan pengaplikasian fungisida kontak lebih awal. Fungisida yang bisa dipakai adalah fungisida dengan bahan aktif mankozeb, propineb, tiram, ziram dan lainnya. Merek dagangnya adalah Tiflo 80WG (tiram), Ziflo 76 WG (ziram), Antracol 70WP (propineb), Dithane (mankozeb), dan lainnya.
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas berkembang pada lingkungan yang kondusif. Penyakit blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan Pyricularia orizae. Jamur tersebut dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyakit ini akan menginfeksi daun, buku dan leher malai tanaman padi dengan gejala terdapat Bercak hitam pada daun, busuk pada leher, malai patah dan biji hampa mencapai 70%
Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun.
Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher/patah leher.
Gejala kerusakan :
Bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya.
Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.
Penyebab Penyakit Blas (Patah Leher)
Patah leher biasa disebut juga blas atau busuk leher, biasanya dapat menyebar melalui benih yang tidak berkualitas. Maka, ada baiknya sebelum menyemai, pilihlah benih padi yang sehat dan berasal dari varietas yang tahan terhadap serangan blas.
Jamur berkembang optimum saat tingkat kelembaban tinggi. Pemupukan unsur N (nitrogen) dengan dosis tinggi pada saat musim hujan dapat menyebabkan jaringan daun lemah sehingga tanaman lebih rentan terserang penyakit blas.
Fase rentan pada fase persemaian, stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hst dan stadia generatif (blas leher) umur 60-80 hst,
Pengandalian Penyakit Blas
Menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif seperti rumput gajah dan membersihkan sisa-sisa tanaman padi yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.
Pengembalian pupuk kalium dan silika di tanah secara alami atau bantuan decomposer menjadi penting. Tidak membakar jerami dapat menghilangkan unsur hara (N,P, K dan S) penting yang dibutuhkan termasuk mikro tanah terpengaruh kehidupannya. Pemberian jerami busuk tidak lantas bisa diserap langsung oleh tanaman, maka usaha memperbaiki lahan harus terus menerus dilakukan.
Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.
1. Penanaman Benih Sehat
Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih.
Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih dengan fungisida anjuran.
2. Perendaman (Soaking) Benih
Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam.
Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan.
Dikutip dari Majalah Tebar No 102 Edisi 15 Maret-15 April 2021, Dr Suryo Wiyono, ahli hama dan penyakit dari Departemen Proteksi, Fakultas Pertanian IPB menyarankan memperkuat daya tahan tanaman dari awal dengan imunisasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
3. Cara Pelapisan (Coating) Benih
Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.
4. Cara Tanam
Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten).
Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun.
5. Pemupukan
Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jika ketersediaan pupuk kalium lebih rendah dibanding nitrogen maka penyaki blas menjadi ancaman. Pemupukan dengan pupuk kalium dan Silika menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. Pemberian nutrisi silika terbukti mampu memperkokoh batang tanaman padi sehingga tidak mudah terserang jamur blas.
6. Penanaman Varietas Tahan Blas secara bergilir
Peyemprotan Penyakit Blas Dengan Fungisida
Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.
Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Tiram 80%, Ziram 76%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20%, azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l efektif menekan perkembangan jamur P. grisea.
Fungisida bahan aktif Benomyl 50WP: BENLOX 50WP, MASALGIN 50WP, SCHNELL 50WP
Fungisida bahan aktif Mancozeb 80%: POLARAM 80WP, MEGAZEB 80 WP, MANCO 80WP, CADILAC 80WP
Fungisida bahan aktif Propineb: ANTRACOL 70WP, MITRACOL 70WP, AGROKOL 70WP
Fungisida bahan aktif Tiram: TIFLO 80WG
Fungisida bahan aktif Ziram: ZIFLO 76WG
Fungisida bahan aktif Carbendazim 50%: TAFT 75WP, COZENE 70/10WP,
Fungisida bahan aktif Isoprotiolan 40%: ?
Fungisida bahan aktif Trisikazole 20%: BLAST 200SC, BLASTGONE75 WP, ENVOY 80WP, POPZOLE 525SE, RICESHIELD 75WP
Fungisida bahan aktif azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l: AMISTARTOP, TANDEM 325SC, CORONA 325SC, ROLITOP 475SC
Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.
Tingginya curah hujan akhir-akhir ini menimbulkan kehawatiran bagi petani padi. Juga petani lainya sebenarnya seperti petani cabai, dan sayuran lain. Karena intensitas hujan yang tinggi memicu datangnya penyakit-penyakit pada tanaman.
Penyakit adalah gangguan fisiologis pada tanaman yang disebabkan oleh mikro-organisme pengganggu seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan nematoda. Gangguan mikro-organisme ini dapat menyebabkan menurunnya produktivitas atau bahkan panen.
Pada tanaman padi, penyakit yang disebabkan oleh gangguan mikro-organisme ini umumnya dijumpai adalah hawar pelepah daun, blas, busuk batang, penyakit garis coklat daun, hawar daun bakteri atau kresek, tungoro dan kerdil.
Petani harus mengenali jenis-jenis gangguan dan penyakit yang timbulkanya. Akhirnya harus jeli dan tepat memilih cara pengendaliannya, terlebih dengan menggunakan penyemprotan pestisida (fungisida, bakterisida). Selain tepat lainnya seperti tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat pengendalian.
Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.
Apa itu Jamur Oncom
Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens.
Jamur Ustilago pada padi bisa dipicu karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (Urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom
Menjelang panen pernahkah melihat bulir padi yang menyerupai popcorn kuning? Bulir padi seperti meletus dan diselimuti gumpalan kuning bertepung.
Penyakit padi tersebut disebut ustilago atau jamur oncom, yaitu penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Ustilaginoidea virens. Pemicunya adalah penggunaan pupuk nitrogen berlebihan dan kelembaban tinggi.
Penyakit ini hanya menyerang beberapa bulir padi dalam satu malai. Meskipun masih bisa dipanen, namun bulir padi yang dipenuhi spora kuning membuat hasil panen menjadi kotor dan menurunkan produktivitas tanaman.
Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.
Penyebab Padi Terserang Jamur Oncom
Pemicunya adalah karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom. Selain itu juga bisa terjadi karena kondisi tanaman padi yang terlalu lembab sehingga dapat memicu pengembangbiakan jamur ini.
Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens. Musim hujan sebisa mungkin menghindari aplikasi pupuk N (urea) tentunya dengan pengamatan terhadap vigor tanaman.
Selain padi, jamur ini dapat menginfeksi beberapa jenis gulma, padi liar dan jagung.
Cara Pengendalian Penyakit Jamur Oncom
ini adalah dengan penggunaan pupuk kimia nitrogen secara berimbang dan tidak berlebihan. Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan penyemprotan fungisida agar serangan tidak menyebar. Jika tidak banyak, bisa dilakukan pemetikan malai yang terinfeksi jamur ustilago secara manual .
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian jamur ustilago ini adalah dengan:
1. Melakukan pemupukan dengan unsur hara Nitrogen seperti Urea secara seimbang dan tidak berlebihan
2. Menggunakan jarak tanam jarang atau jarak tanamnya jangan terlalu rapat dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban terutama pada musim tanam pertama (MT -1)
3. Jika ditemukan tanaman padi yang terserang jamur oncom sebaiknya segera dibuang bulir padi tersebut agar tidak menyebar ke bulir-bulir padi yang lain
4. Penyemprotan dengan fungisida
Penyemprotan Fungisida Untuk Mengendalikan Jamur Oncom
Sebelum jamur ini menyerang tanaman padi, alangkah baiknya dilakukan pengencegahan terlebih dahulu. Pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan fungsidia kontak dengan bahan aktif seperti mancozeb, propineb, ziram, tiram.
Agar pencegahannya jamur oncom lebih maksimal dapat setiap aplikasi fungisida kontak dicampur dengan nutrisi Silika. Karena fungsi silika adalah memperkuat lapisan meristem bulir padi, dan seluruh jaringan tanaman padi terlindungi. Contoh silika adalah Tenaz, Biomax.
Sedangkan jika sudah terserang, pengendaliannya dengan menyemprot menggunakan fungisida yang berbahan aktif captan, captafol, fentin hydroxide, copper oxychloride, carbendazim dan fungisida tembaga lainnya.
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif captan: Antarkap 50WP, Ingrofol 360CS, Ingrofol 360WP
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif fentin hydroxide:
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif mancozeb: Actozeb 80WP, Antila 80WP, Dithane M-45 80WP, Megazeb 80WP, Victory 80WP, Vondozeb 80WP, Cadilac 80WP
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif copper oxychloride: Champion 77WP, Kocide 54WG, Copcide 77WP
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif carbendazim: Bavistin 50WP, Delsene MX 80WP, Saaf 75WP,
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif ziram: Ziflo 76WG
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif tiram: Tiflo 80WG
Merek dagang fungisida dengan bahan aktif propineb: Antracol 70WP
Pada pembibitan atau persemaian (nursery) kelapa sawit sering dijumpai berbagai penyakit daun. Serangan penyakit daun pada pembibitan kelapa sawit dapat menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi terhambat. Serangan ini jarang sekali sampai mematikan. Jika kurang mendapat perhatian kemungkinan bibit tidak dapat digunakan lagi.
Agar tidak menimbulkan lebih banyak kerugian maka diperlukan pengendalian lebih awal.
Penyakit pada Persemaian Kelapa Sawit
Beberapa penyakit umum yang biasa menyerang persemaian kelapa sawit adalah
1. Penyakit Antracnose (Early leaf disease)
Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang masih berada di pre-nursery, dimana daunnya masih bersatu. Gejala awal mula-mula tampak bercak kecil hialin. Bercak dengan cepat berubah warna menjadi coklat tua dan membesar. Pada bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga tampak jelas batas antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat.
Serangan penyakit ini jarang terjadi pada bagian tengah daun. Biasanya serangan mulai pada bagian ujung atau tepi daun.
Penyebabnya adalah jamur Botryodiplodia theobromae, Colletotrichum gloeosporoides (Gloeosporium sp. atau Glomerella sp.), Melanconium sp.
2. Penyakit Curvularia (Leaf spot disease)
Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang sudah dipindahkan ke large polybag. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya bercak yang berbentuk oval dan agak cekung bila dilihat dari permukaan daun sebelah atas.
Warna bercak adalah agak coklat tua dengan batas tegas dikelilingi oleh halo berwarna kuning. Panjang bercak biasanya tidak lebih dari 7-8 mm.
3. Penyakit Pestalotiopsis palmarum
Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang telah dipindahkan ke large polybag. Penyakit ini seringkali juga dijumpai pada helaian anak daun pada tanaman di lapangan. Gejala serangan ditandai oleh bercak yang tidak beraturan bentuknya. Bercak biasanya memanjang berwarna merah kecoklatan. Kadang-kadang hampir separuh bagian anak daun mengering berwarna putih kelabu.
Penyemprotan Fungisida pada Pembibitan Kelapa Sawit
Penyakit yang ditimbulkan pada persemaian biasanya bersifat sekunder. Intensitas serangan penyakit daun sangat tergantung pada kondisi bibit. Oleh sebab itu pengelolaan pembibitan perlu mendapat perhatian utama. Pembibitan yang dikelola dengan baik umumnya tidak mendapat gangguan serangan penyakit daun yang berarti.
Penyemprotan fungisida sifatnya hanya pencegahan yaitu melindungi penyebaran penyakit lebih meluas, dan menanggulangi beberapa tanaman yang sudah terserang.
Pengendalian penyakit daun bibit kelapa sawit adalah dengan disemprot mengunakan fungisida sistemik berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Thiram seperti Tiflo 80WG, Mankozeb seperti Victory 80WP.
Dosis yang digunakan dengan konsentrasi 5 – 10 gr per liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml per tanaman interval 10 – 14 hari.
Pengendalian Antracnose, dengan gejala umum bagian ujung daun mulai berwarna kecoklatan dan terdapat batas yang jelas antara jaringan daun yang terserang dan yang sehat.
Pengendalian dengan cara menyemprotkan pestisida Daconil atau Nustar 400 EC konsentrasi 0.2 % , rotasi penyemprotan 5 – 7 hari sampai serangan terkendali.
Curvularia, dengan spot atau luka coklat dengan batas kuning atau orange. Gunakan pestisida Captan 50WP 0.4%; Dithane M45 0.2% dan Actidione 4.2 EC 0.025%, rotasi penyemprotan 7 – 10 hari,
Tindakan Pengendalian Pencegahan Penyakit
Bila pada pembibitan dijumpai serangan penyakit daun dengan kategori agak berat sampai berat, maka perlu dilakukan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif tiram yaitu Tiflo 80 WG, Dithane M-45/80 WP (konsentrasi 0.15%-0.2%) dengan interval penyemprotan 7-10 hari.
Seringkali setelah melakukan penyemprotan mengalami atau merasa tidak nyaman atau mungkin kecewa dengan aplikasi pestisida kimia yang kita aplikasikan dirasa tidak efektif. Setelah melakukan penyemprotan malah hama dan penyakit masih saja membandel. Padahal bahan aktif dan dosis sesuai anjuran.
Ada banyak penyebab untuk kasus tersebut, hama nya sudah kebal (resisten) bisa saja salah satu alasannya. Analisa ini bisa jadi benar, bisa jadi salah. Bisa jadi karena dosis & bahan aktifnya yang kurang tepat.
Namun, jangan salah hal sepele yang sering terlewatkan oleh petani pada waktu penyemprotan pestisida adalah air. Penggunaan air untuk melakukan penyemprotan pestisida harus memperhatikan kondisi pH air dan pH bahan aktif pestisida yang digunakan.
PH air berpengaruh terhadap efektifnya tidaknya penyemprotan pestisida. Anggap saja bahan aktif & dosis seeta tehnik yang lain sudah sesuai.
Mengapa Pengukuran pH Air Penting?
Aplikasi pestisida akan efektif jika di buat dengan larutan semprot yang reaksinya Asam atau kadar pH larutan hasil pencamupuran pestisida dengan air adalah pH 4,5-5.
Pestisida umumnya diformulasikan sebagai konsentrat dengan kondisi sedikit asam, netral, atau sedikit alkalis. Banyak pestisida yang mengalami proses alkaline hydrolysis pada pH diatas 7 (dikutip dari Panut 2021, dari Willowood, __; Rinehold & Jenkins, 2012), bahan aktif pestisida akan terdegradasi (terhidrolisis) menjadi senyawa lain yang tidak bersifat pestisida. Dengan terhydrolisisnya bahan aktif pestisida berakibat penurunan efikasi pestisida.
Banyak bahan aktif pestisida (kecuali tembaga) lebih cepat terdegradasi dalam keadaan alkali, sedangkan keadaan asam malah lebih stabil. Karena itu logis jika untuk mencampur atau melarutkan pestisida pada waktu penyemprotan sebaiknya menggunakan air yang pH-nya rendah.
Jika air yang digunakan untuk membuat larutan pH-nya lebih dari 5, menyebabkan umur larutan semprot menurun. Jika kondisi pH air asam (kurang dari 5), umur larutan semprot akan jauh lebih lama. Sehingga jika sudah di aplikasikan/di semprotkan di tanaman akan bertambah lama efektifitasnya.
Bagaimana jika mencampur 2 bahan aktif yang berbeda syarat pH airnya? Misalnya mencapur herbisida glifosat dan herbisida sulfonylurea (metil metsulfuron).
Glifosat stabil pada pH 3-9, sedangkan metil metsulfuron menghendaki pH air 7 ke atas. Maka untuk mencapurnya gunakan air yang pHnya diatas 7. Akan tetapi jika menghendaki pH rendah, dan lainnya menghendaki pH tinggi lebih baik tidak mencampur.
Bagaimana caranya air yang digunakan untuk mencampur pestisida pH-nya terlalu tinggi? Bagaimana cara menurunkannya.
Caranya yaitu dengan menambahkan adjuvant yang disebut dengan acidifer atau buffer. Bisa juga menggunakan asam lainnya seperti Asam Nitrat (HNO3), asam cuka, atau asam sitrat yang biasa dibeli di toko kimia. Contoh merk dagang larutan penurun pH yang sudah di olah yaitu Biosoft.
Saran Penggunaan pH air untuk Pencampuran Pestisida
Acuan umum adalah gunakan air yang sedikit asam, yaitu pH 4,5 – 6. Namun sumber lain menyebutkan sebaiknya menggunakan air dengan pH 4-5.
Untuk bahan aktif yang stabil atau tidak terhidrolisis penggunaan pH alkalis. Untuk pestisida dengan bahan aktif bifentrin, asfenvalerat, klorotalonil, dan abamektin yang stabil pada pH 5-9. Untuk bahan aktif glufosinat ammonium, glifosat, mesotrion, sprodinil, juga toleran pada keadaan asam hingga alkalis, sehingga penggunaan air pada pH 4,5-6 masih dapat diterima.
Khusus untuk herbisida dari kelas sulfonyurea sebaikan menggunakan air yang pH-nya di atas 7.
Umur Larutan Semprot
Jika air dan pestida sudah dicampurkan, dan kemudian diukur pH larutan semprotnya, maka hal ini mempengaruhi lama simpan larutan semprot tersebut jika tidak langsung digunakan untuk penyemprotan hari yang bersangkutan akibat sesuatu hal, hujan misalnya. Maka jika pH air larutan semprotnya 3,5-6, maka umur larutan semprot 12 jam, dan jika pH larutan semprotnya ada pada pH 6,1-7, maka umur larutan semprot 1-2 jam
Sumber Artikel:
Dari beberapa sumber yang sudah disesuaikan dengan keperluan SEO
Panut Djojosumarto: Pengetahuan Dasar Pestisida Pertanian dan Penggunaannya, Agromedia Pustaka, Jakarta. 2020.
Sekitar 75% penyemprotan dengan menggunakan tangki sprayer saat ini merupakan cara aplikasi pestisida yang paling umum dilakukan petani. Penyemprotan atau aplikasi pestisida merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mengendalikan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yaitu hama, penyakit dan gulma.
Penyemprotan pestisida yang tepat akan mendapatkan hasil yang tepat sasaran dan menghindari penggunaan pestisida yang sia-sia dan meminimalisir kerugian seperti pemborosan, keracunan pada tanaman, dan mencegah timbulnya sifat resistan hama terhadap pestisida.
Bagaimana cara dan teknik penyemprotan yang benar dan tepat sasaran?
Diketahui ada istilah 6 Tepat dalam teknik penyemprotan pestisida pada tanaman, yaitu:
1. Tepat Mutu
Pestisida yang digunakan harus bermutu baik, terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efekasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
2. Tepat Sasaran
Pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang.
3. Tepat Jenis Pestisida
Jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu, dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman. Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
4. Tepat waktu
Waktu penggunaan pestisida harus disesuaikan dengan populasi hama atau kondisi kerusakan yang ditimbulkannya apa telah mencapai ambang ekonomi. Selain itu, stadia pertumbuhan tanaman dan keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap waktu penggunaan pestisida.
Waktu penyemprotan pestisida bisa dilakukan pada pagi hari, tetapi lebih baik dilakukan pada sore hari karena pada umumnya OPT (khususnya serangga hama) pada tanaman aktif pada sore/malam hari.
5. Tepat Dosis/Konsentrasi.
Dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan mempengaruhi daya bunuh terhadap OPT. Penggunaan dosis yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen sehingga membahayakan bagi konsumen. Tingginya dosis penggunaan pestisida dapat juga memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan.
6. Tepat Cara Penggunaan.
Pada umumnya penggunaan pestisida dilakukan dengan cara disemprot. Sebelum dilakukan penyemprotan pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain Peralatan semprot (sprayer/nozel ), alat pelindung keamanan, dan keadaan cuaca (intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara).
Adapun cara penyemprotan yang baik adalah dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak spuyer dengan bidang semprotan atau tanaman sekitar 30 cm.
Namun hal yang lebih penting dari prinsip 6 Tepat itu adalah apakah penyemprotan yang kita lakukan sudah baik? Apa kriterianya?
Apa Kriteria Penyemprotan yang Baik
Setidaknya ada 5 parameter atau kriteria penyemprotan yang harus dipenuhi agar pengendalian OPT berhasil.
1. Ukuran Butiran Semprot
Saat menyemprot, larutan semprot harus dipecah (oleh nozzle, spuyer) menjadi butiran semprot (disebut DROPLET). Ukuran droplet disesuaikan dengan opt sasarannya. Untuk menyemprot hama dan penyakit digunakan droplet halus sampai sedang. Sementara untuk gulma digunakan droplet sedang hingga kasar.
Butiran semprot halus biasanya diperoleh dari nozzle kerucut, droplet sedang dari nozzle kipas, dan droplet kasar dari nozzle polijet.
2. Distribusi Semprotan
Butiran semprot harus didistribusikan ke bidang sasaran (umumnya daun) secara merata, baik di seluruh kebun (distribusi horizontal) maupun pada daun tanaman (distribusi vertikal). Jangan lupa helaian daun bagian bawah!!
3. Liputan
Droplet harus menutupi daun debgan jumlah yang cukup. Makin banyak droplet menutupi bidang sasaran (daun), makin besar kemungkinan opt terpapar pertisida. Liputan minimal utk pestisida sistemik adalah 20-30 droplet/cm2 bidang sasaran, dan 50-70 droplet/cm2 utk pestisida non-sistemik.
Untuk penyemprotan konvensional di darat kita tidak usah merisaukan angka liputan minimal tersebut. Petani kita biasa menyemprot hingga basah kuyup, sehingga liputannya sering berlebihan. Tetapi liputan minimal penting utk penyemprotan ULV yang volume semprotnya sangat rendah (misalnya penyemprotan dari udara).
4. Volume Semprot
Volume semprot adalah jumlah larutan semprot yang digunakan untuk menyemprot satu satuan luas lahan. Biasa dinyatakan dalam liter/ha.
Volume semprot bervariasi tergantung pada Jenis pestisida, umur Dan Jenis tanaman, serta alat semprot. Yang penting, larutan semprot dapat didistribusikan secara merata dan tidak terlalu berlebihan. Dengan peralatan khusus, volume semprot dapat serendah 30-50 liter/ha. Volume semprot dng sprayer punggung utk tanaman semusim berkisar antara 200 – 700 liter/ha.
5. Recovery
Intinya tidak banyak pestisida yang terbuang saat penyemprotan sehingga pestisida yang menempel di bidang sasaran bisa optimal.
Recovery adalah perbandingan antara pestisida yang menempel di daun dibandingkan dng dosis, dinyatakan dalam %.
Surfactant adalah akronim dari SURFace ACTive AgeNT atau bahan yang aktif di permukaan.
Menurut Wikipedia Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan tegangan permukaan (atau tegangan antar muka) antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan dan zat padat. Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan pembasah, pengemulsi, bahan pembusa (bahasa Inggris: foaming agent), dan pendispersi (bahasa Inggris: dispersant).
Surfaktan dan Fungsinya Pada Penyemprotan Pestisida
Surfaktan merupakan zat pelekat, perata pestisida pada daun. Dalam hal ini surfaktan sebagai adjuvant, yaitu bahan yang dimasukan ke dalam formulasi pestisida. Adjuvant ada yang dicampurkan pada saat proses formulasi di pabrik ada juga yang ditambahkan pada saat akan menyemprot (tank mix).
Adjuvant yang dicampurkan secara tank mix ada 3 macam, yakni: (1) SURFAKTAN, (2) PEREKAT, dan (3) PENEMBUS yang memiliki fungsi yang berbeda. Pembagian ini sering menjadi rancu, karena beberapa (tidak semua) surfaktan juga merangkap sebagai perekat dan/atau penembus.
Dalam praktek, mungkin agak sulit memisahkan antara surfaktan, perekat, dan penembus.
Surfaktan mempunyai 2 fungsi utama, yakni:
1. Fungsi sebagai perata (spreader), yakni meratakan semprotan di permukaan daun. Kerena fungsinya sebagai perata dan pembasah tersebut, surfaktan juga berfungsi sebagai pelekat (BUKAN PEREKAT).
Aplikasi pada pestisida peran surfaktan sebagai perata adalah untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehigga butiran semprot menjadi lebih lebar (lebih gepeng) sehingga butiran semprot lebih merata menutuopi permukaan daun.
Penggunaan surfaktan pada formulasi pestisida berguna untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehingga droplet menjadi lebih “encer” (viscose”).
2. Fungsi sebagai pembasah/pelembab (wetting agent, humefectan) yakni membasahi permukaan daun dan mempertahankan agar butiran semprot tidak cepat kering.
Karena kebanyakan surfaktan bersifat merusak lapisan lilin pada epikutikula daun, beberapa surfaktan juga dijual sebagai penembus (penetrant).
Aplikasi surfaktan sebagai pembasah adalah menunda pengeringan butiran semprot, mencegah kristalisasi bahan aktif (akibat kekeringan atau cuaca panas), sehingg butiran semprot lebih lama berada pada permukaan dun dalam keadaan basah. Syarat pestisida itu dapat diserap ke dalam daun adalah pestisida tersebut dalam keadaan basah (wetting agent).
Pentingnya Surfaktan Pada Penyemprotan Pestisida
Seringkali pengendalian organisme pengganggu seperti gulma, hama dan penyakit tidak efisien dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya lapisan lilin pada daun, curah hujan yang tinggi menyebabkan pestisida tercuci oleh air hujan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam penyemprotan sehingga harus dilakukan berulang-ulang. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah penggunaan surfaktan.
Setiap nyemprot tanaman apa itu tanaman padi, tanaman sayuran, atau tanaman apa saja dengan pestisida lebih baik tambahkan dengan surfaktan perekat penembus agar hasilnya lebih baik.
Pada Herbisida dIikenal ada 3 golongan surfaktan herbisida, yakni SURFAKTAN TRADISIONAL, SURFAKTAN ORGANOSILIKON, dan MINYAK.
Kebanyakan surfaktan lebiih cocok untuk dicampurkan dengan HERBISIDA PURNA TUMBUH (post emergence). Herbisida PRA TUMBUH (pre emergence) TIDAK PERLU ditambah surfaktan.
Contoh surfaktan TRADISIONAL adalah alkil aril polioksietilen (AAPOE), alkohol polioksietilen (APOE), asam lemak (termasuk sabun, detergent), propilen glikol (PG), sorbitan monolaurat etoksilat (SME), dll. Surfaktan tradisional ini juga berfungsi sebagai penembus (merusak kutikula daun).
Contoh surfaktan ORGANOSILIKON adalah silikon etoksilat (SE), trisilikon etoksilat (TSE) dan sebagainya.
MINYAK (minyak bumi, crop oil concentrates, vegetable oil concentrates) kecuali sebagai pembasah/perata, juga dapat memperkuat daya tembus beberapa herbisida post emergence. Bahkan bisa jadi pelekat.
Sementara surfaktan untuk INSEKTISIDA dan FUNGISIDA dipilih yang tidak merusak tanaman seperti poliglukoside, fosfolipid, sorbitan, lateks, dan sebagainya.
Pada penyemprotan insektisida dengan formulasi EC tidak memerlukan lagi surfaktan, karena formulasi EC sudah berbentuk minyak dan minyak menempel pada permukaan daun. Cotoh insektisda yang EC adalah STARBAN 585 EC, MATADOR 25 EC, BULDOK 25 EC, BESTOX 50 EC, BOOSTER 250 EC.
Dari golongan minyak, crop oil dapat digunakan untuk INSEKTISIDA dan FUNGISIDA. Crop oil adalah minyak dari tumbuhan yg sudah dimurnikan.
Sumber Image & Refensi yang sudah disesuaikan dengan kepentingan SEO.
Posting gambar dan artikel FB Panut Djojosumarto pada tanggal 20.06.2010