Penyakit Blas (Patah Leher) Disemprot Fungisida Apa?

Penyakit Blas (Patah Leher) Disemprot Fungisida Apa?

Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

Penyakit blas berkembang pada lingkungan yang kondusif. Penyakit blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.

BACA JUGA : JAMUR ONCOM DISEMPROT FUNGISIDA APA

Mengenal Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan Pyricularia orizae. Jamur tersebut dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyakit ini akan menginfeksi daun, buku dan leher malai tanaman padi dengan gejala terdapat Bercak hitam pada daun, busuk pada leher, malai patah dan biji hampa mencapai 70%

Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun.

Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher/patah leher.

Gejala kerusakan :

  • Bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya.
  • Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.

Penyebab Penyakit Blas (Patah Leher)

Patah leher biasa disebut juga blas atau busuk leher, biasanya dapat menyebar melalui benih yang tidak berkualitas. Maka, ada baiknya sebelum menyemai, pilihlah benih padi yang sehat dan berasal dari varietas yang tahan terhadap serangan blas.

Jamur berkembang optimum saat tingkat kelembaban tinggi.  Pemupukan unsur N (nitrogen) dengan dosis tinggi pada saat musim hujan dapat menyebabkan jaringan daun lemah sehingga tanaman lebih rentan terserang penyakit blas.

Fase rentan pada fase persemaian, stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hst dan stadia generatif (blas leher) umur 60-80 hst,

Pengandalian Penyakit Blas

Menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif seperti rumput gajah dan membersihkan sisa-sisa tanaman padi yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.

Pengembalian pupuk kalium dan silika di tanah secara alami atau bantuan decomposer menjadi penting.  Tidak membakar jerami dapat menghilangkan unsur hara (N,P, K dan S) penting yang dibutuhkan termasuk mikro tanah terpengaruh kehidupannya. Pemberian jerami busuk tidak lantas bisa diserap langsung oleh tanaman, maka usaha memperbaiki lahan harus terus menerus dilakukan.

Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.

1. Penanaman Benih Sehat

Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih.

Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih dengan fungisida anjuran.

2. Perendaman (Soaking) Benih

Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam.

Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan.

Dikutip dari Majalah Tebar No 102 Edisi 15 Maret-15 April 2021, Dr Suryo Wiyono, ahli hama dan penyakit dari Departemen Proteksi, Fakultas Pertanian IPB menyarankan memperkuat daya tahan tanaman dari awal dengan imunisasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).

3. Cara Pelapisan (Coating) Benih

Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.

4. Cara Tanam

Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten).

Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun.

5. Pemupukan

Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jika ketersediaan pupuk kalium lebih rendah dibanding nitrogen maka penyaki blas menjadi ancaman. Pemupukan dengan pupuk kalium dan Silika menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. Pemberian nutrisi silika terbukti mampu memperkokoh batang tanaman padi sehingga tidak mudah terserang jamur blas.

6. Penanaman Varietas Tahan Blas secara bergilir

Peyemprotan Penyakit Blas Dengan Fungisida

Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.

Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Tiram 80%, Ziram 76%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20%, azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l efektif menekan perkembangan jamur P. grisea.

  • Fungisida bahan aktif Benomyl 50WP: BENLOX 50WP, MASALGIN 50WP, SCHNELL 50WP
  • Fungisida bahan aktif Mancozeb 80%: POLARAM 80WP, MEGAZEB 80 WP, MANCO 80WP, CADILAC 80WP
  • Fungisida bahan aktif Propineb: ANTRACOL 70WP, MITRACOL 70WP, AGROKOL 70WP
  • Fungisida bahan aktif Tiram: TIFLO 80WG
  • Fungisida bahan aktif Ziram: ZIFLO 76WG
  • Fungisida bahan aktif Carbendazim 50%: TAFT 75WP, COZENE 70/10WP,
  • Fungisida bahan aktif Isoprotiolan 40%: ?
  • Fungisida bahan aktif Trisikazole 20%: BLAST 200SC, BLASTGONE75 WP, ENVOY 80WP, POPZOLE 525SE, RICESHIELD 75WP
  • Fungisida bahan aktif azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l: AMISTARTOP, TANDEM 325SC, CORONA 325SC, ROLITOP 475SC

Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.

Referensi: berbagai artikel dengan penyesuain

Jamur Oncom (Ostilago) Disemprot Fungisida Apa?

Jamur Oncom (Ostilago) Disemprot Fungisida Apa?

Tingginya curah hujan akhir-akhir ini menimbulkan kehawatiran bagi petani padi.  Juga petani lainya sebenarnya seperti petani cabai, dan sayuran lain.  Karena intensitas hujan yang tinggi memicu datangnya penyakit-penyakit pada tanaman. 

Penyakit adalah gangguan fisiologis pada tanaman yang disebabkan oleh mikro-organisme pengganggu seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan nematoda.  Gangguan mikro-organisme ini dapat menyebabkan menurunnya produktivitas atau bahkan panen.

Pada tanaman padi, penyakit yang disebabkan oleh gangguan mikro-organisme ini umumnya dijumpai adalah hawar pelepah daun, blas, busuk batang, penyakit garis coklat daun, hawar daun bakteri atau kresek, tungoro dan kerdil.

Petani harus mengenali jenis-jenis gangguan dan penyakit yang timbulkanya.  Akhirnya harus jeli dan tepat memilih cara pengendaliannya, terlebih dengan menggunakan penyemprotan pestisida (fungisida, bakterisida).  Selain tepat lainnya seperti tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat pengendalian.

BACA JUGA: INILAH TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISID YANG TEPAT

Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.

Apa itu Jamur Oncom

Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens.

Jamur Ustilago pada padi bisa dipicu karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (Urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom

Menjelang panen pernahkah melihat bulir padi yang menyerupai popcorn kuning? Bulir padi seperti meletus dan diselimuti gumpalan kuning bertepung.

Penyakit padi tersebut disebut ustilago atau jamur oncom, yaitu penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Ustilaginoidea virens. Pemicunya adalah penggunaan pupuk nitrogen berlebihan dan kelembaban tinggi.

Penyakit ini hanya menyerang beberapa bulir padi dalam satu malai. Meskipun masih bisa dipanen, namun bulir padi yang dipenuhi spora kuning membuat hasil panen menjadi kotor dan menurunkan produktivitas tanaman.

Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.

Penyebab Padi Terserang Jamur Oncom

Pemicunya adalah karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom. Selain itu juga bisa terjadi karena kondisi tanaman padi yang terlalu lembab sehingga dapat memicu pengembangbiakan jamur ini.

Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens. Musim hujan sebisa mungkin menghindari aplikasi pupuk N (urea) tentunya dengan pengamatan terhadap vigor tanaman.

Selain padi, jamur ini dapat menginfeksi beberapa jenis gulma, padi liar dan jagung. 

Cara Pengendalian Penyakit Jamur Oncom

ini adalah dengan penggunaan pupuk kimia nitrogen secara berimbang dan tidak berlebihan. Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan penyemprotan fungisida agar serangan tidak menyebar. Jika tidak banyak, bisa dilakukan pemetikan malai yang terinfeksi jamur ustilago secara manual .

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian jamur ustilago ini adalah dengan:

1.  Melakukan pemupukan dengan unsur hara Nitrogen seperti Urea secara seimbang dan tidak berlebihan

2.  Menggunakan jarak tanam jarang atau jarak tanamnya jangan terlalu rapat dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban terutama pada musim tanam pertama (MT -1)

3. Jika ditemukan tanaman padi yang terserang jamur oncom sebaiknya segera dibuang bulir padi tersebut agar tidak menyebar ke bulir-bulir padi yang lain

4.  Penyemprotan dengan fungisida

Penyemprotan Fungisida Untuk Mengendalikan Jamur Oncom

Sebelum jamur ini menyerang tanaman padi, alangkah baiknya dilakukan pengencegahan terlebih dahulu.  Pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan fungsidia kontak dengan bahan aktif seperti mancozeb, propineb, ziram, tiram.

Agar pencegahannya jamur oncom lebih maksimal dapat setiap aplikasi fungisida kontak dicampur dengan nutrisi Silika.  Karena fungsi silika adalah memperkuat lapisan meristem bulir padi, dan seluruh jaringan tanaman padi terlindungi.  Contoh silika adalah Tenaz, Biomax.

Sedangkan jika sudah terserang, pengendaliannya dengan menyemprot menggunakan fungisida yang berbahan aktif captan, captafol, fentin hydroxide, copper oxychloride, carbendazim dan fungisida tembaga lainnya.

  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif captan: Antarkap 50WP, Ingrofol 360CS, Ingrofol 360WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif fentin hydroxide:
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif mancozeb: Actozeb 80WP, Antila 80WP, Dithane M-45 80WP, Megazeb 80WP, Victory 80WP, Vondozeb 80WP,  Cadilac 80WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif copper oxychloride: Champion 77WP, Kocide 54WG, Copcide 77WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif carbendazim: Bavistin 50WP, Delsene MX 80WP, Saaf 75WP,
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif ziram: Ziflo 76WG
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif tiram: Tiflo 80WG
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif propineb: Antracol 70WP
Spuyer atau NOZZLE Mempengaruhi Hasil Penyemprotan Hama Dan Penyakit

Spuyer atau NOZZLE Mempengaruhi Hasil Penyemprotan Hama Dan Penyakit

Biasayanya nozzle atau spuyer ini digunakan untuk sistem irigasi atau sistem pengairan, bisa juga digunakan untuk membuat hujan buatan, sistem pendingin untuk kandang ayam, untuk rumah jamur, bisa juga digunakan untuk peyemprotan desinfektan.

Nozel memberikan peran penting akan pekerjaan penyemprotan gulma, hama dan penyakit dengan herbisida, insektisida, fungisida bahkan pupuk cair.  Pemahaman aplikator mengenai sprayer dan nozel sangat saling mendukung untuk mendapatkan hasil penyemprotan yang berhasil.

Fungsi utama nozel adalah untuk pemecah larutan semprot menjadi droplet (butiran semprot).  Jenis nozel dan sprayer yang dipakai sangat memperngaruhi hasil penyemprotan.  Lebih halus dropletnya, hasilnya pun akan lebih baik.  Petani kentang di Dieng (juga Garut dan Pangalengan) biasa menyemprot kentang menggunakan power sprayer dengan volume semprot sekitar 8 drum per hektar (bahkan ada yg lebih).

Jenis nozel menentukan jenis pestisida apa yang akan digunakan. 

  • Nozel kerucut (cone nozel) yang ukuran dropletnya halus cocok untuk digunakan penyemprotan insektisida dan fungisida. 
  • Nozel kipas (fan nozel) umumnya menghasilkan droplet yang lebih besar, cocok untuk digunakan pada panyemprotan herbisida, tapi bisa juga untuk insektisida dan fungisida.
  • Nozel polijet (deflector nozel, floodjet nozel) menghasilkan droplet yang lebih relatif lebih kasar dari fan nozel cocok untuk mengaplikasikan herbisida pra-tumbuh.
  • Nozel tipe senapan (spray-gun nozel) yang menghasilkan droplet mulai dari kasar sampai halus, cocok untuk penyemprotan pohon dan beberapa tanaman sayuran seperti kentang.
  • Nozel cakram berputar (spinning disc nozel) menghasilkan droplet bervariasi tergantung kecepatan putaran cakram, cocok untuk mengaplikasikan hebisida, misalnya menghasilkan droplet ukuran sedang.  Sprayer mikron ULVA dirancang untuk aplikasi insektisida dengan volume rendah yang menghasilkan droplet ukuran halus.

Nozzle Kuningan Bengkok Kerucut 4 Lubang

Cara Penyemprotan Spuyer Nozzle Sprayer Kabut Embun Kuningan 4 Lubang

Nozel lubang 4 termasuk nozel kategori nozel kerucut (cone nozel).  Nozel ini cocok untuk aplikasi insektisida dan fungisida karena menghasilkan droplet yang sangat halus sehingga penetrasinya ke dalam kanopi daun baik sekali.

Herbisida umumnya tidak diaplikasikan dengan nozel kerucut, karena dropletnya sangat halus.  Namun demikian nozel kerucut bisa diaplikasikan untuk penyemprotan hebisida jika sasaran semprotnya air seperti penyemprotan padi sawah, karena air akan membantu mendistribusikan herbisida tersebut.

Tipe nozel kerucut ini terdiri dari 2 tipe, yaitu kerucut padat (solid cone) dan kerucut berlubang (hollow cone).  Tipe kerucut berlubang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kerucut padat.

Nozel kuningan ini adalah nozel lubang 4 produksi Taiwan.

  • Terbuat dari Tembaga, tahan korosi dan tahan abrasi, cukup tahan lama dan dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang lama
  • Mudah digunakan dan mudah dikerjakan dengan mesin setelah memasang nozel
  • Dengan 4 lubang dapat disemprotkan pada saat yang sama, meningkatkan efisiensi saat penyemprotan
  • Banyak Digunakan, sempurna untuk lansekap pertanian, perkebunan, halaman rumput, halaman belakang, irigasi semprot pertanian dan acara outdoor lainnya

Perhatikan Hal Ini Saat Penyemprotan

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :

1. Peralatan semprot

Yang dimaksud dengan peralatan semprot adalah : spuyer/nozel, alat semprot (knapsack sprayer), dan alat pelindung keamanan penyemprotan. Nozel yang baik adalah ukuran butiran semprot berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot minimal memiliki tekanan sebesar 3 bar, dan tidak bocor.

2. Keadaan cuaca

Yang dimaksud dengan keadaan cuaca adalah intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara. Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika keadaan cuaca cerah, kelembaban udara di bawah 70% dengan kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam.

3. Cara penyemprotan

Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak spuyer dengan bidang semport atau tanaman sekitar 30 cm.

4.  Tenaga penyemprotan

Aplikator yang terampil juga mempengaruhi coverage penyemprotan yang baik.

Cara Cepat Teknik Pengomposan, Cukup 3-7 Hari Saja

Cara Cepat Teknik Pengomposan, Cukup 3-7 Hari Saja

Ada banyak teknik pengomposan dimulai dari cara yang lama bisa sampai 1 tahun, 3 bulan, 1 bulan baru matang/jadi kompos.  Lama tidaknya proses pengomposan tergantung dari mikroba perombak/dekomposer bahan materialnya. 

Berbagai macam merek dekomposer dipasaran tinggal kita pilih mana yang disukai.  Bahkan ada yang bikin sendiri seperti mol/psb/ragi dan lainnya.  Ada juga yang pakai urea sebagai dekomposernya namun lumayan lama jadi komposnya karena proses amoniaknya lumayan panas.

Kompos merupakan material penting pada usaha pertanian. Selain sebagai penyubur tanah, juga sebagai penyuplai unsur hara yang diserap tanaman. Dan kompos juga berperan sebagai nutrisi bagi micro organisme lokal. Akan tetapi mayoritas dari petani kita enggan menggunakan kompos. Ada berbagai macam alasannya. Umumnya mereka beralasan bibit gulma dalam kompos masih aktif, disamping aplikasi kompos harus massif (bandingkan dengan penggunaan pupuk kimia sintesis).

Pada dasarnya tak ada kompos atau proses pengomposan yang gagal, hanya belum terdekomposisi sempurna. Keadaan ini mengakibatkan bibit gulma dan bibit hama masih aktif, dan tentu saja pathogen yang ada pada bahan organic masih hidup.

BACA JUGA: Cara Membuat Pupuk Kompos Organik Sampah Rumah Tangga Dengan Dekomposer Bunkai

Proses dekomposisi atau fermentasi bahan organik yang baik membutuhkan suhu Thermophil, yaitu suhu yang mencapai 60 o -70o. Pada suhu ini jelas mampu mematikan bibit gulma, bibit hama, dan phatogen pada bahan organic.

Themophil terjadi apabila :

1. Mikro organisme pengurai haruslah mikro organisme thermopil, seperti Trichoderma, Bacilius, Yeast, Penicilium, Streptomyces, Pseudomonas F.

2. Bahan organik masih dalam kondisi fresh, tidak setengah jadi. Untuk kotoran hewan maksimal 3 hari bisa disebut fresh. Untuk kohe lama bisa dicampur dengan kohe fresh pada saat pengomposan.

3. Atur kelembaban yang sesuai, jangan terlalu basah (becek).

Tiga hal inilah yang mempengaruhi thermophile, tidak terpengaruh model penutupan.

Fermentasi bahan organik atau pengomposan  terdiri dari 75-90% bahan organik (kotoran hewan) dan 10-25% bahan campuran yang terdiri dari abu dan arang. Pada kondisi tanah yang terlalu parah maka disarankan bahan organic dan abu atau arang 1 : 1.

Proses pengomposan ini tidak membutuhkan kapur, karena kompos yang baik sudah mencapai ph 6,5-7.

Prosesnya adalah campurkan bahan organik dan campuran secara merata. Siramkan larutan decomposer yang sudah diencerkan air. Aduk rata sekali lagi kemudian tumpuk setinggi lutut sampai satu meter. Jika sudah thermophil, bongkar dan angin-anginkan.

Ciri-ciri bahan organik terdekomposisi sempurna adalah tidak berbau, menyerupai tanah berwarna coklat hitam atau lebih gelap, lembab, terasa remah atau tidak lengket dan suhu dibawah 500.

Dosis disarakan perhektar lahan budidaya adalah 5 ton kompos.

Untuk media tanam :

  • Arang dan abu 25%
  • Tanah 25%
  • Kompos 25%
  • Sekam/cocopeat 25%

Untuk media semai :

  • 1 bagian kompos
  • 1 bagian arang
  • 4 bagian tanah

Untuk membuat kompos plus dibutuhkan :

  • Kohe kambing 80%
  • Biochar 10%
  • Cocopeat 5%
  • Zeolite 2%
  • Rock phospat atau guano 1%
  • Setelah kompos jadi tambahkan mikorisa 1 kg/m3 dan agen hayati

Dekomposer yang memiliki performa kuat adalah dekomposer bunkai.

Cara Singkat Pengomposan 3 Hari

Berikut cara seorang petani yang dibagikan pada laman facebooknya, untuk kepentingan pribadi.  Kalau untuk dijual sih harus digiling dulu biar lembut, karena yang dituju bukan hancur apa tidaknya kompos, tapi yang penting suhunya sudah turun dan siap sebar ke lahan.

Bahan yang digunakan:

  • 15 karung kohe sapi
  • 8 karung arang sekam
  • 3 karung limbah kulit bawang putih
  • Dedaunan
  • Batang pisang
  • Dekomposer bunkai 1 botol
  • Air secukupnya

Total sekitar 1 ton lebih

Tinggal aduk dan semprot dekomposer Bunkai.  Dan tutup pakai terpal.  Tunggu sampe suhu panasnya 60-70 derajat baru katakan jadi, sehingga tidak terlalu nunggu lama.  Karena pada suhu tersebut pathogen dan biji gulma/rumput mati.   Biasanya nyampe suhu 60-70 cukup 3-7 hari saja.

Sumber:

Penyemprotan Fungisida Pada Persemian Kelapa Sawit

Penyemprotan Fungisida Pada Persemian Kelapa Sawit

Pada pembibitan atau persemaian (nursery) kelapa sawit sering dijumpai berbagai penyakit daun. Serangan penyakit daun pada pembibitan kelapa sawit dapat menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi terhambat. Serangan ini jarang sekali sampai mematikan. Jika kurang mendapat perhatian kemungkinan bibit tidak dapat digunakan lagi.

Agar tidak menimbulkan lebih banyak kerugian maka diperlukan pengendalian lebih awal.

Penyakit pada Persemaian Kelapa Sawit

Beberapa penyakit umum yang biasa menyerang persemaian kelapa sawit adalah

1. Penyakit Antracnose (Early leaf disease)

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang masih berada di pre-nursery, dimana daunnya masih bersatu. Gejala awal mula-mula tampak bercak kecil hialin. Bercak dengan cepat berubah warna menjadi coklat tua dan membesar. Pada bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga tampak jelas batas antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat.

Serangan penyakit ini jarang terjadi pada bagian tengah daun. Biasanya serangan mulai pada bagian ujung atau tepi daun.

Penyebabnya adalah jamur Botryodiplodia theobromae, Colletotrichum gloeosporoides (Gloeosporium sp. atau Glomerella sp.), Melanconium sp.

2. Penyakit Curvularia (Leaf spot disease)

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang sudah dipindahkan ke large polybag. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya bercak yang berbentuk oval dan agak cekung bila dilihat dari permukaan daun sebelah atas.

Warna bercak adalah agak coklat tua dengan batas tegas dikelilingi oleh halo berwarna kuning. Panjang bercak biasanya tidak lebih dari 7-8 mm.

3. Penyakit Pestalotiopsis palmarum

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang telah dipindahkan ke large polybag. Penyakit ini seringkali juga dijumpai pada helaian anak daun pada tanaman di lapangan. Gejala serangan ditandai oleh bercak yang tidak beraturan bentuknya. Bercak biasanya memanjang berwarna merah kecoklatan. Kadang-kadang hampir separuh bagian anak daun mengering berwarna putih kelabu.

Penyemprotan Fungisida pada Pembibitan Kelapa Sawit

Penyakit yang ditimbulkan pada persemaian biasanya bersifat sekunder. Intensitas serangan penyakit daun sangat tergantung pada kondisi bibit. Oleh sebab itu pengelolaan pembibitan perlu mendapat perhatian utama. Pembibitan yang dikelola dengan baik umumnya tidak mendapat gangguan serangan penyakit daun yang berarti.

Penyemprotan fungisida sifatnya hanya pencegahan yaitu melindungi penyebaran penyakit lebih meluas, dan menanggulangi beberapa tanaman yang sudah terserang.

Pengendalian penyakit daun bibit kelapa sawit adalah dengan disemprot mengunakan fungisida sistemik berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Thiram seperti Tiflo 80WG, Mankozeb seperti Victory 80WP.

Dosis yang digunakan dengan konsentrasi 5 – 10 gr per liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml per tanaman interval 10 – 14 hari.

Pengendalian Antracnose, dengan gejala umum bagian ujung daun mulai berwarna kecoklatan dan terdapat batas yang jelas antara jaringan daun yang terserang dan yang sehat.

Pengendalian dengan cara menyemprotkan pestisida Daconil atau Nustar 400 EC konsentrasi 0.2 % , rotasi penyemprotan 5 – 7 hari sampai serangan terkendali.

Curvularia, dengan spot atau luka coklat dengan batas kuning atau orange. Gunakan pestisida Captan 50WP 0.4%; Dithane M45 0.2% dan Actidione 4.2 EC 0.025%, rotasi penyemprotan 7 – 10 hari,

Tindakan Pengendalian Pencegahan Penyakit

Bila pada pembibitan dijumpai serangan penyakit daun dengan kategori agak berat sampai berat, maka perlu dilakukan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif tiram yaitu Tiflo 80 WG, Dithane M-45/80 WP (konsentrasi 0.15%-0.2%) dengan interval penyemprotan 7-10 hari.

Ini Salah Satu Penyebab Penyemprotan Pestisida Tidak Efektif.

Ini Salah Satu Penyebab Penyemprotan Pestisida Tidak Efektif.

Seringkali setelah melakukan penyemprotan mengalami atau merasa tidak nyaman atau mungkin kecewa dengan aplikasi pestisida kimia yang kita aplikasikan dirasa tidak efektif.  Setelah melakukan penyemprotan malah hama dan penyakit masih saja membandel. Padahal bahan aktif dan dosis sesuai anjuran.

BACA JUGA : Jangan Menyemprot Pada Saat Cuaca Panas Dan Kering Ini Akibatnya.

Ada banyak penyebab untuk kasus tersebut, hama nya sudah kebal (resisten) bisa saja salah satu alasannya.  Analisa ini bisa jadi benar, bisa jadi salah.  Bisa jadi karena dosis & bahan aktifnya yang kurang tepat.

Namun, jangan salah hal sepele yang sering terlewatkan oleh petani pada waktu penyemprotan pestisida adalah air.  Penggunaan air untuk melakukan penyemprotan pestisida harus memperhatikan kondisi pH air dan pH bahan aktif pestisida yang digunakan.

PH air berpengaruh terhadap efektifnya tidaknya penyemprotan pestisida. Anggap saja bahan aktif & dosis seeta tehnik yang lain sudah sesuai.

Mengapa Pengukuran pH Air Penting?

Aplikasi pestisida akan efektif jika di buat dengan larutan semprot yang reaksinya Asam atau kadar pH larutan hasil pencamupuran pestisida dengan air adalah pH 4,5-5.

Pestisida umumnya diformulasikan sebagai konsentrat dengan kondisi sedikit asam, netral, atau sedikit alkalis.  Banyak pestisida yang mengalami proses alkaline hydrolysis pada pH diatas 7 (dikutip dari Panut 2021, dari Willowood, __; Rinehold & Jenkins, 2012), bahan aktif pestisida akan terdegradasi (terhidrolisis) menjadi senyawa lain yang tidak bersifat pestisida.  Dengan terhydrolisisnya bahan aktif pestisida berakibat penurunan efikasi pestisida.

Banyak bahan aktif pestisida (kecuali tembaga) lebih cepat terdegradasi dalam keadaan alkali, sedangkan keadaan asam malah lebih stabil.  Karena itu logis jika untuk mencampur atau melarutkan pestisida pada waktu penyemprotan sebaiknya menggunakan air yang pH-nya rendah.

Jika air yang digunakan untuk membuat larutan pH-nya lebih dari 5, menyebabkan umur larutan semprot menurun.  Jika kondisi pH air asam (kurang dari 5), umur larutan semprot akan jauh lebih lama. Sehingga jika sudah di aplikasikan/di semprotkan di tanaman akan bertambah lama efektifitasnya.

Bagaimana jika mencampur 2 bahan aktif yang berbeda syarat pH airnya?  Misalnya mencapur herbisida glifosat dan herbisida sulfonylurea (metil metsulfuron).

Glifosat stabil pada pH 3-9, sedangkan metil metsulfuron menghendaki pH air 7 ke atas.  Maka untuk mencapurnya gunakan air yang pHnya diatas 7.  Akan tetapi jika menghendaki pH rendah, dan lainnya menghendaki pH tinggi lebih baik tidak mencampur.

Bagaimana caranya air yang digunakan untuk mencampur pestisida pH-nya terlalu tinggi? Bagaimana cara menurunkannya.

Caranya yaitu dengan menambahkan adjuvant yang disebut dengan acidifer atau buffer.  Bisa juga menggunakan asam lainnya seperti Asam Nitrat (HNO3), asam cuka, atau asam sitrat yang biasa dibeli di toko kimia.  Contoh merk dagang larutan penurun pH yang sudah di olah yaitu Biosoft.

BACA JUGA: Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida Kecuali Yang Ini

Saran Penggunaan pH air untuk Pencampuran Pestisida

  1. Acuan umum adalah gunakan air yang sedikit asam, yaitu pH 4,5 – 6.  Namun sumber lain menyebutkan sebaiknya menggunakan air dengan pH 4-5.
  2. Untuk bahan aktif yang stabil atau tidak terhidrolisis penggunaan pH alkalis. Untuk pestisida dengan bahan aktif bifentrin, asfenvalerat, klorotalonil, dan abamektin yang stabil pada pH 5-9. Untuk bahan aktif glufosinat ammonium, glifosat, mesotrion, sprodinil, juga toleran pada keadaan asam hingga alkalis, sehingga penggunaan air pada pH 4,5-6 masih dapat diterima. 
  3. Khusus untuk herbisida dari kelas sulfonyurea sebaikan menggunakan air yang pH-nya di atas 7.

Umur Larutan Semprot

Jika air dan pestida sudah dicampurkan, dan kemudian diukur pH larutan semprotnya, maka hal ini mempengaruhi lama simpan larutan semprot tersebut jika tidak langsung digunakan untuk penyemprotan hari yang bersangkutan akibat sesuatu hal, hujan misalnya. Maka jika pH air  larutan semprotnya 3,5-6, maka  umur larutan semprot 12 jam, dan jika pH larutan semprotnya ada pada pH 6,1-7, maka umur larutan semprot 1-2 jam

Sumber Artikel:

  • Dari beberapa sumber yang sudah disesuaikan dengan keperluan SEO
  • Panut Djojosumarto: Pengetahuan Dasar Pestisida Pertanian dan Penggunaannya, Agromedia Pustaka, Jakarta. 2020.

Image Google

Inilah Teknik Penyemprotan Pestisida Yang Tepat

Inilah Teknik Penyemprotan Pestisida Yang Tepat

Sekitar 75% penyemprotan dengan menggunakan tangki sprayer saat ini merupakan cara aplikasi pestisida yang paling umum dilakukan petani.  Penyemprotan atau aplikasi pestisida merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mengendalikan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yaitu hama, penyakit dan gulma.

Penyemprotan pestisida yang tepat akan mendapatkan hasil yang tepat sasaran dan menghindari penggunaan pestisida yang sia-sia dan meminimalisir kerugian seperti pemborosan, keracunan pada tanaman, dan mencegah timbulnya sifat resistan hama terhadap pestisida.

BACA JUGA : Bagaimana Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan

Bagaimana cara dan teknik penyemprotan yang benar dan tepat sasaran?

Diketahui ada istilah 6 Tepat dalam teknik penyemprotan pestisida pada tanaman, yaitu:

1. Tepat Mutu

Pestisida  yang  digunakan  harus  bermutu  baik, terdaftar dan diijinkan oleh Komisi  Pestisida.  Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar,  sudah kadaluarsa,  rusak  atau  yang  diduga  palsu  karena  efekasinya  diragukan  dan  bahkan dapat  mengganggu pertumbuhan  tanaman.

2. Tepat  Sasaran

Pestisida  yang  digunakan  harus  berdasarkan  jenis  OPT  yang  menyerang.  Sebelum menggunakan  pestisida,  langkah  awal  yang  harus  dilakukan  ialah  melakukan  pengamatan  untuk mengetahui  jenis  OPT  yang  menyerang.

3. Tepat  Jenis  Pestisida

Jenis  pestisida  belum tentu  dianjurkan  untuk  mengendalikan  semua  jenis  OPT  pada  semua  jenis tanaman.  Oleh  karena  itu,  dipilih  jenis  pestisida  yang  dianjurkan  untuk  mengendalikan  suatu  jenis OPT pada suatu jenis tanaman.  Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

4. Tepat  waktu

Waktu penggunaan pestisida harus disesuaikan dengan populasi hama atau kondisi kerusakan yang ditimbulkannya apa telah mencapai ambang ekonomi.   Selain itu, stadia pertumbuhan tanaman dan keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap waktu penggunaan pestisida.

Waktu penyemprotan pestisida bisa dilakukan pada pagi hari, tetapi lebih baik dilakukan pada sore hari karena pada umumnya OPT (khususnya serangga hama) pada tanaman aktif pada sore/malam hari.

5. Tepat Dosis/Konsentrasi.

Dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan mempengaruhi daya bunuh terhadap OPT.  Penggunaan dosis yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen sehingga membahayakan bagi konsumen.  Tingginya dosis penggunaan pestisida dapat juga memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan.

6. Tepat Cara Penggunaan.

Pada umumnya penggunaan pestisida dilakukan dengan  cara disemprot.  Sebelum dilakukan penyemprotan pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain  Peralatan semprot (sprayer/nozel ), alat pelindung keamanan, dan keadaan cuaca (intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara).

Adapun cara penyemprotan yang baik adalah dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak spuyer dengan bidang semprotan atau tanaman sekitar 30 cm.

Namun hal yang lebih penting dari prinsip 6 Tepat itu adalah apakah penyemprotan yang kita lakukan sudah baik? Apa kriterianya?

Apa Kriteria Penyemprotan yang Baik

Setidaknya ada 5 parameter atau kriteria penyemprotan yang harus dipenuhi agar pengendalian OPT berhasil.

1. Ukuran Butiran Semprot

Saat menyemprot, larutan semprot harus dipecah (oleh nozzle, spuyer) menjadi butiran semprot (disebut DROPLET). Ukuran droplet  disesuaikan dengan opt sasarannya. Untuk menyemprot hama dan penyakit digunakan droplet halus sampai sedang. Sementara untuk gulma digunakan droplet sedang hingga kasar.

Butiran semprot halus biasanya diperoleh dari nozzle kerucut, droplet sedang dari nozzle kipas, dan droplet kasar dari nozzle polijet.

2. Distribusi Semprotan

Butiran semprot harus didistribusikan ke bidang sasaran (umumnya daun) secara merata, baik di seluruh kebun (distribusi horizontal) maupun pada daun tanaman (distribusi vertikal). Jangan lupa helaian daun bagian bawah!!

3. Liputan

Droplet harus menutupi daun debgan jumlah yang cukup. Makin banyak droplet menutupi bidang sasaran (daun), makin besar kemungkinan opt terpapar pertisida. Liputan minimal utk pestisida sistemik adalah 20-30 droplet/cm2 bidang sasaran, dan 50-70 droplet/cm2 utk pestisida non-sistemik.

Untuk penyemprotan konvensional di darat kita tidak usah merisaukan angka liputan minimal tersebut. Petani kita biasa menyemprot hingga basah kuyup, sehingga liputannya sering berlebihan.  Tetapi liputan minimal penting utk penyemprotan ULV yang volume semprotnya sangat rendah (misalnya penyemprotan dari udara).

4. Volume Semprot

Volume semprot adalah jumlah larutan semprot yang digunakan untuk menyemprot satu satuan luas lahan. Biasa dinyatakan dalam liter/ha.

Volume semprot bervariasi tergantung pada Jenis pestisida, umur Dan Jenis tanaman, serta alat semprot. Yang penting, larutan semprot dapat didistribusikan secara merata dan tidak terlalu berlebihan. Dengan  peralatan khusus, volume semprot dapat serendah 30-50 liter/ha. Volume semprot dng sprayer punggung utk tanaman semusim berkisar antara 200 – 700 liter/ha.

5. Recovery

Intinya tidak banyak pestisida yang terbuang saat penyemprotan sehingga pestisida yang menempel di bidang sasaran bisa optimal.

Recovery adalah perbandingan antara pestisida yang menempel di daun dibandingkan dng dosis, dinyatakan dalam %.

Sumber:

Bagaimana Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan Pestisida

Bagaimana Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida haruslah memenuhi konsep 5 Tepat atau sekarang dilengkapi menjadi 6 Tepat berikut: yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.

Berkaitan dengan Tepat Dosis atau Tepat Konsentrasi bahwa penyemprotan pestisida harus tepat takaranya sesuai dengan rekomendasi dari pabrikannya.  Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efektifitas (efikasi) pestisidanya. 

BACA JUGA : 4 Langkah Penyemprotan Yang Baik

Jika disemprotkan terlalu sedikit, hama, penyakit atau gulma tidak akan mati.  Jika disemprotkan kebanyakan akan meninggalkan residu, resistensi hama, penyakit atau gulma, dan menyebabkan pemborosan.

Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan

Misalkan disebutkan pada lebel dosis yang diperlukan adalah  2 L/Ha. Ini kadang membuat bingung petani untuk menentukan dosis per tangki nya?

Takaran penyemprotan atau takaran aplikasi penyemprotan pestisida dapat dinyatakan dengan dua cara.

  1. DOSIS aplikasi, yaitu banyaknya produk pestisida yg digunakan utk menyemprot 1 hektar lahan (liter/ha, kg/ha).
  2. KONSENTRASI aplikasi, yaitu banyaknya pestisida yg dicampurkan ke dalam 1 liter air (mililiter/liter, gram/liter).

Kedua takaran tersebut berkaitan dengan VOLUME SEMPROT, yakni banyaknya air + pestisida yang diperlukan untuk menyemprot 1 ha lahan atau tanaman.

Hubungan DOSIS, KONSENTRASI dan VOLUME SEMPROT

VOLUME SEMPROT = DOSIS dibagi KONSENTRASI. Contoh, kalau pestisida harus disemprotkan dng dosis 1 liter/ha dng konsentrasi 2 ml/liter air, maka volume semprotnya harus 1 liter (1000 ml) dibagi 2 = 500 liter (air + pestisida) per ha.

DOSIS = KONSENTRASI dikalikan  VOLUME SEMPROT. Kalau kita menyempeot dng konsentrasi 2 ml/liter dng volume semprot 200 liter/ha, maka dosis yg kita semprotkan adalah 2 ml x 200 = 400 ml/ha produk atau 0,4 liter produk per ha.

KONSENTRASI = DOSIS dibagi VOLUME SEMPROT. Contoh, kalau harus menyemprotkan dengan dosis 2 kg/ha dengan volume semprot 400 l/ha, maka konsentrasinya adalah 2000 gr (2kg) dibagi 400 = 5 gram produk per liter air.

Rumus perhitungan:

Contoh Perhitungan Dosis & Konsentrasi Penyemprotan

Jika dilabelnya hanya ditulis DOSIS-nya saja, bagaimana menghitung berapa KONSENTRASI-nya?

Untuk menyelesaikan masalah ini,  kita harus menentukan VOLUME SEMPROTNYA dulu dengan MENG-KALIBRASI alat semprot Anda.

Cara paling gampang (tapi blm tentu benar) utk menentukan volume semprot, yakni dengan mengetahui berapa tangki BIASANYA Anda menyemprot. Katakan Anda biasa menyemprot 1 ha habis 20 tangki 15 liter, berarti volume semprotnya adalah 20 × 15 = 300 liter/ha.

Kalau misalnya dosisnya ditulis 2 liter produk per ha, maka konsentrasinya adalah 2000 ml (= 2 liter) dibagi 300 = 6.6 ml/liter air.

Kalau kita menggunakan tangki ukuran 15 liter, maka per tangki dimasukkan 15 x 6.6 ml = 99.0 ml/tangki.

Bisa saja tetangga sebelah bisa berbeda volume semprotnya. Tetangga kita mungkin menyemprot dengan 30 tangki per ha, atau = 450 liter/ha. Maka dalam hal ini konsentrasinya pun berbeda, yaitu 2000 ml dibagi 450, maka konsentrasinya adalah 4.44 ml/liter air.

Sumber: Referensi dan Image FB Panut Djojosumarto tanggal 10.12.2020

Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida, Kecuali Yang Ini.

Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida, Kecuali Yang Ini.

Surfactant adalah akronim dari SURFace ACTive AgeNT atau bahan yang aktif di permukaan.  

Menurut Wikipedia Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan tegangan permukaan (atau tegangan antar muka) antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan dan zat padat.  Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan pembasah, pengemulsi, bahan pembusa (bahasa Inggris: foaming agent), dan pendispersi (bahasa Inggris: dispersant).

BACA JUGA : Petani Jangan Sembarang Semprot Pestisida Jika Tidak Ingin Rugi

Surfaktan dan Fungsinya Pada Penyemprotan Pestisida

Surfaktan merupakan zat pelekat, perata pestisida pada daun. Dalam hal ini surfaktan sebagai adjuvant, yaitu bahan yang dimasukan ke dalam formulasi pestisida.  Adjuvant ada yang dicampurkan pada saat proses formulasi di pabrik ada juga yang ditambahkan pada saat akan menyemprot (tank mix).

Adjuvant yang dicampurkan secara tank mix ada 3 macam, yakni: (1) SURFAKTAN,  (2) PEREKAT, dan  (3) PENEMBUS yang memiliki fungsi yang berbeda. Pembagian ini sering menjadi rancu, karena beberapa (tidak semua) surfaktan juga merangkap sebagai perekat dan/atau penembus.

Dalam praktek, mungkin agak sulit memisahkan antara surfaktan, perekat, dan penembus.

Surfaktan mempunyai 2 fungsi utama, yakni:

1. Fungsi sebagai perata (spreader), yakni meratakan semprotan di permukaan daun.  Kerena fungsinya sebagai perata dan pembasah tersebut, surfaktan juga berfungsi sebagai pelekat (BUKAN PEREKAT).

Aplikasi pada pestisida peran surfaktan sebagai perata adalah untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehigga butiran semprot menjadi lebih lebar (lebih gepeng) sehingga butiran semprot lebih merata menutuopi permukaan daun.

Penggunaan surfaktan pada formulasi pestisida berguna untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehingga droplet menjadi lebih “encer” (viscose”).

2. Fungsi sebagai pembasah/pelembab (wetting agent, humefectan) yakni membasahi permukaan daun dan mempertahankan agar butiran semprot tidak cepat kering.

Karena kebanyakan surfaktan bersifat merusak lapisan lilin pada epikutikula daun, beberapa surfaktan juga dijual sebagai penembus (penetrant).

Aplikasi surfaktan sebagai pembasah adalah menunda pengeringan butiran semprot, mencegah kristalisasi bahan aktif (akibat kekeringan atau cuaca panas), sehingg butiran semprot lebih lama berada pada permukaan dun dalam keadaan basah.  Syarat pestisida itu dapat diserap ke dalam daun adalah pestisida tersebut dalam keadaan basah (wetting agent).

Pentingnya Surfaktan Pada Penyemprotan Pestisida

Seringkali pengendalian organisme pengganggu seperti gulma, hama dan penyakit tidak efisien dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya lapisan lilin pada daun, curah hujan yang tinggi menyebabkan pestisida tercuci oleh air hujan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam penyemprotan sehingga harus dilakukan berulang-ulang. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah penggunaan surfaktan.

Setiap nyemprot tanaman apa itu tanaman padi, tanaman sayuran, atau tanaman apa saja dengan pestisida lebih baik tambahkan dengan surfaktan perekat penembus agar hasilnya lebih baik.

Pada Herbisida dIikenal ada 3 golongan surfaktan herbisida, yakni SURFAKTAN TRADISIONAL, SURFAKTAN ORGANOSILIKON, dan MINYAK.

Kebanyakan surfaktan lebiih cocok untuk dicampurkan dengan HERBISIDA PURNA TUMBUH (post emergence). Herbisida PRA TUMBUH (pre emergence) TIDAK PERLU ditambah surfaktan.

Contoh surfaktan TRADISIONAL adalah alkil aril polioksietilen (AAPOE), alkohol polioksietilen (APOE), asam lemak (termasuk sabun, detergent), propilen glikol (PG), sorbitan monolaurat etoksilat (SME), dll. Surfaktan tradisional ini juga berfungsi sebagai penembus (merusak kutikula daun).

Contoh surfaktan ORGANOSILIKON adalah silikon etoksilat (SE), trisilikon etoksilat (TSE) dan sebagainya.

MINYAK (minyak bumi, crop oil concentrates, vegetable oil concentrates) kecuali sebagai pembasah/perata, juga dapat memperkuat daya tembus beberapa herbisida post emergence. Bahkan bisa jadi pelekat.

Sementara surfaktan untuk  INSEKTISIDA dan FUNGISIDA dipilih yang tidak merusak tanaman seperti poliglukoside, fosfolipid, sorbitan, lateks, dan sebagainya.

Pada penyemprotan insektisida dengan formulasi EC tidak memerlukan lagi surfaktan, karena formulasi EC sudah berbentuk minyak dan minyak menempel pada permukaan daun.  Cotoh insektisda yang EC adalah STARBAN 585 EC, MATADOR 25 EC, BULDOK 25 EC, BESTOX 50 EC, BOOSTER 250 EC.

Dari golongan minyak, crop oil dapat digunakan untuk INSEKTISIDA dan FUNGISIDA. Crop oil adalah minyak dari tumbuhan yg sudah dimurnikan.

Sumber Image & Refensi yang sudah disesuaikan dengan kepentingan SEO.

Musim Hujan Waspadai Penyakit ini Pada Tanaman Angggur

Musim Hujan Waspadai Penyakit ini Pada Tanaman Angggur

Pada Umumnya tingkat curah hujan yang tinggi serta kelembaban tinggi tanaman pada anggur mudah terinfeksi jamur.  Jamur ini biasanya mudah menyerang tanama anggur pada daun baik tanaman dewasa maupun di pembibitan.  Salah satu cara yang efektif adalah proses penanganan secara mekanis yaitu memangkas daun yang terinfeksi serta memberikan nutrisi untuk memperkuat daya tanaman terhadap serangan penyaki.

Penyakit-Penyakit Pada Tanaman Anggur

1.  Penyakit Embun Tepung (Downy Mildew)

  • Disebabkan oleh jamur Plasmophora viticold
  • Jamur menyerang daun, tunas dan buah muda.  Serangan pada ujung tunas menyebabkan kering dan patah.
  • Serangan pada sisi atas daun ditandai dahan bercak kuning kehijuan yang tidak berbatas tegas.
  • Serangan pada buah muda menyebabkan busuk abu-abu.
  • Kondisi yang menguntungkan perkembangan patogen adalah suhu rendah, kelembaban tinggi.  Hujan merupakan pemici epidemi

Pengendalian

  • Menanam kultivar yang tahan terhdap jamur dari varietas vitis labrusca misalnya Delaware, Isabella
  • Mengurangi kelembaban kebun, sanitasi kebun dengan memangkas tunas dan buah yang terinfeksi.
  • Tanaman dsemprot dengan fungisida tembaga atau fungisida organik. 
  • Tanaman dilindungi atap plastik pada musim hujan.

2.  Penyakit Tepung, Mildew

  • Desebabkan oleh jamur Uncinela necator
  • Jamur menyerang semua jaringan hijau pada anggur, daun muda terinfeksi menjadi berkerut dan kecil, tangkai kluster dan petiole sangat peka.
  • Pada daun, ranting, bunga dan buah muda terdapat bercak bertepung putih kelabu.
  • Buah mudah yang terinfeksi tidak dapat berkembang sempurna
  • Penyebaran spora dibantu oleh angin
  • Perkembangan penyakit dibantu oleh cuaca kering (suhu optimum 20-27)
  • Kerugian akibat jamur ini menyebabkan buah cacat dan tidak dapat berkembang serta menurunkan produksi.

Pengendalian penyemprotan fungisida dengan bahan aktif belerang, dan fungisida organik misalnya tepung belerang atau belerang kapur encer (bubur california), benomil, thiophanate dan thiophanate-metyl.

3. Penyakit Kudis, Antraknosa

  • Disebabkan oleh jamur Spaceloma ampelinum
  • Gejala buah yang sakit terdapat bercak berwarna kelabu dengan tepi coklat tua dengan batas tegas
  • Daging buah tetap keras dan pecah
  • Fase kritis serangan buah pada tahap setelah berkembang (buah mengkal)
  • Kerugian akibat penyakit ini penurunan kualitas buah pada musim penghujan

Pengendalian:

Batang dan tunas yang sakit dibuang.  Tanaman dilindungi dengan fungisida (bubur california, bubur bordeaux, ziram, tiram, ferbam).  Penggunanan para-para yang tinggi.

4. Penyakit Busuk Kapang Kelabu (gray mold)

  • Disbeabkan oleh jamur Botrytis cinera
  • Gejala daging buah membusuk, menjadi masa yang lunak dan berair
  • Buah yang sakit mengeriput dan berwarna coklat tua
  • Banyak menyerang pada buah yang matang di musim hujan.
  • Kerugian akibat dari penyakit ini adalah mengurangi produksi pada pra dan pasca panen serta mengurangi kandungan juice.

Pengendalian:

Pemangkasan yang tepat untuk meningkatkan pertukaran udara.  Penjarangan dan pembungkusan buah.  Penyemprotan dengan fungisida sebelum panen dengan fungisida belerang oksida, captan, benomyl).  Buah disimpan pada suhu yang rendah.  Jangan memetik buah setelah hujan.

5.  Penyakit Karat Daun

  • Disebebkan oleh jamur Physopella ampelopsidis
  • Gejalanya pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna oranye yang terdiri dari spora jamur
  • Sisi atas daun terdapat bercak-bercak berwarna hijau kekuningan
  • Kerugian dari akibat jamur ini menyebabkan penurunan fungsi fotosintesis daun.

Pengendalian:

Memetik dan membakar daun yang terinfeksi.  Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif mankozeb, tiram, ziram, tembaga oksiklorida atau benomil.

Penyemprotan Penyakit Jamur Angggur dengan Fungisida

Penyakit penyakit anggur diatas dapt dicegah dengan penyemprotan dengan fungisida kontak.   Namun sebaiknya penyemprotan pada musim penghujan disarankan dengan sistim rotasi antara fungisida sistemik dan fungisida kontak.  Contoh Jika minggu ini fungisida sistemik, minggu esok fungisida kotak. Begitu seterusnya

Contoh fungisida kontak adalah fungisida kontak adalah fungisida yang berbahan aktif mancozeb, propineb, ziram, tiram.  Fungisida berbahan aktif Tiram adalah TIFLO 80WG.

Sedangkan fungisida sistemik seperti yang berbahan aktif difenoconazol, propinoconazol,  hekskonazol, azoxyxtrobin, klorotalonil, dan dainnya.

Dan untuk mencegah serangan datang pada tunas bakal tumbuh 5 hari sekali selama 3 kali harus ruting semprot agar spora benar2 mati. 

Penyemprotan fungisida atau pestisida lainnya di musim hujan dianjurkan untuk menggunakan stiker atau perekat.  Karena kemungkinan pestisida tercuci oleh air hujan.  Sehingga penyemprotan efektif dari sisi aplikasi dan dapat menghindari pemborosan biaya akibat semprotan kita tercuci oleh air hujan.

Kapan Waktu Penyemprotan Anggur Yang Tepat

Lakukan penyemprotan pada sore hari. Apakah jika penyemprotan dilakukan sore hari bukannya stomata sudah menutup dan tidak bisa menyerap pestisida oleh tanaman.

Bila keadaan cuaca mengizinkan, saat ideal untuk penyemprotan adalah sore hari antara pukul 3 atau 4 sampai 5 atau 6 sore.  Karena pada saat itu suhu tidak terlalu panas dan bergerak menurun, kelembaban tidak terlalu rendah dan semakin mengarah ke malam kelembaban bergerak naik.

Jangan Menyemprot Pada Saat Cuaca Panas Dan Kering.  Ini Akibatnya.

Jangan Menyemprot Pada Saat Cuaca Panas Dan Kering. Ini Akibatnya.

Wilayah Indonesia terbentang dari barat sampai timur dengan variasi geografis.  Di indonesia bagian barat kelembaban lebih besar dari 50% tetapi di bagian timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur umumnya kelembaban udara kurang dari 50%.

Dalam satu hari biasanya yang paling panas antara jam 12 sampai dengan jam 2 siang.  Kadang suhunya vusa melebihi dari 31-32 derajat.  Jika melakukan penyemprotan pada jam tersebut, maka akan sia-sia belaka.

Baca juga: Lupakan Peranan Stomata Pada Waktu Penyemprotan Pestisida

Jangan menyemprot pada saat cuaca panas dan kering. 

Karena sebagian butiran semprot terutama yang harus akan menguap. Dan pada akhirnya jumlah total pestisida yang kita aplikasikan akan berkurang.  Pada akhirnya penyemprotan menjadi tidak efektif.

Alasan Jangan menyemprot pada saat cuaca panas dan kering

1.  Sebagian butiran semprot (terutama yang halus) akan menguap.

2.  Butiran semprot yang menempel pada tanaman pada daun akan cepat mengering.

3.  Jangan menyemporot pada saat cuara panas, karena akan terjadi fotolisis (fotodegradasi).  Degradasi pestisida, dekomposisi pestisida karena cahaya matahari.

Menurut J Reinhold kecepatan degradasi akan menigkat 2 kali setiap kenaikan suhu 10 derajat.  Kalau suhu naik 10 derajat, maka degradasi naik menjadi lipat dua.  Jika sudah terdegradasi, maka pestisida sudah tidak efektif lagi untuk tanaman karena sudah berubah menjadi zat-zat kimia lain yang tidak ada gunanya dalam upaya mengendalikan OPT pada tanaman kita.

4. Kalau menyemprot pada siang yang terik tentu tidak akan nyaman untuk bekerja. 

Efek Suhu Dan Kelembaban Terhadap Droplet.

Jika droplet mengering, yang tertinggal hanyalah kristal-kristal yang tidak lagi dapat diserap ke dalam daun/tanaman. Ini penting untuk pestisida yang sistemik, sistemik lokal, dan translaminar.   Karena jenis pestisida tersebut hanya dapat diserap tanaman jika dalam keadaan basah.

Itulah sebabnya dalam penyemprotan pestisida sistemik, sistemik lokal dan translaminar diupayakan droplet selama mungkin tetap berada diatas permukaan daun dalam keadaan basah.

Jika demikian berapa suhu ideal untuk penyemprotan?

Suhu udara yang ideal adalah tidak lebih 30 derajat.  Mengapa? Karena jika suhu terlalu tinggi atau dari 30 derajat maka droplet akan banyak yang menguap dan droplet yang menempel pada permukaan daun akan cepat mengering.

Droplet adalah butiran semprot adalah butiran halus dari cairan semprot yang keluar dari nozel

Kelembaban udara ideal adalah kurang dari 50%.  Jika udara terlalu kering, maka droplet menguap dan droplet cepat mengering. 

Jangan menyemprot saat angin terlalu kencang atau tidak ada angin sama sekali. 

Angin kencang akan menyebabkan butiran semprot diterbangkan oleh angin, dan yang mendarat dipermukaan daun tidak banyak atau akan jatuh ditempat lain yang tidak dikehendaki.  Distribusi dan distribusi kurang baik.

Kalau tidak ada angin sama sekali juga kurang baik.  Maka akan ada gerakan udara ke atas (termal atau termik) yang mungkin membawa uap pestisida dan masuk ke paru-paru aplikator, sehingga berbahaya untuk kesehatan.

Kecepatan angin ideal untuk penyemprotan adalah 3,6 – 6,5 km per jam.  Ditandai oleh daun bergerak-gerak ringan daun-daun kecil, tidak bergerak terlalu keras.  Bergerak tidak ke satu arah, dan asap bergerak membelok ke arah angin menuju.

Jika demikian berapa kecepatan angin yang ideal untuk penyemprotan?

Kecepatan angin yang ideal adalah 3-6 km per jam.  Pernyataan yang menyebutkan bahwa pada saat penyemprotan itu tidak ada angin.  Pernyataan terebut kurang tepat.

Idealnya angin tidak terlalu kencang.  Jika angin terlalu kencang maka:  distribusi dan liputan kurang baik. 

Angin yang terlalu kencang juga akan mengakibatkan drip (butiran halus penyemprotan atau droplet diterbangkan oleh angin).  Drip akan sangat berbahaya jika yang disemprotkan adalah herbisida yang bersifat kontak.  Meski drip tidak terlalu kerusakan pada tanaman tetangga, tetapi drip mengakibatkan mengurangi jumlah total pestisida yang disemprotkan pada bidang sasaran.

Kalau tidak ada angin sama sekali, maka distribusi dan liputan menjadi kurang baik.

Jangan menyemprot pada saat hujan 

Hujan juga akan mengakibatkan pestisida segera akan tercuci oleh air hujan dan hilang tidak menempel pada bidang sasaran.

Butiran semprot akan tercuci oleh air hujan dan hilang dari permukaan tanaman.  Butiran semprot yang tercuci akan mencemari lingkungan.

Jangan menyemprot saat embun masih banyak. 

Embun yang banyak sama saja dengan menambahkan air ke dalam larutan, konsentrasi penyemprotan akan menurun dan kemungkinan menambahkan volume semprot dan pestisida akan ke bawah menetes bersamaan dengan embun.

Petani Jangan Menyemprot Tanaman Dengan Pestisida Ini, Jika Tidak Ingin Rugi

Petani Jangan Menyemprot Tanaman Dengan Pestisida Ini, Jika Tidak Ingin Rugi

Petani jangan sembarangan menyemprot tanaman menggunakan pestisida.  Petani diminta teliti dan pandai membedakan mana pestisida palsu dan mana yang bukan.  Salah satu caranya adalah dengan melihat nomor pendaftaran dan kemasan.

Pestisida palsu dan pestisida ilegal tidak diketahui mutu dan efikasinya, akan sangat merugikan petani.   Petani sangat dirugikan karena harganya sama dengan produk asli tetapi kualitasnya rendah.  Seluruh usaha petani untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal akan sia-sia, karena hama dan penyakit tidak terkendali.  Panen tidak memuaskan.  Pada akhirnya kerugian berlipat-liat.

Tidak hanya petani yang dirugikan, tetapi juga produsen pestisida juga dirugikan karena terkait hak kekayaan intelektual termasuk diantaranya paten, hak cipta, hak desaihn industri, merek dagang, hak varietas tanaman dan indikasi geografis yang tiak kalah penting adalah menghambat ekspor komoditas hasil petanian sendiri karena dinilai terlalu banyak terpapr oleh residu pestisida.

Untuk beberapa negara tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia sangat perhatian terhadap MRL yaitu maximum residue limit.  Sehingga penggunaan pestisida palsu dan ilegal bisa mempersulit ekspor produk pertanian.  Pada akhirnya akan merugikan seluruh petani Indonesia karena negara penerima akan memberlakukan untuk seluruh produk pertanian dari Indenesia.

Kerugaian Akibat Penggunaan Pestisida Palsu

Penggunaan pupuk dan pestisida palsu dapat merusak struktur tanah rusak sehingga hasil produksinya turun.   Yang asli efektif, yang palsu ada kimia racikan yang malah membunuh organisme pengganggu tanaman baru.

Saat ini pestisida yang terdaftar di Kementrian Pertanian sejumlah 4.437 formulasi dengan rincian formulasi insektisida 1.530 formulasi, formulasi herbisida  sebanyak 1.162 dan sisanya sebanyak 1.745 formulasi terdiri dari fungisida, rodentisida, pestisida rumah tangga dan lainnya. (Sinar Tani, Edisi 10-16 April 2019 No 3794 Tahun XLIX).

Brebes Daerah Peredaran Pestisida Palsu.

Budidaya tanaman bawang merah tergolong usaha padat modal tinggi.  Petani perlu memerlukan modal biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya penyemprotan tanaman hingga panen bisa mencapai Rp 150 juta per hektar.  Diantara komponen yang menyerap biaya tertinggi adalah biaya pengendalian hama dan penyakit.

Brebes adalah sentra produksi bawang merah di Indonesia.  Bawang merah memerlukan penyemprotan terus menerus agar bawang merah terlindungi dari serangan hama dan penyakit.  Bawang merah itu sangat rentan terharap serangan hama dan penyakit, seperti penggarek umbi, antraknosa, busuk daun, inul, dan lainnya.  Karenanya Brebes menjadi sasaran bagi pembuat dan penjual pestisida palsu.

Beberapa jenis pesitisda yang dipalsukan yang ditemukan di Brebes biasanya merek-merek yang sudah terkenal oleh petani.  Sehingga dalam penjualannya akan mudah dan cepat.  Biasanya yang mudah dipalsukan adalah formulasi pestisida dalam bentuk cair seperti herbisida, insektisida, dan fungisid cair.  Beberapa merek yang banyak ditemukan dipalasukan adalah merek Round Up, Score, Amistar, Amistartop, Starban, dan lainya.

Modus para pemalsu pestisida tersebut dengan cara membeli kaleng atau botol bekas, lalu diisi dengan yang palsu.  Untuk menjaga hal tersebut, sebaiknya petani menghancurkan botol atau kaleng bekas pestisida yang tidak terpakai.  Jangan dibuang sembarangan, karena khawatir akan diambil dan di isi dengan pestisida palsu.

Pestisida palsu dengan merek megafur 3GR sangat mirip dengan yang asli. Namun jika diteliti, pestisida palsu berbahan baku pasir yang diberi pewarna.

Kenali Ciri Pestisida Palsu

Petani harus mengetahui pestisida palsu sebelum menyemprot tanaman dengan memperhatikan kemasan maupun isi dari pestisida palsu. 

Panduan Singkat Anti Pemalsuan Pestisida dari Croplife Indonesia sebagai berikut:

  1. Perhatikan botolnya, apakah di belakang label ada bekas lem berwarna putih atau kuning?
  2. Apabila label terdiri dari dua lembar, cobalah buka lembar pertama dan bila tidak dapat ditempel lagi dengan mudah maka terindikasi pestisida tersebut palsu.
  3. Perhatikan labelnya baik-baik, apakah ada nomor batch?
  4. Perhatikan tutup botolnya, apakah ada bekas lem dan apakah menempel sempurna atau bahkan miring?
  5. Apabila dibuka, apakah menggumpal, warna cairan dan baunya berbeda?

Jika petani mendapatkan pestisida yang tidak memenuhi standar atau mencurigakan, langsung menghubungi pihak berwajib atau layanan hotline Croplife (24 jam) di 081316641363.

Insektisida Piretroid Tidak Boleh Disemprotkan Pada Tanaman Padi. Ini Alasannya.

Insektisida Piretroid Tidak Boleh Disemprotkan Pada Tanaman Padi. Ini Alasannya.

Piretroid (pyrethroids) merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin (pyrethrine).  Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang memiliki sifat insektisida yang terdapat pada piretrum.  Piretrum adalah kumpulan senyawa hasil dari ekstrak bunga jenis krisan (Chrysantemum spp).

Piretroid adalah senyawa insektisida dengan keunggulan jika diaplikasikan hanya memerlukan jumlah relatif sedikit saja.  Selain itu insektisida ini memiliki spektrum pengendalian yang luas, tidak persisten, serta memiliki efek melumpuhkan (knock down effect) yang sangat baik.

Kelemahannya dari senyawa ini ini adalah karena sifatnya kurang atau tidak selektif, maka tidak cocok untuk program pengendalian hama secara terpadu.

Jenis-Jenis dan Merek Pestisida Jenis Piretroid

Sampai saat ini, golongan Sintetik Pyrethroid sendiri terdiri dari 4 generasi yang sudah idipatenkan dan dikelompokkan, antara lain ;

  1. Generasi pertama diwakili oleh Alletrin
  2. Generasi kedua diwakili oleh Tetramethrin, Resmethrin, dll
  3. Generasi ketiga diwakili oleh Permethrin, Fenvalerate, dan Sifenothrin
  4. Generasi keempat yang marak beredar di pasar dan terbiasa kita gunakan, yaitu antara lain : bifentrin (Byfenthrin), sipermterin (Cypermethrin), lamda sihalotrin (Lambda Cyhalothrin), alfa sipermetrin (Alpha Cypermethrin), dll

Keunggulan dari insektisida piretroid adalah

  1. Mempunyai efek eksitasi (perangsangan) yang lebih akrab kita sebut efek flushing,
  2. Mempunyai efek knock down (bekerja cepat),
  3. Sebagai killing agent (berdaya bunuh tinggi), umumnya repellent (penolak),
  4. Toksisitas mamalia rendah,
  5. Penggunaan dosis rendah untuk apliaksi,

Kelemahannya insektisida piretroid adalah

  • Kelarutan dalam air rendah,
  • Pada beberapa generasi (terutama generasi ke 4) memiliki efek iritasi,
  • toksik terhadap ikan.

Cotoh merek insektisida golongan piretroid adalah :

Alfa sipermetrin

  1. ALCOVE 50 EC  PT Dalzon Chemicals Indonesia
  2. ARMY 30 EC  PT Bioworld Biosciences Manufacturing Industries
  3. BESTOX 50 EC  PT Bina Guna Kimia
  4. BUZZZTOX 50 EC  PT Bahtera Boniaga Lestari
  5. INTERCEPTOR 200 K  PT BASF Indonesia
  6. KEJORA 15 EC  PT Sari Kresna Kimia
  7. PASTO 15 EC  PT Deltagro Mulia Sejati
  8. RECOV 30 EC  PT Indo Pest Biochem

Alfa sipermetrin (alpha cypermethrin)

  1. ALTAC 15 EC  PT Indagro
  2. ALTRINE 30 EC  PT Indo Pest Biochem
  3. AMETHYST 40 EC  PT Maju Makmur Utomo
  4. SERUNI 5 WP  PT Maju Makmur Utomo
  5. STARMETRIN 100 EC  PT Excel Meg Indo
  6. ALCOREEN 100 SC  PT Dalzon Chemicals Indonesia
  7. FASCRON 500/50 EC  PT Santani Sejahtera
  8. KENFAS 100 EC  PT Kenso Indonesia
  9. TETRIN 36 EC  PT Petrokimia Kayaku
  10. TUGARD 160/10 EC  PT Deltagro Mulia Sejati
  11. LIVOPEN 200 LN  PT Unilever Indonesia
  12. ROYALSENTRY 0,58 LN  CV Mentari
  13. SANGKURDI 50 EC  PT Maju Makmur Utomo

Beta sipermetrin

  1. BETAFOG 15 EC  PT Tritama Wirakarsa
  2. BETAPRO 300 SC  PT UPL Indonesia
  3. CHIX 25 EC  PT Nufarm Indonesia

Klorpirifos (chlorpyrifos) + Sipermetrin (cypermethrin)

  1. CYPERBAN 590 EC  PT Multi Sarana Indotani
  2. BANKILL 600/60 EC  PT Santani Agro Perkasa

Alasan Insektisida Pitroid tidak Boleh Dipakai Pada Tanaman Padi

Insektisida peteroid kenapa tidak boleh di aplikasian pada padi untuk mengendalikan hama wereng, ulat, walangsangit karena piretroid tidak selektif. Insektisida ini akan membunuh semua musuh alami wereng.

Apakah Jika Tanaman Sudah Dikasih Pupuk Tanaman Bisa Langsung Menyerapnya?

Apakah Jika Tanaman Sudah Dikasih Pupuk Tanaman Bisa Langsung Menyerapnya?

Hubungan pupuk dengan mikroba itu analogi sederhana. Diibaratkan pupuk itu adalah gabah, maka mikroba itu adalah koki/juru masak yang akan memproses gabah sampai menjadi nasi.

Kalau tanaman itu hanya dikasih pupuk tanpa diimbangi dengan pengontrolan mikroba, mirip kejadiannya seperti kita dikasih gabah tapi tidak ada koki yang memasaknya.

Apakah jika tanaman sudah dikasih pupuk tanaman bisa langsung menyerapnya?

Jawabannya tentu saja tidak.  Baik itu pupuk kompos atau pupuk kimia sintetis, sebenarnya bentuknya itu masih bahan baku nutrisi makanan. Belum bisa disebut nutrisi yang siap saji (siap diserap) oleh tanaman.

Kompos (kotoran hewan, daun, ranting, sisa makanan dsb) memiliki banyak senyawa kimia. Mulai dari nitrogen total atau disingkat N-Total (protein, zat gula, vitamin, urea dsb), phosphor (P2O5), kalium (K2O), dan masih banyak lagi.

Apakah tanaman itu bisa langsung menyerap senyawa kimia dipupuk kompos itu? ya tidak. Yang diserap tanaman itu hanya senyawa tertentu saja, yeng bentuknya adalah ion.

Beberapa pakar menulis, ketebalan kompos yang sudah terurai sempurna atau istilahnya adalah humus, idealnya itu antara 2% – 5%. Artinya kalau tanah itu kita gali 1 meter persegi dalam bentuk kubus, maka ketebalan 2%-5% dari 1 meter persegi itu sekitar 2 cm sampai 5 cm.

Ketebalan humus 2% – 5% (2 cm – 5 cm) inilah yang mengindikasikan tanah kita subur dan bagus untuk ditanami apapun. Di lapisan humus inilah yang menyediakan sumber nutrisi lengkap, ditambah dengan tumbuh-kembangnya berbagai jenis mikroba penyuburkan tanaman.

Selama proses pembusukan (dekomposisi) itu, terjadi beberapa langkah reaksi kimia, dimana pada langkah tertentu senyawa kimianya itu masih berbentuk amoniak (NH3). Dan amoniak ini sifatnya racun sehingga bisa membahayakan kelangsungan hidup tanaman. Belum lagi selama terjadi reaksi kimia tertentu, juga akan mengeluarkan gas metan yang panas yang bisa membakar tanaman.

Makanya kalau kita mau pake pupuk kompos, seharusnya kompos (kotoran hewan & sisa-sisa tanaman) itu di-dekomposisi atau bahasa mudahnya “dibusukkan” terlebih dahulu diluar lahan, sampai kompos tadi berubah menjadi humus barulah kita ditebarkan ke lahan.

Kalau proses pembusukan itu kita kondisikan dengan penambahan mikroba, maka lama prosesnya paling sekitar 2 minggu sampai 1 bulan saja, tergantung banyaknya jenis mikroba yang kita gunakan.

Sumber dan Credit:

Bersambung ke bagian 2: Jangan Gunakan Pupuk Kimia Pada Tanaman.  Kalau Masih Mau Pakai Juga, Pakai Ini.

Lupakan Peranan Stomata Pada Waktu Penyemprotan Pestisida, Ini Sebabnya!

Lupakan Peranan Stomata Pada Waktu Penyemprotan Pestisida, Ini Sebabnya!

Stomata (tunggal: “Stoma” yang berarti mulut) merupakan bukaan-bukaan kecil pada daun yang apabila terbuka secara maksimal hanya selebar 0,0001 mm.

Singkatnya stomata adalah mulut daun yang merupakan komponen sel epidermis pada daun.

Pada tumbuhan darat, letak stomata banyak ditemukan pada bagian bawah daun, sedangkan pada tumbuhan yang hidup di air stomata banyak ditemukan pada permukaan atas daun. Jumlah stomata per mm² berbeda-beda pada setiap tumbuhan.

Stoma adalah bentuk tunggal dari stomata yang berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Stoma juga mengeluarkan O2 sebagai hasil dari fotosintesis.

Apa Fungsi Stomata Daun?

Bagian dari tumbuhan ini merupakan sebuah bagian yang berperan penting dalam produksi atau ketahanan tanaman dari hama dan juga penyakit.  Stomata membuka dan menutup untuk mengeluarkan gas dari daun.   Karena mulut daun mempunyai fungsi sebagai pertukaran gas yang tumbuhan perlukan.

Fungsi stomata daun yang utama merupakan tempat bertukarnya gas yang tumbuhan diperlukan untuk proses fotosintesis.

Melalui stomata, CO2, H2O, dan juga O2 dapat keluar masuk untuk melakukan proses respirasi dan juga fotosintesis. Akan tetapi, stomata ini juga merupakan salah satu yang dapat menjadi jalur polutan masuk ke dalam tumbuhan.

Fungsi Stomata pada proses Fotosintesis

Melansir dari Wikipedia, mulut daun memiliki fungsi yang pertama untuk proses fotosintesis. Sementara itu, fotosintesis adalah sebuah proses tanaman dalam memproduksi makanan dengan menggunakan bantuan sinar matahari, air, dan juga CO2.

Dengan bantuan stomata, tanaman akan mengambil CO2 dari udara. Lalu, molekul air atau H2O akan terpecah menjadi Hidrogen (H) dan juga Oksigen (O2). Kemudian, melalui stomata pula akan melepaskan oksigen sebagai wujud produk sampingan di udara.

Dengan demikian, stomata atau mulut daun ini merupakan media pertukaran gas serta respirasi seluler yang ada pada tanaman.

Fungsi Stomata pada proses Transpirasi

Fungsi stomata daun yang kedua yaitu transpirasi. Transpirasi yaitu proses penguapan air (H2O) dari permukaan tumbuhan. Dengan transpirasi tersebut, dapat menjaga tumbuhan tetap dingin serta mentransfer bahan kimia seperti mineral dan lainnya ke semua bagian tanaman.

Pada saat tanaman mengambil air dari dalam tanah, stomata menyerap mineral yang lain. Kemudian, supaya tumbuhan bisa mengambil air dari dalam tanah, maka air harus menguap dari permukaan tanaman terlebih dahulu.

Jika sudah melakukan hal tersebut, maka tekanan akan memaksa akar untuk menyerap air tersebut dari dalam tanah serta memindahkan menuju ujung tanaman. Kemudian, melalui fungsi stomata daun ini, pekerjaan utama dari penguapan air telah berlangsung.

Apakah Stomata Berperan Pada Aplikasi Pestisida?

Baca juga : Bagaimana Cara Penyemprotan Pestisida yang Baik

Sumber: Panut Djojosumato

Lupakan fungsi stomata dan hubungannnya dengan penyemprotan pestisida. Karena penyemprotan pestisida pada tanaman atau daun tidak ada korelasi positif antara jumlah stomata dan jumlah pestisida yang diserap daun.

Kenapa? Karena stomata bukan rute penting untuk penyerapan pestisida.

Hubungan Stomata dengan Waktu yang Tepat untuk Penyemprotan Tanaman?

Kaitannya dengan waktu penyemprotan pestisida, kapan waktu tepat untuk penyemprotan tanaman? Menyemprot pagi atau sore? Mana yang lebih baik?

Lakukan penyemprotan pada sore hari. Apakah jika penyemprotan dilakukan sore hari bukannya stomata sudah menutup dan tidak bisa menyerap pestisida oleh tanaman.

Bila keadaan cuaca mengizinkan, saat ideal untuk penyemprotan adalah sore hari antara pukul 3 atau 4 sampai 5 atau 6 sore.

Karena pada saat itu suhu tidak terlalu panas dan bergerak menurun, kelembaban tidak terlalu rendah dan semakin mengarah ke malam kelembaban bergerak naik.

Tentu sore hari tidak ada embun sehingga penguapan kurang, droplet tidak cepat kering, fotodegradasi berkurang.

Namun kelemahannya sering hujan dan di daerah tertentu angin tidak mendukung dan waktu penyemprotan terlalu pendek.

Jika sore tidak memungkinkan maka menyemprot di pagi hari adalah pilihannya.  Waktunya berkisar antara pukul 7 sampai dengan 10 siang.   Jangan terlalu siang.  Jangan terlalu terik panas

Karena pada waktu tersebut suhu belum terlalu panas dan angin umumnya mendukung.  Sedangkan kelamahannya adalah suhu bergerak naik dan kelembaban udara cenderung menurun serta sering kalau masih pagi masih ada embun.

Sumber dan credit: