Ada yang mengatakan bahwa penyemprotan sebaiknya dilakukan pada siang hari agar stomata dapat menyerapnya. Benarkah pestisida diserap lewat stomata daun?
Berikut adalah beberapa referensi mengenai hal tersebut.
Tulisan dari Proceeding of the California Weed Science Society (1999, penulisnya lupa) menyatakan: Meskipun herbisida yg mudah menguap dapat dengan mudah memasuki stomata, namun larutan herbisida dalam air tidak mungkin menembus stomata kecuali bila tegangan permukaannya dapat diturunkan secara significant.
Sebelum diketemukannya surfaktan organosilikon, penetrasi herbisida lewat stomata dianggap sangat kecil peranannya.
(Catatan dari saya: Hal ini berlaku untuk pestisida lainnya).
Fred Whitford (tahun ?) menulis: Stomata membuka dan menutup untuk pengeluaran gas dari daun. Tidak ada korelasi antara jumlah stomata dan jumlah pestisida yang diserap daun.
Ini mengindikasikan bahwa stomata bukan merupakan rute penting bagi penyerapan pestisida.
Wang dan Lu (tahun ?) menyatakan: Penyerapan pestisida oleh daun adalah proses difusi melewati lapisan lilin dari kutikula daun dan membran plasma dari sel-sel epidermis.
R. C. Kirkwood (1999) bilang: Pengangkutan pestisida melewati kutikula adalah proses difusi yang terdiri atas tiga langkah : 1. Penyerapan oleh kutikula, 2. Difusi melewati kutikula, dan 3. Pelepasan dari kutikula.
Kesimpulan:
Uptake (penyerapan) pestisida lewat stomata, kalau pun ada, peranannya sangat kecil.
Harap diingat bahwa yang dapat diserap oleh daun adalah pestisida-pestisida sistemik, translaminar dan sistemik lokal. Pestisida yang non-sistemik akan tetap tinggal di permukaannya daun, tidak masuk ke jaringan (daun) tanaman.
Keterangan
Kutikula adalah lapisan terluar dari helaian daun, yg terdiri atas 3 lapisan, yakni lilin (wax), kutin dan pektin.
Tulisan ini re-publish dari akun Facebook Panut Djojosumarto tangal 8 Februari 2020. Judul sudah dirubah untuk keperluan SEO artikel.
Aplikasi pestisida mengandung resiko terpaparnya badan aplikator dengan pestisida. Pestisida adalah racun bagi hama, penyakit, atau gulma. Namun juga bisa berbahaya bagi penggunanya, kalau tidak menerapkan praktek-praktek aplikasi pestisida yang benar. Aplikasi pestisida yang benar adalah menggunakan alat pelindung diri yang berupa apron (celemek), sarung tangan, penutup wajah, masker dan sepatu boat. Selain pakaian yang dikenakan aplikator harus berlengan panjang dan celana panjang. Kenapa? Karena untuk mencegah timbulnya risiko keracunan.
Pakaian Pelindung Diri (APD)
Apron harus dikenakan sewaktu aplikator dalam seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pestisida seperti pada saat mencampur, mengisi tangki, dan menyemprotkan pestisida. Apron ini harus memenuhi syarat mampu melindungi tubuh dari berbagai formulasi pestisida, tahan lama, ada sirkulasi udara, nyaman dikenakan, dan ringan.
Cairan pestisida yang disemprotkan oleh knapsack sprayer sangat kecil ukuran partikelnya. Penglihatan mata secara langsung terkadang tidak terlihat karena ukuran/dropletnya sangat kecil bisa mencapai >100 droplet/cm2. Namun jika menggunakan stardust dibawah lampu violet dapat terlihat seperti gambar disamping.
Tidak semua semprotan itu mengenai sasaran (daun atau hama) yang menjadi target penyemprotan. Adanya angin sekitar tempat penyemprotan, sangat memungkinkan semprotan juga mengenai bagian-bagian tumbuh aplikator. Belum lagi kalau tangki yang digunakan mengalami kebocoran dibagian tangkinya. Dapat dibayangkan berapa banyak bagian tubuh aplikator yang terpapar oleh pestisida. Oleh karena itu penggunaan apron menjadi sangat penting.
Banyak jenis bahan yang dapat digunakan untuk Apron, diantaranya dengan bahan tyvek. Keunggulan Tyvek dapat dicuci dan bersifat anti percikan cairan. Karena itu, baju yang terbuat dari tyvek tidak akan basah, jika hanya terkena butir-butir kecil cairan pestisida. Tyvek juga sangat ringat, beratnya hanya 110 – 150 gram/meter2.
Jenis Pakaian Pelindung Diri Apron
Ada dua macam baju pelindung, one-piece garment (baju satu potong) atau sering disebut ponco, berlubang di kedua sisi sampingnya untuk menjamin sirkulasi udara. Panjangnya 2 meter dan lebar 60 cm. Bagian depan panjangnya 85 cm, sedang bagian belakangnya 115 cm. Tujuannya untuk melindungi tubuh bagian belakang dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor.
Kedua bagian baju itu dihubungkan dengan tali sepanjang 55 cm. Desain pakain pelindung lainnya yaitu two pieces garment (setelan baju dan celana). Baju berlengan panjang dengan tali karet pada bagian pinggang.
Pabriksprayer.com menyediakan apron dari bahan parasut. Seperti pada gambar berikut.
FUNGISIDA Mana yang Anda Suka? MANKOZEB BIRU apa TIFLO 80WG?
Kegagalan panen akibat serangan jamur di musim hujan bisa mengakibatkan kerugian s/d 30% bahkan gagal panen jika terlambat pengendalian penyakit.
Pastikan kualitas produk yang Anda pakai itu bagus dan kandungan bahan aktifnya berkualitas.
Temukan bedanya kualitas kelarutan antara fungisida Mankozeb Biru dan TIFLO 80WG pada video dibawah.
Mau PANEN BAGUS kok Fungisidanya COBA-COBA! Gunakan TIFLO 80WG!
Keunggulan TIFLO 80WG
Keunggulan Tiflo 80WG yang tidak dimiliki oleh Fungisida kontak lain seperti Mankozeb, Propineb, Metiram, golongan EBDC lainnya.
TIFLO 80WG dapat digunakan sebagai REPELENT (PENGUSIR) pada BURUNG dan TIKUS! Pengusir burung yang sangat efektif pada saat umur padi mulai pengisian. Pengusir tikus yang sangat efektif pada saat umur padi setelah tanam sampai dengan generatif.
TIFLO 80WG dapat sangat efektif digunakan untuk merangsang pohon buah yang DORMAN (tidak berbuah) seperti pada tanaman jeruk, mangga, apel, dan lainnya.
TIFLO 80WG dapat digunakan untuk mengendalikan SOIL BORNEFUNGUS – jamur yang ada di dalam TANAH.
TIFLO 80WG dapat digunakan untuk SEED TREATMENT – perlakuan benih sebelum tanam, untuk mengendalikan
jamur yang terbawa benih.
TIFLO 80WG memberikan perlindungan terhadap DAMPING-OFF (rebah batang pada kecambah benih).
Salah satu masalah yang cukup serius dalam usaha budidaya buah-buahan, seperti jeruk, cabai, jambu, apel, mangga adalah penyakit busuk buah dan kerontokan buah sebelum matang yang salah satu penyebabnya adalah karena serangan lalat buah.
Pengertian lalat buah merujuk pada dua spesies yang berbeda, yaitu lalat cuka (pomace fly) dari famili Drosophilidae dan lalat buah (true” fruit fly) dari famili Tephritidae.
Tercatat kurang lebih 5.000 spesies lalat yang sudah dideskripsikan dan terbagi dalam 500 genus. Sebagian besar digolongkan sebagai hama, misalnya genus Bactrocera. Hanya sebagian kecil dari spesies ini berperan sebagai musuh alami.
Beberapa lalat buah yang banyak adalah jenis Bactrocera umbrosa, Bactrocera papayae, Bactrocera carambolae dan Bactrocera dorsalis. Tanaman inang dari lalat-lalat tersebut juga beragam. Berbeda jenis lalat buahnya, berbeda pula tanaman inangnya.
Tanaman inang untukBactrocera Umbrosa adalah nangka, cempedak, sukun, jeruk.
Tanamn inang dari jenis B. papayae adalah pisang, mangga, pepaya, jambu biji, belimbing, cabai, nangka, duku, rambutan, sawo, sirsak, jeruk, terong.
Bactrocera carambolaedan B. dorsalis adalah jambu biji, belimbing, cabai, sukun, nangka, mangga, sawo, tomat, dan jeruk.
Umumnya populasi lalat buah akan meningkat pada musim penghujan. Curah hujan memiliki hubungan terhadap pembuahan tanaman inang dan masa pembuahan banyak terjadi ketika musim hujan.
Serangan Lalat Buah Pada Tanaman
Lalat buah dapat hidup dan berkembang pada suhu 10-30°C dan telurnya pada suhu antara 25-30°C. Telur-telur tersebut dapat menetas dalam waktu yang relatif singkat yaitu 30-36 jam.
Serangan lalat buah pada buah ditandai dengan ditemukannya titik hitam pada pangkal buah. Jika dibelah, di dalam buah ditemukan belatung (larva) lalat buah.
Pada tanaman cabai, lalat buah betina dewasa menyerang buah cabai dengan cara menusukkan ovipositornya kedalam buah cabai yang masih hijau (muda) untuk menyimpan telur-telurnya. Lalat buah betina bisa menghasilkan telur antara 100 hingga 120 butir.
Setelah 2 – 3 hari telur yang tersimpan didalam buah cabai menetas dan menjadi berenga atau larva. Larva inilah yang merusak dan menyebabkan buah cabai busuk dan rontok. Larva yang baru menetas akan membuat terowongan sambil memakan daging buah cabai, keadaan ini berlangsung lebih kurang 2 minggu. Selanjutnya larva dewasa akan jatuh ketanah dan kemudian akan membuat terowongan didalam tanah sedalam 2 – 5 cm dan dalam waktu 7-8 hari akan menjadi lalat buah dewasa. Daur hidup lalat buah antara 23 hingga 34 hari. Dalam setahun lalat buah bisa menghasilkan lebih kurang 8 sampai 10 generasi.
Cara Pengendalian Hama Lalat Buah
Tanam pada Lahan yang Steril
Jika akan menanam cabai, lakukan pada lahan yang bukan bekas tanaman cabai, timun, gambas, atau pare. Karena tanaman tersebut merupakan tanaman inang yang disukai lalat buah. Pada lahan bekas tanaman-tanaman tersebut kemungkinan besar regenerasi lalat buah berlangsung terus-menerus.
Pengendalian Dengan Cara Teknis (Manual)
Pengendalian secara manual atau dengan kultur teknis dengan cara memetik buah cabai yang terserang lalat buah kemudian memusnahkannya.
Pengendalian dengan cara ini bertujuan untuk memutus siklus hidup atau regenerasi lalat buah. Dengan memusnahkan buah cabai yang terserang secara otomatis telur atau larva lalat buah yang berada didalam buah cabai juga ikut musnah, sehingga populasi lalat buah dapat berkurang.
Pengendalian Secara Kimiawi (menggunakan insektisida kimia)
Pengendalian lalat buah menggunakan insektisida kimia bisa dilakukan dengan menggunakna insektisida kimia yang beredar dipasaran.
Gunakan insektisida yang mengandung pirethroid atau campuran misal bifenthrin dan nuvaluron, sipermethrin dan deltamethrin.
Mengendaliakan Hama Lalat Buah Dengan Perangkap
Pengendalian hama lalat buah yang paling aman tanpa residu pestisida adalah dengan menggunakan perangkap yaitu dengan zat penarik (attractant) metil eugenol.
Perangkap lalat buah yang diberi pemikat berupa atraktan metyl eugenol terbukti ampuh dalam memutus siklus hidup lalat buah. Sasaran dari perangkap ini adalah lalat buah jantan, mereka akan tertarik dan masuk kedalam perangkap. Sehingga lalat buah jantan mati dan tidak dapat membuahi lalat buah betina.
Meskipun banyak berkeliaran disekitar tanaman cabai tetapi lalat buah betina hanya menyerang buah cabai pada saat akan bertelur saja. Dengan terperangkapnya lalat buah jantan, maka lalat buah betina tidak akan bertelur dan tidak menyerang buah cabai.
Pemasangan perangkap metyl eugenol sebaiknya dilakukan sejak tanaman cabai masih kecil, atau setidaknya sejak tanaman berusia 1 bulan setelah tanam. Dalam 1 hektar lahan perangkap dipasang setidaknya 20-25 buah.
Cara membuat perangkap lalat buah dengan botol plastik bekas air minum adalah sebagai berikut.
Siapkan botol plastik yang sudah didesain sedemikian rupa seperti pada gambar di atas.
Celupkankapas yang dililitkan atau diikatkan pada ujung kawat ke dalam metil eugenol.
Masukkan kawat yang sudah dilapisi kapas dan dibasahi dengan metil eugenol.
Leher botol diikat dengan kawat sebagai gantungan pada dahan atau tiang yang sengaja digunakan untuk menggantungkan botol perangkap lalat buah.
Karena metil eugenol merupakan zat penarik (attractant), lalat buah jantan akan datang dan hinggap pada badan botol lalu bergerak masuk melalui lubang pada badan botol.
Lalat-lalat buah yang masuk akan terperangkap di dalam botol. Mereka tidak akan keluar kembali meski ketika bergerak merayap di dalam botol,mereka menemukan lubang untuk keluar dan akan jatuh ke dalam botol dan tidak akan dapat terbang atau bergerak keluar sehingga lalat-lalat jantan tersebut akan mati.
Karena lalat jantan yang berkurang populasinya, lalat betina meski bisa meletakkan telurnya pada buah cabai tetapi telur tersebut tidak akan menetas menjadi larva karena tidak melalui hasil perkawinan dengan lalat buah jantan.
Kapas yang dibasahi dengan metil eugenol efektif dapat bertahan sampai 1 bulan. Kemudian kapas diganti lagi dan dipasang yang baru pada ujung kawat yang masuk dalam botol.
Perangkap metil eugenol perlu ditempatkan cukup jauh dari tanaman sehingga lalat buah menjauh dari tanaman yang hendak dilindungi.
Jika menghendaki botol seperti di atas, dapat mengubungi admin blog ini di sini
Menggunakan Lem Perangkap Lalat Buah
Selain menggunakan perangkap seperti petrogenol, penanggulangan lalat buah juga bisa dilakukan dengan pemasangan lem perangkap. Lem khusus pemikat lalat buah ini penggunaannya cukup mudah dan praktis. Lem dioleskan merata pada botol bekas atau lembaran kertas kemudian dipasang beberapa buah pada lahan pertanian cabai. Lem perangkap lalat buah biasanya berwarna kuning, sehingga lalat buah akan tertarik untuk mendekat dan menempel pada perangkap lem tersebut.
Selain untuk mengendalikan lalat buah, lem perangkap bisa juga digunakan untuk mengendalikan serangga-serangga perusak tanaman lainnya, misalnya hama dari jenis kutu-kutuan.
Sumber gambar: koleksi pribadi, google, balitbangtan
Praktik aplikasi penyemprotan pestisida untuk mendapatkan hasil yang terbaik harus memperhatikan setidaknya 3 hal yaitu Laju penyemprotan, tinggi bidang semprotan dan tekanan dari alat semprot yang konstan.
Kalibrasi alat semprot sangat diperlukan kegiatan aplikasi penyemprotan. Kalibrasi menyangkut 3 hal berikut:
Dosis produk yang benar
Volume air yang benar
Nozzle yang benar
Jangan pernah sepelekan peralatan alat semprot (tangki sprayer). Usahakan agar selalu bersih dan terawat.
4 langkah untuk mendapatkan hasil aplikasi penyemprotan pestisida yang baik
Langkah 1. Cek tangki sprayer dengan air yang bersih
Perbaiki semua kebocoran sebelum menggunakan sprayer. Ketahui di mana kebocoran paling mungkin terjadi. Selalu menyiapkan suku cadang untuk memperbaiki setiap kebocoran yang mungkin terjadi sewaktu-waktu.
Periksa bagian bodi tangki sprayer untuk mengecek adanya kerusakan dan kebocoran, periksa tali, dan bersihkan nozel dan filter
Langkah 2. Kalibrasi tangki semprot
Untuk mendapatkan hasil penyemprotan yang sesuai dengan tujuan penyemprotan jangan lupa baca label produk pestisida yang akan digunakan, ikuti instruksi kalibrasi, sesuai nozzle dengan produk yang akan diaplikasikan, dan ukur luas bidang semprot. Sesuaikan volume air (l/ha) dalam batas yang disarankan untuk kebutuhan spesifik Anda seperti tahap pertumbuhan tanaman
Untuk mendapatkan penyemprotan yang baik, terdapat 3 bentuk nozel (spuyer) yang dapat digunakan pada tangki sprayer. Setiap bentuk nozzle memiliki ukuran masing-masing untuk mengoptimalkan penggunaan produk yang akan diterapkan. Penggunaan nozel untuk pengunaan herbisida, berbeda dengan untuk penggunaan insektisida maupun fungisida. Hal ini berkaitan dengan drift atau aliran hasil penyemprotan pada permukaan bidang semprot (daun, batang)
Berbagai nozel tersedia, untuk memenuhi kebutuhan produk kontras, untuk menerapkan volume air yang berbeda serta ukuran tetesan dan pola distribusi yang berbeda.
Memilih jenis dan ukuran nosel sangat penting: untuk tingkat volume air (l / ha), ukuran dan distribusi droplet.
Ukuran drop yang digunakan dapat mempengaruhi aktivitas produk yang diterapkan dan keamanan; tetesan yang lebih kecil dapat menyebabkan penyimpangan semprotan
Volume air yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi untuk menyebabkan limbah produk melalui limpasan atau terlalu rendah untuk tidak cukup menutupi semua permukaan target.
Untuk penyemprotan hebisida dan fungisida sistemil lebih dianjurkan gunakan nozel fan flat (nozel kipas) dan reflex (deflektor atau polijet) nozel
Untuk penyemprotan fungisida kontak dan isektisida lebih dianjurkan menggunakan nozel fan flat dan nozel hollow cone dengan hasil penyemprotan lubang tengah.
Langkah 3. Aplikasi penyemprotan
Pakailah pakaian pelindung yang sesuai
Hindari kontaminasi air
Semprotkan angin ke bawah dan hindari drift
Langkah 4. Pembersihan tangki sprayer setelah digunakan
Agar alat semprot sprayer selalu dalam keadaan baik dan siap pakai, maka sprayer harus dirawat dengan baik.
Sesudah digunakan segera sprayer dicuci dengan air bersih untuk membersihkan kotoran dan sisa pestisida. Jangan mencuci sprayer di sungai atau aliran air karena dapat mencemari aliran air tersebut.
Cara mencuci sprayer:
Masukan air dan deterjen ke dalam spraye, kemudian digoyangkan. Air dibuang.
Isi kembali dengan air dan digoyang-goyangkan.
Keringkan dan simpan ditempat khusus dan tidak lembab
Kesimpulan Teknik Aplikasi Penyemprotan Pestisida
Praktik terbaik untuk mendapatkan penyemprotan yang baik adalah dengan memperhatikan hal berikut:
Menanam anggur kini sudah menjadi tren di beberapa wilayah. Sebut saja di Bantul – Jogyakarta, kini ada kampung angur. Tepatnya di Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Seperti yang diberitakan di Kompas.com “Unik, Ada Kampung Anggur di Bantul. Anggur di budidayakan disana adalah anggur lokal yaitu jenis “isabel”, dan jenis impor yaitu “ninel”. Ninel dipilih karena mudah dikembangkan dan perawatannya pun mudah, buahnya besar dan rasanya manis. Varietas anggur Ninel juga tak mengenal musim dan dapat berbuah setiap tahun.
Lantas kita juga bisa menaman anggur di teras rumah kita seperti yang dikembangkan di Bantul. Menanam anggur sangatlah mudah. Banyak keuntungan dengan menanam anggur di halaman rumah kita.
Anggur tidak hanya sebagai sumber buah untuk dikonsumsi sendiri sebagi sumber protein dan juga manfaat lain adalah anggur untuk kesehatan, untuk ibu hamil, anggur untuk diet, anggur untuk diabetes, kecantikan, dan lainnya.
Bahkan anggur dapat menjadi sumber ekonomi keluarga dengan menjual anggur kepada tetangga dan pengepul anggur. Harga jual anggur dipasaran berkisar 30.000 sampai dengan 50.000 rupiah per kilogram. Memang anggur termasuk salah satu kategori buah exlusive, hanya untuk kelas golongan atas.
Jika kita ingin menanam anggur di pekarangan, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menanam anggur adalah:
1. Pemilihan jenis atau varietas bibit anggur
2. Pemilihan lokasi tanam
3. Penanaman tanaman anggur
4. Pemeliharaan tanaman anggur
6. Pemupukan tanaman anggur
7. Pemeliharaan lanjutan tanaman anggur
8. Pengendalian Penyakit anggur
9. Pemanenan anggur
1. Pemilihan jenis dan varietas bibit anggur
Perlu diperhatikan dalam memilih bibit adalah yang memiliki kualitas yang baik atau super.
Ada banyak jenis anggur antara lain janggur jaboticaba, anggur moondrops, anggur preco, anggur caroline, anggur kyoho, anggur black autumn, anggur sweet sapphire, anggur roby roman, anggur safir,anggur black panther, anggur muscat, anggur moondrop, anggur livia, anggur red caroline, anggur arra 15, anggur hope, anggur prabu bestari, anggur ninel, red globe, anggur mc donald, anggur jupiter.
Harus cermat dalam memilih jenis anggur yang akan ditaman karena merupakan investasi untuk jangka panjang. Salah-salah memilih jenis anggur, rugi waktu dan tenaga jika hasil buahnya tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Namun demikiian ada kabar baiknya, jika anggur yang ditanam kurang produktif, masam, karena kita bisa melakukan rehabilitasinya dengan sambung pucuk.
Pilihlah bibit anggur yang baik untuk memudahkan proses pertumbuhan dan menghasilkan buah yang berkualitas. Anda bisa mendapatkan bibit dengan melakukan stek dari indukan yang berkualitas.
Karena tanam anggur yang menggunakan bibit stek akan tumbuh lebih padat dan besar. Bibit anggur berkualitas baik bercirikan dengan panjang stek tidak lebih dari 25-30 cm, dan banyak ruas sekitar 2-3.
Batang stek anggur berbentuk bulat dengan diameter sekitar 1 cm. Batang berwarna coklat dengan kulit hijau harus memiliki kandungan air dan tidak ada bercak hitam.
Bibit anggur yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Panjang stek yang digunakan tidak boleh lebih dari 25 hingga 30 cm dengan banyak ruas 2 hingga 3.
Batang yang di stek harus berbentuk bulat dengan lingkar diameter sebesar 1 cm.
Pada bagian kulit batang yang berwarna coklat dan bagian kulit batang berwarna hijau, tidak terdapat bercak hitam sedikitpun dan memiliki kandungan air.
2. Pemilihan Lokasi tanaman anggur
Daerah tempat menanam ninel anggur ninel tidak ditanam di daerah dengan ketinggian di atas 700 mdpl. Semakin tinggi tanaman anggur ditanam, tingkat kemanisannya bakal berkurang. “Di bawah 700 mdpl akan manis dan di atasnya bakal semakin masam.
3. Penanaman tanaman Anggur
Jika sudah memiliki bibit anggur yang di stek langkah selanjutnya adalah penanaman.
Penanaman anggur ninel dimulai dengan membuat lubang tanam dengan ukuran 50 cm x 50 cm, dan kedalaman yang sama. Lubang diisi dengan campuran 50% tanah, 25% sekam dan sisanya pupuk kandang. Lantas media tanam tersebut didiamkan selama dua minggu. Baru setelah itu ditanami bibit yang sudah diberi ajir (kayu penyangga) supaya tidak roboh dan juga sekaligus sebagai media rambatan anggur.
Jika akan menanam anggur dalam pot, persiapkan pot dengan ukuran 75. Media tanamnya ½ bagian sekam mentah 1 bagian sekam bakar 1 bagian tanah. Semua media di campur jadi satu di aduk-aduk rata hingga tercampur lalu masukan media ke pot dan bibit dan tanam.
4. Pemeliharaan awal tanaman anggur
Anggur sudah biasa tumbuh di daerah tropis, karenanya air yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Jika tekstur tanah masih lembab maka tidak harus disiram terlalu sering. Sebaliknya, jika tekstur tanah sudah mulai kering, sebaiknya cepat disiram. Penyiraman bisa dilakukan setelah 3-5 hari sekali agar tanaman tetap terawat dengan intensitas air yang cukup dan menyiramnya dari sekitar tanaman.
Setelah tanam sekitra 2 mingguan dan sehat, tahapan selanjutnya adalah melakukan pruning untuk pembentukan cabang dan pemberian ajir untuk rambahatan tanaman anggur.
Membudidayakan tanaman anggur perlu rajin membuang tunas air yang ada di ketiak daun. Tujuannya adalah supaya tanaman anggur cepat menjalar dengan cepat dan tidak menjadi kerdil. Proses pembuangan tunas itu harus sudah dilakukan saat tanaman masih kecil.
Pruning dilakukan untuk memacu pertumbuhan tunas dan cabang baru. Sembari menunggu pemupukan rutin seminggu sekali dengan pupuk organik harus di berikan. Ketika tunas muncul kita juga harus membuang tunah air yg tumbuh bersamaan, dan membentuk cabang
5. Pemupukan tanaman anggur
Agar anggur cepat berbuah kuncinya ada pada pemupukan. Setelah tiga minggu, bibit anggur ninel diberi kembali pupuk supaya pertumbuhannya bisa terjaga. Pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk kandang, pupuk NPK 16-16-16, pupuk NPK 20-20-20, dan pupuk cair tanaman lainnya.
Waktu pepupukan adalah – Pemupukan awal adalah dengan NPK 20-20-20 dan pupuk cair lainnya diberikan pada 1 bulan setelah tanam dan diulang setiap bulan sekali.
– Pemupukan lanjutan adalah pupuk kandang + kapur pertanian + NPK 16-16-16 yang diberikan pertama kali pada 4 bulan setelah penamanan dan diulangi setiap 4 bulan
Dosisnya NPK disesuaikan dengan perkembangan tanaman anggur. Selanjutnya tinggal mengawasi perkembangan bibit dan membuang tunas air (pruning) supaya cepat besar.
6. Pemeliharaan lanjutan tanaman anggur
Setelah delapan bulan, tanaman anggur ninel mulai berbunga. Dan sekitar satu tahun mulai berbuah. Saat buah muncul dan masih kecil, ada baiknya membuang beberapa buah anggur. Supaya buah anggur ninel bisa tumbuh besar mencapai ukuran 3 cm.
Setelah beberapa bulan pembentukan cabang dan pemupukan rutin akan muncul bunga. Saatnya setting lingkar pada rambatan sembari membuang dahan-dahan yg mengganggu dan sisakan beberapa dahan untuk fotisintesis agar buah maksimal. Berikan pupuk organik dgn kandungan P dan K tinggi
7. Pengendalian Penyakit Tanaman Anggur
Powdery Mildew(Embun Tepung)
Termasuk salah satu dari 4 besar penyakit utama anggur dan ditempatkan pada peringkat ke tiga oleh sebagian besar Pekebun Anggur di 5 Benua. Penyebab utamanya adalah jamur Uncinula Necator Area yang menyerang Daun dan Buah.
Pengendaliannya dengan menyemprotkan fungisida. Bahan aktif fungisida yang dapat digunakan untuk pengendalian Powdery Mildew adalah Propiconazole atau Sulfur atau Captan atau Ziram atau Tiram atau Kresoxim Methyl atau Pymetrozine atau Pyraclostrobin dan Bascalid.
Waktu aplikasi Sejak Bud Break hingga Terbentuknya buah (2 minggu dari sebelum terbentuknya bunga hingga 4 minggu setelah bunga mekar adalah phase kritis serangan Powdery Mildew terhadap Buah)
Interval Penyemprotan : Antara 7- 14 hari (sesuai petunjuk merek ) Dosis : Sesuai petunjuk masing-masing merek tersebut.
Sangat dianjurkan untuk melakukan penyemprotan secara bergantian dengan beberapa bahan aktif yang berbeda.
Black Rot
Black Rot (Guignardia bidwellii) Juga merupakan salah satu dari 4 besar penyakit anggur dan ditempatkan pada peringkat ke dua oleh sebagian besar Pekebun Anggur di 5 Benua. Penyebab utamanya adalah jamur Ascomycetes Guignardia bidwellii.
Area serangan : Daun, Batang, Tangkai buah,Tendril dan Buah.
Pengendaliannya dengan penyemprot dengan fungisida yang berbahan aktif Mancozeb atau Captan atau Ziram atau Tiram atau Kresoxim Methyl atau Pymetrozine atau Pyraclostrobin dan Bascalid
Masa Penyemprotan : Sejak Bud Break hingga Terbentuknya Buah Interval Penyemprotan : Antara 7- 10 hari Dosis : Sesuai petunjuk masing-masing merek tersebut.
8. Pemanenan Anggur
Masa pemanenan tanam anggur dapat dilihat ketika buah matang secara merata, tekstur buah sedikit lembek, dan buah mudah dipetik dari rantingnya.
Buah anggur ninel untuk masak sempurna rata-rata membutuhkan waktu 135 hari, ciri-ciri buah yang sudah masak yaitu semua buah dalam satu ranting masak secara merata, warna buah yang dimiliki antara buah yang satu dan yang lainnya berwarna yang seragam, buah tidak sulit untuk lepas dari rantingnya, tekstur buah tidak terlalu keras atau lunak. Saat panen ada baiknya ninel dibungkus untuk hindari hama lalat buah.
Agar mempermudah proses pemanenan, Anda bisa menggunakan gunting untuk memangkasnya. Hindari penumpukan buah anggur yang terlalu banyak pada satu wadah karena dapat merusak buah.
Porang, tanaman umbi-umbian tengah populer karena petani porang di desa Kepel, Jawa Timur berhasil menjadi miliader karena bisnis ekspor porang.
Porang
atau dikenal juga dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies
Amorphophallus muelleri. Porang adalah
tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan, anggota marga Amorphophallus. Karena
masih sekerabat dan mirip penampilan dan manfaatnya dengan suweg dan walur,
Porang sering kali dirancukan dengan kedua tanaman tersebut. Porang juga dapat dikategorikan sebagai
tanaman herbal ini dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter.
Apakah Porang itu Suweg?
Porang adalah tumbuhan mirip dengan suweg/walur/
Iles Iles tetapi porang mempunyai ciri ciri sendiri jadi porang bukan
suweg/iles iles’ ataupun walur, ciri-ciri tersebut memang belum banyak yang
mengetahui memang serupa kalau hanya sekilas.
Ciri
utama porang ada pada rantingnya yang terdapat buahnya. Dimana buah ini yang
nantinya bisa dibuat bibit. Buahnya ini biasa
disebut katak atau bulbil.
Umur porang jika ditanam lebih dari 1 musim batang akan semakin besar ukuran umbinya pun besar. Dalam periode musim ke-2 porang bisa menghasilkan jumlah katak bibit yang lumayan banyak pada setiap ranting ranting nya. Rata rata lebih dari 20 -25 butir katak.
Porang mempunyai buah atau katak (Jawa) atau pentol/bubil disetiap cabang tangkainya.
Mempunyai batang halus dan tidak bergerigi
Daun berbentuk bintang tetapi agak lebar sedikit tebal kaku
Daging umbi porang berwarna kuning
2. Suweg (Jawa dan sunda), Sobek (Madura) – Amorphophallus Campanulatus Forma Hortensis
Hampir mirip dengan porang tetapi tidak mempunyai buah disetiap cabang tangkainya.
Batangnya tidak begitu halus agak bergerigi.
Umbi suweg berwarna putih, berserat dan mempunyai mata tunas lebih dari satu.
3. Walur (Jawa) – Amorphophallus Campanulatus Forma Sylvestris.
Batang terdapat bintil-bintil
Tidak memiliki buah di tangkainya
Tinggi tanaman 1-1,5 cm
4. Iles putih – Amorphophallus variabilis. Tanaman ini hampir sama dengan porang juga akan tetapi yang membedakan adalah:
Tidak mempunyai buah disetiap cabang tangkainya
Batang nya halus, biasanya ber batang coklat, hitam, ada juga yang berwarna ungu
Daging umbi berwarna putih
Apa manfaat tanaman porang?
Tanaman umbi iles-iles mengandung glukomannan atau biasa disebut Konjac Glucomannan (KGM) yang berbentuk tepung. Kandungan tepung ini bisa diolah menjadi berbagai macam hal dan berperan sebagai bahan pengganti. Kandungan karbohidrat yang terdapat di umbi iles-iles mencapai lebih dari 80%, menjadikan karbohidrat komponen terpenting di dalam tanaman ini.
Selain
kaya akan karbohidrat, tanaman porang juga kaya akan manfaat untuk berbagai
macam bidang mulai dari kuliner sampai kesehatan. Beberapa manfaat dari porang adalah:
Dapat digunakan sebagai bahan baku lem yang ramah lingkungan.
Bahan Campuran untuk Industri. Kandungan Konjac dapat dijadikan bahan campuran untuk membuat kertas yang kuat dan tahan lama.
Bahan Obat. Kandungan KGM yang terdapat pada tanaman porang ternyata bermanfaat untuk dunia kesehatan, yaitu digunakan sebagai bahan pembentuk kapsul obat-obatan.
Pengganti Agar-agar. porang memiliki serat tidak berwarna yang dapat larut dengan mudah di dalam air, tidak memiliki bau, dan konsistensi yang menyerupai agar-agar. Hal ini menjadikan serat dari porang dapat diolah, sehingga menjadi seperti agar-agar.
Pembersih Air. Glukomannan sangat cocok untuk memurnikan air dan keloid dari bir, gula, minyak, dan juga serat.
Isolator Listrik. Glukomannan dari tanaman porang dalam bentuk gel dapat menjadi pengganti gel silikon. Gel silikon sangat bagus untuk mencegah penghantaran listrik dan juga panas, menjadikan gel ini substitusi yang sama bagusnya
Bahan Makanan Jepang. Di Jepang, tepung konjac dijadikan bahan campuran untuk membuat mie shirataki atau konnyaku.
Bahan Pengental Es Krim. Kandungan Konjac juga dapat digunakan sebagai sirup atau pengental perekat dalam campuran es krim agar tidak cepat meleleh.
Mengurangi Kadar Kolesterol. glukomannan pada tanaman porang umbi dapat mengurangi kadar kolesterol di darah. Selain itu, serat yang terdapat pada porang juga biasa digunakan sebagai alternatif diet, baik untuk menurunkan berat badan maupun untuk orang yang memiliki diabetes.
Membuat Bahan Waterproof. Jika dicampurkan dengan gliserin dan atau natrium hidroksida, glukomannan dapat menjadi bahan kedap air.
Berapa harga porang?
Porang
memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup
besar untuk diekspor. Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada
tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor mencapai Rp 11,31
miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.
Umbi porang saat ini masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.
Di
wilayah hutan Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Nganjuk budidaya porang
dikelola oleh LMDH Artomoro dan Trimulyo di lahan seluas lebih dari 500 hektar.
Budi dayanya yang perhektar bisa menghasilkan sebanyak 15 ton porang selama ini
menjadi komoditas ekspor.
Porang
juga dilakukan oleh masyarakat di sela-sela hutan jati yang diwenangi Perum
Perhutani Unit II Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Madiun, Jawa Timur (Jatim).
Warga di sekitar hutan mulai merasakan peningkatan kesejahteraan. MPSDH Wono Lestari mendapat hak pengelolaan seluas 112 hektare (ha) lahan disela-sela hutan jati di KPH Madiun, yang dimanfaatkan untuk menanam Porang. Harga porang basah bisa mencapai Rp 4.000 per kilogram. Sementara porang iris kering bisa mencapai Rp 35.000 per kilogram. Selain itu, harga tepung porang mencapai Rp 42 ribu per kilo.
Syarat Tumbuh, Teknik Perbanyakan dan Berapa Lama Porang Panen
Agar porang mendapatkan hasil yang maksimal, sebaiknya perlu memperhatikan syarat-syarat tumbuh tanaman sebagai berikut:
Tanaman
porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja. Namun untuk mendapatkan hasil
yang baik, maka siapkan tanah yang gembur dan subur serta tidak tergenang air.
Tanaman porang memerlukan naungan agar pertumbuhannya baik. Tingkat kerapatan naungan minimal 40 %.
Naungan yang cocok untuk tanaman porang adalah jenis pohon jati, mahoni, dan sonokeling.
Tanaman porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh. Tanaman tersebut dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 mdpl. Tetapi ketinggian yang paling baik untuk budidaya porang adalah pada ketinggian 100 – 600 mdpl.
Teknik Perkembangbiakan Porang
Perkembangbiakan dengan Bintil atau Katak. Setiap kurun waktu empat tahun, tanaman porang akan menghasilkan bunga yang akan menjadi buah atau biji. Satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
Perkembangbiakan dengan Umbi. Untuk umbi yang berukuran kecil, diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit. Untuk umbi yang berukuran besar, umbi dipecah-pecah sesuai ukuran yang diinginkan selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umurnya mencapai 2 tahun. Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 1 kg/umbi, sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya.
Ciri-ciri
porang yang siap panen adalah jika daunnya telah kering dan jatuh ke tanah.
Satu pohon porang bisa menghasilkan umbi sekitar 2 kg dan dari sekitar 40 ribu
tanaman dalam satu hektar bisa dipanen 80 ton umbi pada periode pemanenan tahun
kedua.
Setelah
umbi dipanen kemudian dibersihkan dari
tanah dan akar, umbi kemudian dipotong lalu dijemur, memotong umbi tersebut
harus benar karena menentukan kualitas porang yang dihasilkan.
Petani Jagung, Waspadalah ! Ulat Tentara Sudah Masuk Ke Indonesia.
Fall Army Worm, jenis Spodoptera frugiperda (FAW) saat ini sudah menyerang sejumlah tanaman jagung di Sumatera Barat (Sumbar). Hama berupa ulat (mirip ulat grayak) asal Amerika Serikat (AS) sesuai analisa tim ahli IPB mulai menyerang tanaman jagung yang masih muda di Pasaman Barat.
Setelah dilakukan identifikasi larva dan imago, serta diskusi dengan petani dugaan kuat Spodoptera frugiperda (FAW) sudah ada di Indonesia. Hal ini tidak mengejutkan bagi kami, karena serangga ini mempunyai daya jelajah yang cukup tinggi. Ulat yang mirip ulat grayak ini ditengarai menyerang tanaman jagung yang masih muda. 1 tanaman (pohon) ada 11 ekor hama FAW yang menyerang.
Guna mengantisipasi serangan FAW tak menyebar ke daerah lain menurut Dewi perlu dilakukan pendekatan pengelolaan hama terpadu (PHT). Petani harus diberi akses terhadap sarana yang efektif untuk mencegah kerusakan tanaman mereka antara lain dengan insektisida atau melalui musuh alami hama tersebut.
Kerusakan tanaman terutama disebabkan oleh larva yang mengkonsumsi jaringan daun. Namun, larva juga akan menggali lubang ke dalam titik tumbuh (kuncup, pusaran, dll). Sehingga hama ini kalau tak diatasi berpotensi menghancurkan pertumbuhan tanaman di masa depan. Kehilangan hasil atas seranga FAW antara 30-60%.
Tulisan ini merupakan ringkasan dari artikel dengan judul aslinya “Rahasia Bertani Padi Ala Maftukin” yang dimuat Majalah Agrina Edisi No 282 Desember 2017.
Maftukin adalah petani asal Desa Prangean, Kecamatan Maduran, Lamongan, Jawa Timur dan menjadi salah satu peserta pada Regional Farmer Panel pada Plant Science Seminar pada tanggal 14-15 November 2017 yang diselenggarakan oleh CropLife Asia.
Berikut adalah kiat-kiat sukses Maftukin dalam bertani padi sehingga mampu menghasilkan gabah kering panen (GKP) sekitar 10 ton per hektar.
Cara Pemilihan Pestisida
Cara Penggunaan Pupuk
Cara Teknik Pertanaman Jajar Legowo
Kiat Pemilihan Pestisida
Menutur Maftukin bertanam padi jaman now berbeda dengan 5
tahun lalu yang bisa dipastikan 75%-85% bisa panen, tetapi sekarang akan ada
kemungkinan gagal panen. Karena pengaruh
cuaca dan serangan hama dan penyakit yang semakin banyak. Oleh karena itu harus pandai-pandai
mengaplikasikan pestisida dan pengamatan lapangan. Petani harus memantau keadaan padi di
lapangan dua atau tiga hari sebelum aplikasi pestisida.
Sesuaikan Jadwal Aplikasi Pestisida
Jika menurut jadwal pestisida harus digunakan 10-15 HST,
maka aplikasikan pada umur tersebut.
Jangan diaplikasikan kurang dari 10 HST atau lebih dari 15 HST.
Menghadapi Serangan Wereng
Jika ditemukan serangan wereng pada masa vegetatif (umur tanaman 0-50 Hari Setelah Tanam (HST) pestisida yang dipilih adalah Confidor. Namun jika serangan wereng terjadi pada masa primordia (bunting muda) pestisida yang dipakai adalah Plenum atau Tenchu.
Menghadapi Serangan Sundep (Penggerek Batang)
Jika ditemukan adanya serangan sundep dan masih dalam keadaan normal pestisida yang dipakai adalah Belt Expert. Jika serangan sudah diambang batas, maka pestisida yang dipakai adalah Endure. Namun jika serangan sudah parah banget, pestisida yang digunakan adalah Prevathon.
Kiat Penggunaan Pupuk
Sama halnya dengan penggunaan pestisida, penggunaan pupuk
juga waktu aplikasinya harus tepat waktu.
Pemupukan pertama dan kedua
Pemupukan petama pada umur 15 HST, yaitu satu kuintal urea dan satu kuintal NPK Phonska per hektar. Pemupukan kedua saat umur 25-30 HST dengan satu kuintal NPK Phonska dan satu kuintal SP36.
Pengamatan terus dilakukan, jika tanaman sehat berwarna hijau dan kokoh selanjutnya diberikan pupuk KCL sebanyak 70 kg/ha pada saat umur tanaman 40 HST. Pemberian KCL bisa memberikan pengisian bulir padi maksimal.
Pemberian Nutrisi Tambahan
Pada umur 55 HST dan 65HST kembali diberikan nutrisi MKP (mono Kalium Phospate)cap Kapal Terbang sebanyak 2 kg/ha. Pada saat yang sama diberikan juga Folicur sebagai booster padi sebanyak 250 ml per hektar. Aplikasinya bisa disemprotkan secara bersamaan antara Folicure dangan MKP (-red).
Kiat Teknik Pertanaman Jajar Legowo
Selain cara penggunaan pestisida, pemupukan dan pemberian
nutrisi tambahan, tidak kalah penting adalah penerapan teknologi budidaya padi
dengan menggunakan jajar legowo. Jarak
tanam antarbaris 25 cm, jarak dalam baris 10 cm, dan jarak legowonya (atau jarak
setiap dua baris) 40 cm.
Dengan jajar legowo seperti di atas, populasi tanamannya 400 ribu rumpun/ha, dengan produktivitas gabahnya lebih dari 10 ton GKP/ha/musim.
Keterangan produk pestisida
CONFIDOR 5WP adalah Insektisida sistemik racun kontak dan lambung berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dengan bahan aktif imidakloprid (imidacloprid) 5 %. Confidor buatan PT Bayer Indonesia.
PLENUM 50 WG adalah Insektisida penghambat aktivitas makan berbentuk butiran yang dapat didispersikan dalam air dengan bahan aktif pimetrozin (pymetrozine) 50 %. PLENUM 50 WG diproduksi oleh PT. Syngenta Indonesia.
Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng daun (Nephotettix virescens) dengan penyemprotan volume tinggi : 100 – 300 g/ha.
TENCHU 20 SG adalah Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk butiran yang dapat larut dalam air dengan bahan aktif dinotefuron (dinotefuron) 20 %. TENCHU 20 SG diproduksi oleh PT DuPont Agricultural Products Indonesia.
Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan penyemprotan volume tinggi : 400 – 500 g/ha.
BELT EXPERT 480 SC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi dengan dua bahan aktif yaitu flubendiamida (flubendiamide) 240 g/l dan tiakloprid (thiacloprid) 240 g/l. BELT EXPERT 480 SC diproduksi oleh PT Bayer Indonesia.
Pengendalian penggerek batang (Scirpophaga incertulas) dengan penyemprotan volume tinggi : 300 ml/ha.
ENDURE 120 SC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi dengan bahan aktif spinoteram (spinoteram) 120 g/l. ENDURE 120 SC diproduksi oleh PT Dow AgroSciences Indonesia.
Pengendalian penggerek batang (Scirpophaga incertulas), pelipat daun (Cnaphalocrosis medinalis) dengan penyemprotan volume tinggi : 250 – 375 ml/ha.
PREVATHON 50 SC adalah insektisida sistemik racun kontak, lambung dan syaraf berbentuk pekatan suspensi dengan bahan aktif klorantraniliprol (chlorantraniliprole) 50 g/l. PREVATHON 50 SC diproduksi oleh PT DuPont Agricultural Products Indonesia.
FOLICURE GOLD 430 adalah Fungisida sistemik yang bersifat protektif, kuratif, eradikatif dan zat pengatur tumbuh tanaman berbentuk pekatan suspensi berwarna abu-abu kecoklatan untuk mengendalikan penyakit jamur padi dan sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman padi. FOLICURE GOLD berbahan aktif tebukonazol 430 g/l dan diproduksi oleh PT. Bayer Indonesia.
Jeruk merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial dikem bangkan di Indonesia. Mengingat komoditas jeruk mempunyai peran penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah masyarakat Indonesia. Selain itu, membuka kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Jeruk yang berkembang di Indonesia digolongkan menurut jenisnya, yaitu jeruk siam, jeruk keprok, dan jeruk besar (pamelo).
Luas panen jeruk diproyeksikan meningkat sampai dengan 2020, yaitu sebesar 2,03% per tahun. Dengan demikian, pada 2020 luas panen jeruk diproyeksikan menjadi 61.788 ha.
Produksinya sampai dengan 2020 diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 4,93% per tahun, di mana pada 2020 produksi jeruk akan mencapai 3.246.994 ton.
Namun dari besarnya potensi tersebut banyaknya kendala dalam budi daya jeruk. Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai beberapa penyakit pada tanaman jeruk.
Penyakit yang Tanaman Jeruk
Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Biologinya
adalah jamur Phytophthora dapat
bertahan dalam tanah dan disini dapat membentuk sporangium dan spora kembara.
Jamur terutama dipencarkan oleh air hujan dan air pengairan yang mengalir di
atas permukaan tanah. Infeksi terjadi melalui luka-luka alamiah maupun
luka-luka yang terjadi karena alat pertanian maupun hewan termasuk serangga.
Gejalanya berupa mula-mula kulit pada pangkal batang berwarna hitam kebasah-basahan dan mengeluarkan blendok (gom) encer. Jika bagian yang busuk dipotong, kelihatan bahwa jaringan di bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Setelah beberapa lama kulit mati dan mengelupas (jatuh).
Pengendalian
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman.
Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya.
Bagian yang sakit dipotong.
Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.
Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)
Jamur Botryodiplodia theobromae mengadakan
infeksi melalui luka-luka mekanis akibat pemangkasan, serangga, atau penyakit
buih.
Gejalanya berupa keluarnya blendok (gom) yang berwarna kuning emas dari batang atau abang-cabang yang besar pada serangan Diplodia basah.
Sedangkan serangan Diplodia kering berupa kulit mongering, dan jika dipotong, kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah kecil, dari dalamnya keluarnlah massa spora yang semula berwarna putih, tetapi akhirnya berwarna hitam.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi sumber infeksi.
Menyemprot batang-batang dengan fungisida.
Penyakit Gloeosporium (Antraknos)
Penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum gloeosporioides Penz dan Gloeosporium limetticolum Clausen. Factor yang mempengaruhi terjadi serangan pathogen ini adalah lemahnya jaringan tanaman akibat kondisi yang kurang baik, cuaca yang panas dan lembab.
Gejalanya berupa bercak-bercak cokelat pada daun dan dapat menyebabkan daun menjadi rontok. Pada ranting-ranting terbentuk banyak sekali tubuh buah jamur yang bisa menyebabkan ranting jadi mati. Bagian di sekitar tangkai buah berwarna cokelat dan dapat menyebabkan rontoknya buah-buah.
Pengendalian
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Diusaahakan tanaman selalu berada dalam kondisi yang optimum.
Ranting-ranting yang mati dipotong dan dibakar.
Penggunaan fungisida.
Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.)
Jamur dapat
mempertahankan diri dalam tanah pada sisa-sisa akar. Penularan hanya terjadi
karena adanya kontak antara akar sehat dengan akar atau sisa akar sakit, dan
dengan rizomorf.
Gejalanya berupa daun-daun rontok dengan tiba-tiba atau sedikit demi sedikit. Pembentukan bunga salah waktu (di luar musimnya). Akar-akar membusuk, kulitnya menjadi lunak, dan kayu mengandung banyak air. Setelah beberapa lama pada permukaan kulit terbentuk benang-benang jamur, mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi cokelat muda atau cokelat tua. Kalau akar yang sakit dipatahkan akan tercium bau jamur yang khas.
Pengendalian
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin dan dibakar.
Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi.
Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk membuka semua akar dekat tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.
Kudis (Sphaceloma fawcetti)
Kudis
disebabkan oleh Sphaceloma fawcetti
Jenkins. Spora dipencarkan oleh angin dan serangga. Cuaca juga mempengaruhi
perkembangan penyakit ini, yaitu ketika musim hujan.
Gejalanya
yaitu pada buah, daun, dan ranting-ranting muda terdapat kutil-kutil kecil
berwarna kuning. Kelak kutil-kutil ini menjadi cokelat kelabu, keras dan
bergabus, bersatu dan membentuk kerak yang keras. Daun-daun yang sakit keras
berkerut dan gugur.
Pengendaliann
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera berbunga.
Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.
Fungisida Untuk Jeruk
Dari beberapa penyakit di atas, ada banyak fungisida yang dipakai yang tersedia dipasaran dari berbagai jenis bahan aktif sesuai dengan target sasaran masing-masing.
Pestisida yang digunakan untuk mengelola penyakit buah jeruk dibedakan menjadi fungisida kontak (pelindung) dan sistemik.
Fungisida kontak digunakan untuk melindungi tanaman terhadap infeksi di lokasi aplikasi. Karakteristik mereka adalah sebagai berikut:
Mereka memberikan perlindungan terhadap infeksi.
Mereka tidak menembus ke dalam tanaman.
Mereka membutuhkan distribusi seragam di permukaan tanaman.
Mereka membutuhkan aplikasi berulang untuk memperbarui setoran.
Mereka memiliki mode aksi multisite terhadap jamur.
Jamur tidak mungkin menjadi resisten terhadap fungisida pelindung. Beberapa fungisida pelindung umum adalah Bravo, captan, tembaga, Dithane, Manzate, Polyram, sulfur, Ziram dan Thiram
Fungisida Ziram dan Thiram untuk Jeruk
Salah satu jenis fungisida yang berbahan aktif thiram yang tersedia di pasaran Indonesia adalah TIFLO 80WG, yang diproduksi oleh Eastman Chemical dari Belgia. Produk ini sudah dipasarkan lebih dari 15 tahun oleh PT. Roilimex Kimia Nusamas, Jakarta.
Sama dengan thiram, fungisida yang berbahan aktif ziram dengan merek ZIFLO 76WG juga diproduksi oleh Eastman Chemical tetapi dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo, Jakarta.
Banyak keunggulan yang diperoleh dari aplikasi fungisida berbahan aktif Thiram (TIFLO) dan Ziram (ZIFLO) ini yang tidak dimiliki oleh fungisida kontak lain seperti jenis mancozeb, maneb, dan lainnya yaitu TIFLO dan ZIFLO selain mampu mengendalikan penyakit pada tanaman jeruk dan buahnya juga mampu membersihkan batang, dahan, dan ranting dari lumut.
Batang Pokok Jeruk yang Penuh dengan Lumut
Berikut adalah apa kata petani jeruk Kabanjahe, Tanah Karo, Medan terhadap tanaman jeruknya setelah menggunakan fungisida TIFLO.
Pisang adalah buah tropis yang banyak terdapat disekitar kita. Tanaman pisang dapat dengan mudah ditemui halaman-halaman rumah di pedesaan. Kandungan nutrisi yang terdapat pada buah ini sangat banyak dibutuhkan oleh tubuh.
Sebenaranya peluang bisnis dari pisang ini juga masih sangat luas karena banyaknya manfaat yang bisa diapatkan. Saat ini pisang tidak banyak yang melakukan budidaya secara intensif. Hanya sebagian kalangan saja yang melakukan budidaya secara masif. Salah satu perkebunan pisang yang cukup besar terdapat di Lampung, yaitu PT. Great Giant Food (GGF) yang dulu dikenal dengan PT. Nusantara Tropical Food (NTF).
Tentu saja budidaya pisang di kebuh GGF sudah menggunakan alat-alat pertanian dengan mekanisasi dan teknik perawatan yang “modern”. Tetapi bukan tidak mungkin jika perkebunan skala rumah tangga sampai menengah juga menerapkan budidaya yang dianut oleh perkebunan besar. Pisang Sunpride yang diproduksi oleh GGF memiliki kualitas berstandar ekspor. Pisang-pisang yang mulus dan berwarna kuning cerah tersebut diperlakukan secara istimewa mulai dari pemilihan bibit hingga proses pengemasannya.
Kunci keberhasilan budidaya pisang diantaranya adalah mendapatkan pisang yang mulus (tanpa bintik) akibat serangan hama dan penyakit. Salah satunya adalah dengan cara membungkus pisang sedari awal semasa pisang masih di kebun.
Pohon pisang memerlukan waktu sekitar delapan bulan untuk berbunga. Setelah pohon mulai berbuah, tandan-tandan pisang di setiap pohon akan dilindungi dan dibungkus dengan kertas untuk melindungi buah dari serangan hama.
Pisang sengaja dibungkus supaya tidak terkena sinar matahari dan diganggu hama, jadi kulitnya akan mulus. Setelah muncul bunga, dua bulan kemudian barulah buah pisang bisa dipanen.
Saat panen, pisang pun diseleksi perusahaannya dengan ketat untuk menentukan buah mana saja yang memiliki kualitas ekspor dengan grade A.
Ada tiga kriteria yang harus dimiliki produk layak ekspor atau masuk dalam produk grade A, yakni memiliki kulit yang mulus, panjang buah sekitar 7,5 inci, dan memiliki kalibrasi pada kisaran angka 3,9-4,9.
Jika buahnya lebih kecil atau lebih besar dari standar tersebut, masuk dalam grade B.
Untuk mendapat kulit pisang yang mulus, sejak dari jantung pisang pun sudah dibungkus kertas. Ini untuk melindungi kulit pisang dari serangan serangga dan terbakar sinar matahari. Pertumbuhan pisang hingga dewasa juga dipantau. Panjang dan lingkar buah pisang akan diukur dan dilakukan kalibrasi. Idealnya, panjang pisang mencapai 7,5 inci dan kalibrasi minimal 39.
Hasil penelitian terhadap pembrongsongan yang dilakukan pada pisang tanduk menunjukkan bahwa pemberongsongan dilakukan terhadap masing-masing tandan pisang sejak saat seludang pisang pertama belum membuka dan jantung pisang sudah mulai merunduk.
Perlakukan pemberongsongan pada tandan buah pisang sangat efektif untuk menurunkan intensitas dan persentase keparahan serangan hama, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah sisir per tandan, jumlah buah per sisir, bobot tandan, bobot per sisir, bobot per buah, kekerasan kulit buah, Padatan Terlarut Total (PTT) dan Total Asam Tertitrasi (TAT), edible portion, panjang dan diameter buah.
Buah pisang yang diberongsong dengan berbagai bahan pemberongsong memiliki tingkat keparahan gejala serangan hama yang rendah, yakni berkisar 20%, sedangkan yang tidak diberongsong menghasilkan tingkat keparahan gejala serangan hama yang sangat parah sebesar 84.81%.
Berdasarkan hasil analisis statistika, perlakuan berbagai jenis bahan pemberongsong tidak mempengaruhi tingkat intensitas keparahan gejala serangan hama.
Bahan pemberongsong dari kantong sak dapat menjadi bahan alternatif yang dapat digunakan petani untuk mencegah serangan hama. Bahan kantong sak ini lebih efisien karena harganya yang lebih murah dan mudah didapatkan.
Cara pembrongsongan pisang semasa masih dalam tandanya dapat dilihat pada video di bawah ini.
Kalibrasi menentukan dalam penyemprotan pestisida. Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan sprayer. Pada akhirnya akan diketahui berapa banyak kebutuhan pestisida yang diperlukan untuk menyemprot per luasan lahan, berapa kebutuhan air, atau berapa kecepatan jalan si aplikator.
Manfaat Kalibrasi Sebelum Penyemprotan
Manfaat kalibrasi adalah untuk menentukan takaran pestisida secara tepat. Mencegah pemborosan, dan penyeragaman perhitungan aplikasinya.
Kalibrasi juga dapat menentukan berapa volume semprot yang diperlukan. Jika volume semprot sudah diketahui, selanjutnya dapat dengan mudah memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (jika konsentrasi diketahui) penggunaan yang sesuai.
Kalibrasi harus dilakukan secar berkala sebelum kegiatan penyemprotan dilakukan. Keberhasilan kalibrasi dipengaruhi oleh CURAH (flow rate) dari nozel yang digunakan (C; liter/menit), LEBAR GAWANGAN penyemprotan (G; meter), KECEPATAN jalan aplikator (K; meter/menit), dan VOLUME aplikasi (V; liter/hektar).
Dalam rumusan matematikanya menjadi C = GKV/10.000
Contoh 1:
Untuk menyemprot kubis dengan nozel yang angka curahnya 1,75 liter/menit, kecepatan penyemprot 30 meter/menit, dan lebar gawang terukur 1,5 meter. Berapa liter air yang diperlukan untuk menyemprot lahan dengan luas 1 hektar?
Jawab:
Diketahui : C = 1,75 liter/meint; K = 30 meter/menit; G = 1,5 meter
V = (10.000C)/GK
V = (10.000 * 1,75) /1,5 * 30
V = 388,89 liter
Sehingga kebutuhan air untuk menyemprot lahan kubis tersebut sebanyak 389 – 400 liter air per ha.
Contoh 2:
Diketahui kecepatan jalan 50 meter/menit, lebar gawang semprotan 1,2 meter, dan flow rate 1,5 liter/menit. Pestisida yang digunakan adalah herbisida Roundup dengan dosis 2 liter/ha. Ditanya berapa konsentrasi Roundup yang digunakan?
Jawab:
Diketahui : K = 50 meter/menit; G = 1,2 meter; C = 1,5 liter/menit
V = (10.000C)/GK
V = (10.000 * 1,5) / 1,2 * 50
V = 15.000 / 60
V = 250 liter
Dosis herbisida Roundup yang dipakai adalah 2 liter/ha, maka konsentrasi herbisida Roundup yang digunakan adalah 2 Lt Roundup/250 liter air = 0.008 liter atau 8 ml Roundup/liter air.
Jika knapsack sprayer yang digunakan kapasitasnya 16 liter maka herbisida yang dicampurkan ke dalam tangki sprayer sebanyak 8 ml Roundup * 16 liter = 128 ml Roundup/tangki.
Contoh Perhitungan Kalibrasi
Contoh 3.
Jika menyemprot alang-alang seluas 100 hektar dengan menggunakan nozel VLV-200 dan konsentrasi herbisida Roundup yang digunakan sebesar 1%. Berapa kebutuhan Roundup dalam penyemprotan?
Jawab:
Diketahui : Luas areal penyemprotan = 100 ha; Nozel VLV-200, konsentrasi pestisida 1%
Nozel VLV atau very low volume adalah nozel yang digunakan dengan dengan kebutuhan larutan sangat rendah, berkisar 100 -200 liter/ha. Nozel yang digunakan adalah VLV-200, artinya kebutuhan air sebanyak 200 Liter/ha.
Konsentrasi herbisida Roundup sebesar 1% artinya adalah kebutuhan herbisida Roundup adaalah 1 ml Roundup per liter air.
Jika dipakai Nozzle VLV-200 dan kapasitas tangki 15 liter, maka jumlah tangki/ha yang dibutuhkan:
= 200 ltr/ha : 15 ltr/tangki = 13 tangki/ha.
Herbisida Roundup yang perlukan per tangki adalah :
= 15 ltr/tangki X 1% Roundup
= 15 ml Roundup/tangki
Jumlah herbisida Roundup yang dibutuhkan per hektar adalah :
= 13 tangki/ha x 15 ml/tangki
= 195 ml/ha
Jadi untuk 100 ha, kebutuhan herbisida Roundupnya adalah :
= 195 ml/ha * 100 ha
= 19.500 ml atau 19,5 liter Roundup
Contoh 4.
Semprot piringan (circle spraying) menggunakan herbisida Basta 1.5 liter/Ha dengan nozzle polijet biru ICI. Flowrate 1.6 Lt/menit, lebar semprot 1.2 m dan kecepatan penyemprot berjalan 36m/menit. Berapa dosis per tangki knapsack?
Jawab:
Diketahui = Dosis : 1.5 liter/ha; C = 1.6 liter/menit; G = 1.2 m; K = 36 m/menit
Kebutuhan larutan :
V = (C*10.000)/GK
= (1.6 liter/menit * 10.000 m2)/1.2 m x 36 m/menit
= 370.37 liter
Maka herbisida Basta yang dicampurkan dalam setiap knapsack sprayer (kapasitas 15 liter) adalah
= 15 liter x 0.4%
= 0.06 liter atau 60 cc.
Contoh 5.
Semprot piringan menggunakan herbisida Kleenup 1.5 liter/ha dengan nozzle VLV-200. Flowrate 0.9 liter/menit, lebar semprot 1.2 m dan kecepatan penyemprot berjalan 36 m/menit. Berapa dosis herbisida Kleenup per knapsack?
Jawab :
Diketahui : Dosis = 1.5 liter/ha; C = 0.9 liter/menit; G = 1.2 m; V = 36 m/menit
Kebutuhan larutan
L = (C * 10000)/KG
= (0.9 liter/menit * 10000 m2)/36 m/menit * 1.2 m
= 208.33 liter
Seiring dengan perkembangan aktivitas pertanian dan bisnis pertanian (agribisnis) di Indonesia yang semakain hari semakin meningkat, terjadi juga peningkatan suplay sarana produksi pertaniannya. Terlebih kini hampir tidak dapat dipungkiri produk-produk dari China semakin membanjiri pasar produk dan sarana produksi pertanian di Indonesia.
Ada pepatah “Teliti Sebelum Membeli”. Meskipun saya menjual produk “sejenis” atau “mirip-mirip” dengan knapsack sprayer PB-16 Malaysia, tetapi pengenalan produk knapsack sprayer PB-16 Malaysia ini tetaplah penting.
Sebagai pemasar produk buatan Crossmark Malaya, berikut adalah 6 ciri-ciri yang membedakan antara knapsack sprayer PB-16 asli atau tiruan.
Kenali Tanda PB16 ASLI
Ciri 1. Pada Kotak/Box Pembungkus Luas PB-16 Asli : Terdapat cetakan alamat produsen yaitu Syarikat Jun Chong SDD. BHD dan UK Registered Design No 2025702 di kedua sisi box PB-16 Tiruan : Kosong
Ciri 2. Pada Tangki Sprayer PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “CROSSMARK MANUFACTURER” (atas logo) & Cetakan UK Registered Design No 2025702 di bagian bawah logo. PB-16 Tiruan : Kosong
Ciri 3. Pada Silinder/tabung Pompa PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “UK Registered Design No 2014821” pada bagian atas silinder/tabung pompa. PB-16 Tiruan : Kosong
Ciri 4. Pada Penutup Nozel PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “PAT. APPL. No. PI 880074” PB-16 Tiruan : Kosong
Ciri 5. Pada Ring/klep PB-16 Asli : Terasa licin kalau dipegang dan kualitas bagus PB-16 Tiruan : Terasa kasar dan kualitas jelek.
Ciri 6. Pada Pelepas Automatik/Adaptor PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “CROSSMARK (R)” PB-16 Tiruan : Kosong
Demikian 6 (enam) tanda keaslian knapsack sprayer PB-16 Malaysia buatan Syarikat Jun Chong (Cross Mark) yang perlu diperhatikan sebelum membeli, agar terhindar dari kesalahan pembelian dan penyesalan seumur hidup :).
Dilalah mau membeli PB-16 Malaysia malah dapat Knapsack Sprayer PB-16 Tiruan atau PB-16 Abal-abal.
Jika anda menginginkan knapsack sprayer PB-16 Malaysia yang asli, maka hanya di SINILAH yang tepat. Untuk mengetahui spesifikasi PB-16 Malaysia silahkan KLIK DISNI.
Penggunaan knapsack sprayer untuk kegiatan penyemprotan tanaman bagi para petani adalah kegiatan yang sudah sangat biasa. Justru dengan sangat biasanya hal-hal yang membahayakan menjadi kurang mendapat perhatian serius.
Kegiatan membahayakan tersebut diantaranya adalah kebocoran tangki akibat beberapa bagian tangki sudah aus, pecah, berkarat, atau ada bagian-bagian tertentu yang sudah rusak dan diganti dengan yang bukan sparepart asli (original).
Pada tulisan ini saya akan menjelaskan betapa pentingnya memahami kebocoran pada alat semprot, meskipun itu hanya berupa tetesan saja.
“Ah! …. Itu kan hanya tetesan, tidak banyak pengaruhnya kok?”
Jangan sampai kita menyepelekan tetesan ini, karena tetesan pestisida bisa menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menambah paparan pada tubuh penyemprot, yang jelas merugikan secara ekonomi.
Lho kok?
Mari kita hitung!
Kita bisa mengukur berapa banyak tetesan yang terjadi pada alat knapsack seprayer kita dalam satu menit dengan menggunakan gelas ukur. Misalnya kita mendapatkankan 50 mililiter.
Nah berapa jam kita bekerja? Misalnya 5 jam kerja atau kurang lebih 300 menit. Jadi yang sudah terbuang adalah 300 menit x 50 ml = 15 liter.
Kebocoran Sama Dengan Pemborosan
Artinya selama 5 jam kerja kita kehilangan sebanyak 15 liter atau sebanyak 1 tangki. Apakah ini cukup kecil? Tidak, ini sudah sangat banyak. Coba kita hitung aspek ekonominya.
Misalkan dalam 1 tangki berapa banyak pestisida kita masukan, semakin mahal pestisia yang kita masukan, maka semakin besar kerugiannya. Katakanlah ambil rata-rata kebocoran 50 ml sebesar Rp 3.000 setiap tangki, maka kalau sehari menghabiskan 15 tangki, maka kehilangan uang sebesar Rp 45.000.
Cukup masih kecil?
Coba kalikan berapa kali menyemprot dalam satu bulan. Jika satu bulan menyemprot 4-5 kali, kehilangan akibat kebocoran tetesan bisa untuk membeli pestisida.
Kehilangan uang akan semakin bertambah apabila pestisida yang digunakan adalah pestisida berkualitas tinggi yang harganya pasti mahal.
Selain itu kerugian lain akibat kebocoran alat semprot adalah menurunnya daya berantas pestisida yang digunakan karena dosis per satuan luasnya menjadi berkurang, tetesan dapat menimbulkan kerusakan tanaman dan menambah paparan kepada anggota badan dan mencemari lingkungan.
Masih mau menganggap enteng kebocoran tangki sprayer walaupun itu hanya tetesan?
Itulah pentingnya menggunakan knapsack yang berkualitas, tahan kerusakan dan awet. Jika ada menginginkan produk seperti itu silahkan pesan KLIK DISINI!
Aplikasi pestisida mengandung resiko terpaparnya badan aplikator dengan pestisida. Pestisida adalah racun bagi hama, penyakit, atau gulma. Namun juga bisa berbahaya bagi penggunanya, kalau tidak menerapkan praktek-praktek aplikasi pestisida yang benar. Aplikasi pestisida yang benar adalah menggunakan alat pelindung diri yang berupa apron (celemek), sarung tangan, penutup wajah, masker dan sepatu boat. Selain pakaian yang dikenakan aplikator harus berlengan panjang dan celana panjang. Kenapa? Karena untuk mencegah timbulnya risiko keracunan.
Apron harus dikenakan sewaktu aplikator dalam seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pestisida seperti pada saat mencampur, mengisi tangki, dan menyemprotkan pestisida. Apron ini harus memenuhi syarat mampu melindungi tubuh dari berbagai formulasi pestisida, tahan lama, ada sirkulasi udara, nyaman dikenakan, dan ringan.
Cairan pestisida yang disemprotkan oleh knapsack sprayer sangat kecil ukuran partikelnya. Penglihatan mata secara langsung terkadang tidak terlihat karena ukuran/dropletnya sangat kecil bisa mencapai >100 droplet/cm2. Namun jika menggunakan stardust dibawah lampu violet dapat terlihat seperti gambar disamping.
Tidak semua semprotan itu mengenai sasaran (daun atau hama) yang menjadi target penyemprotan. Adanya angin sekitar tempat penyemprotan, sangat memungkinkan semprotan juga mengenai bagian-bagian tumbuh aplikator. Belum lagi kalau tangki yang digunakan mengalami kebocoran dibagian tangkinya. Dapat dibayangkan berapa banyak bagian tubuh aplikator yang terpapar oleh pestisida. Oleh karena itu penggunaan apron menjadi sangat penting.
Banyak jenis bahan yang dapat digunakan untuk Apron, diantaranya dengan bahan tyvek. Keunggulan Tyvek dapat dicuci dan bersifat anti percikan cairan. Karena itu, baju yang terbuat dari tyvek tidak akan basah, jika hanya terkena butir-butir kecil cairan pestisida. Tyvek juga sangat ringat, beratnya hanya 110 – 150 gram/meter2.
Ada dua macam baju pelindung, one-piece garment (baju satu potong) atau sering disebut ponco, berlubang di kedua sisi sampingnya untuk menjamin sirkulasi udara. Panjangnya 2 meter dan lebar 60 cm. Bagian depan panjangnya 85 cm, sedang bagian belakangnya 115 cm. Tujuannya untuk melindungi tubuh bagian belakang dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor.
Kedua bagian baju itu dihubungkan dengan tali sepanjang 55 cm. Desain pakain pelindung lainnya yaitu two pieces garment (setelan baju dan celana). Baju berlengan panjang dengan tali karet pada bagian pinggang.
Nutani.com menyediakan apron dari bahan tyvek dan juga bahan parasut, seperti pada gambar.
Bagi Anda yang sedang mencari Apron, nutani.com menyediakan apron-apron tersebut. Silahkan pesan KLIK SINI!