WASPADA ! Penyakit Blas Pada Musim Kemarau

WASPADA ! Penyakit Blas Pada Musim Kemarau

Kini petani bersiap memasuki masa tanam pada musim kemarau. Hal pertama yang harus diwaspadai betanam padi pada musim kemarau (periode tanam April – September) adalah kerap munculnya serangan penyakit blas (Pycularia grisea).

Penyakit blasPenyakit blas bisa menginfeksi tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan. Gejala khasnya adalah adanya bercak daun berbentuk belah ketupat, lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm yang berkembang menjadi warna abu-abu pada bagian tengahnya. Infeksi bisa terjadi pada ruas batang, dan leher malai yang disebut dengan blas leher (neck blast). Jika infeksi terjadi pada leher malai, maka leher malai berubah menjadi kehitaman dan patah. Akibatnya hanya sedikit malai yang terisi atau bahkan hampa.

Penyebab Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan sprora jamur tebawa angin atau air. Pertumbuhan dan pekembangan jamur ini tergolong cepat. Penyebarannya akan semakin cepat apabila penggunaan pupuk nitrogen (Urea) yang berlebihan dan kondisi cuaca yang berawan akan mempercepat menginfeksi tanaman.

Penyakit blas berawal dari penggunaan benih yang tidak sehat (terutama pada daerah endemis blas). Perlakuan benih (seed treatment) sebelum tanam sangat efektif untuk mengendalikan blas pada tahan lebih awal.

 

Pengendalian Penyakit Blas

Cara-cara pengendalian yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan penyakit blas adalah:

  • Penggunaan bibit yang sehat, yang tidak tertular dengan penyakit blas
  • Penggunaan varietas yang tahan terhadap blas,
  • Penggunaan bibit yang spesifik lokasi,
  • Perlakukan benih (seed treatment) pada saat perendaman dan persemaian
  • Penggunaan pupuk nitrogen yang sesuai dosis anjuran
  • Pergiliran varietas
  • Menanam dengan teknik jajar legowo
  • Menggunakan kompos, pupuk organik baik padat maupun cair untuk mengurangi penggunaan pupuk nitrogen
  • Penggunaan fugisida yang dapat mengendalikan blas

 

Penggunaan Varietas Tahan Blas

Berdasarkan data darai Balai Besar Penelitian Padi (BB Padi), varietas yang tahan terhadap penyakit blas adalah:  Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8.  Penggunaan varietas secara monogenetik, yaitu menggunakan 1-2 varietas secar luas dan terus menerus juga dapat mengurangi potensi serangan blas.

 

Penggunaan Seed Treatment

Perlakuan benih sebelum tanam dapat meminimalkan serangan patogen Pycularia grisea. Perlakuan benih dapat menggunakan fungisida yang memiliki kemampuan untuk perlakuan benih.

fungisida Tiflo 80WGFungisida Tiflo 80WG adalah fungisida yang memiliki memampuan untuk mengendalikan patogen tanah (soil borne, penyakit yang ada di dalam tanah) dan benih (seed borne, penyakit yang terbawa biji/benih). Tiflo 80 WG adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram.

Caranya: Rendam benih dengan fungisida Tiflo 80WG selama 24 jam. Dosis yang digunakan adalah 2-5 gram benih dalam 2 liter air untuk setiap 1 kg benih. Tahapan selanjutnya seperti biasanya, setelah 24 jam diangkat dan diangin-anginkan dalam suhu kamar selama 12 jam sampai keluar akar kecambah. Jika perlu diberikan penyiraman.

Untuk pola tanam tabela (tebar benih langsung), pelapisan benih (seed coating) dengan fungisida Tiflo 80WG juga sangat diperlukan. Dosis yang digunakan 2-5 gr/kg benih padi. Caranya sama dengan cara diatas, bedanya air yang diperlukan lebih sedikit. Fungisida Tiflo 80WG dibasahi agar menjadi seperti pasta namun lebih encer. Benih padi dimasukan ke dalam kantong plastik, masukan pasta Tiflo kemudian dikocok-kocok hingga merata. Benih diangin-anginkan, setelah kering benih siap di tanam.

Keuntungan lain menggunakan Tiflo 80WG pada perlakuan benih sistem tabela, karena mampu sebagai repellent (penolak) burung. Sehingga benih yang baru disebarkan tidak menjadi makanan burung.

 

Pengendalian Blas Dipertanaman

Perlakuan benih dengan fungisida untuk pembenihan hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu penyemprotan tanaman.

Terdapat beberapa fungisida yang mampu mengendalikan blas, yaitu antara lain : Benomyl 50%, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, Isoprotiolan 40%, trisiklazol 20%, dan lainnya termasuk fungisida Tiflo 80WP mampu menekan perkembangan jamur Pycularia sp. Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum (50-55 HST) dan awal pembungaan (60-65 HST).

Penggunaan sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Sistem legowo yang dikombinasikan dengan cara pengairan berselang (intermiten) mampu mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, sehingga mengurangi terjadinya embun dan air gutasi, sehingga menghindari gesekan antar daun.

Sumber: Sinar tani Edisi 23-29 Mei 2018 No 3752 tahun XLVIII dengan penambahan.
Pengendalian Kerdil Rumput dengan Tiflo 80WP

Pengendalian Kerdil Rumput dengan Tiflo 80WP

Menyambung posting sebelumnya mengenai cara pengendalian kerdil rumput, bahwa kerdil rumput memiliki gejala-gejala sebagai berikut: tanaman menjadi kerdil, akar pendek dan coklat, jumlah anakan sangat banyak, tumbuhnya tegak, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau pucat atau kekuningan dengan bercak-bercak berwarna cokelat, kadang-kadang muncul gejala belang.  Kerdil rumput ini disebebkan oleh virus yang disebabkan atau ditukarkan oleh wereng cokelat (Nilaparvata lugens) dan dua spesies Nilaparvata lainnya.

Virus ini dapat memperbanyak diri di dalam tubuh vektor, tetapi tidak ditularkan melalu telur. Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput di lapangan tergantung pada beberapa faktor, antara lain serangga vektor, sumber virus, varietas padi dan faktor lingkungan.

Cara Pengendalian Penyakit Kerdil Rumput

Berikut saya ulas sekilas cara pengendalian penyakit kerdil rumput dengan pengintegrasian beberapa cara pengendalian yaitu :

  • Cara penanaman varietas tahan: gunakan varietas tahan wereng sesuai anjuran pemerintah;
  • Penghilangan sumber virus : mencabut dan membenamkan tanaman terinfeksi, sanitasi lingkungan biasanya pematang yang ditumbuhi gulma sebagai inang virus;
  • Pengendalian biologi : penggunaan musuh alami wereng seperti laba-lama, kepik;
  • Penyemprotan pestisida : pestisida dengan bahan aktif buprofezin (untuk pengendalian populasi generasi 1 atau 2), pestisida golongan fipronil dan imidakloprid untuk pengendalian populasi generasi 1, 2, 3, dan 4.
  • Cara bercocok tanam : lakukan pergiliran pola tanam (padi – palawija), pengeringan sawah dapat menekan perkembangan nimfa wereng, pengurangan pemberian pupuk urea.

Fungisida Tiflo 80 untuk Pengobatan Kerdil Rumput

Efek dari penyakit kerdil rumput pada padi akar pendek dan berwarna coklat (pada tanaman padi yang sehat akar berwarna putih).  Kondisi akar seperti ini tidak sehat dan tidak sanggup menyerap air dan makanan. Meskipun diberikan pupuk akan sia-sia karena akar yang diberikan tidak bisa diserap oleh tanaman.

Karena penyakit ini diakibatkan oleh virus, maka sampai saat ini belum ada obatnya. Namun demikian apabila tanaman padi yang sudah terserang kita biarkan saja tanpa usaha? Tentu saja tidak kan?  Saya akan share salah satu usaha pengobatan atau pengendalian awal penyakit kerdil rumput dengan menggunakan fungisida Tiflo 80WP.

Kok bisa fungisida digunakan pengobatan atau pengendalian penyakit kerdil rumput? Maka saya akan ulas sedikit menengani karakteristik dari fungisida Tiflo 80WP, seperti pada sheet dari Pesticide Manual berikut:

Thiram 80WP

Cara Aplikasinya Tiflo 80WP untuk Penyakit Kerdil Rumput

Tiflo 80WP adalah fungisida kontak dengan bahan aktif thiram 80%.  Bahan aktif thiram ini secara teknikal memiliki karakter yang mampu mengendalikan penyakit yang terbawa atau terdapat dalam tanah (soil borne), seperti Phytium sp, Fusarium, Rhizoctonia dan Sclerotinia spp.  Sehingga Tiflo 80WP dapat langsung diaplikasikan ke tanah (soil treatment).

Tiflo 80WP ini formulasinya dalam bentuk tepung.  Agar mudah dalam aplikasinya maka Tiflo dapat dicampurkan dengan pupuk Urea atau NPK pada saat pemupukan pertama (sekitar 15 HST).  Dengan aplikasi Tiflo + Urea lebih awal diharapkan pengendalian penyakit kerdil rumput dapat dicegah lebih awal.

Komposisi dosisnya untuk 1 ha sawah adalah 900 gr – 1,3 kg yang dicampurkan dengan urea. Karena kemasan terbesar Tiflo hanya 900 gram, maka minimal 1 bungkus 900 gr Tiflo dicampurkan dengan pupuk urea 1 kwintal.  Pastikan Tiflo yang dicampur dengan urea tercampur dengan sempurna.  Taburkan campuran Tiflo + pupuk ke areal pertanaman padi.

Dengan mengaplikasikan Tiflo + Pupuk maka membunuh penyakit (saprophyte dan cendawan) yang ada di sekitar akar dan akan membuka pori-pori akar yang tertutup oleh saprophyte dan jamur pada akar. Akan menambah tenaga akar untuk menyerap pupuk dan nutrisi yang diberikan tanpa adanya halangan. Akar tanaman akan menjadi bersih dan sehat.  Akar yang sehar akan menambah tenaga dalam menyerap makanan yang ada di sekitarnya. Perakaran jadi kuat sehingga dapat meningkatkan hasil.

Efek dari pemberian Tiflo pada saat pemupukan antara lain :

  1. Menekan terjadi kerdil rumput pada padi lebih awal.
  2. Terhindar dari penyakit yang berada dalam tanah seperti Phytium sp, Fusarium, Rhizoctonia dan Sclerotinia spp.
  3. Akar tanaman akan lebih panjang dan anakan akan lebih banyak
  4. Daun akan menjadi lebih hijau, lebih panjang , lebih lebar serta kemampuan fotosintesis semakin meningkat
  5. Hasil panen akan lebih meningkat, dan keuntungan semakin meningkat

Dengan pemberian Tiflo + Pupuk maka akan membuat tanaman padi menjadi terbebas dari penyakit, sehat, kuat, dan hasil meningkat.

Catatan Tambahan
Bakteri saprofit adalah bakteri yang hidup dari ketersediaan bahan organik mahluk hidup lain yang tersedia di lingkungan.  Bakteri ini memperoleh makanannya berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati, sampah, kotoran, dan bangkai. Contoh bakteri saprofit adalah Thiobacillus denitrificans, Clostridium sporageus, Escherichia coli, Lactobacillus bulgaricus, dan Methanobacterium ruminatum.

Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.

Begini Cara Pengendalian Phytophtora pada Cabai

Begini Cara Pengendalian Phytophtora pada Cabai

Sejak akhir tahun 2016 sampai memasuki bulan kedua Februari 2017, bisnis cabai dirasakan semakin “pedas”, terutama untuk cabai rawit. Harga yang diterima konsumen berkisar 70.000 – 150.000 per kg.

Meski ditingkat petani tidak terlalu banyak lonjakan, tetapi musim hujan yang intensitasnya tinggi mengakibatkan banyak kerusakan pada tanaman cabai. Budidaya cabai dimusim hujan cukup rewel, produktivitas menurun, tetapi biaya produksi tinggi. Mestinya banyak keuntungan yang diterima petani cabai saat ini tinggi, namun akibat serangan penyakit seperti patek, busuk buah mengakibatkan penunurunan hasil panen.

Penyakit umum yang menyerang tanaman cabai adalah busuk buah (Phytophtora infestans), dan patek atau antraknos (Colletortricum capsici).  Bagaimana cara pengendalian kimiawinya?

Pengendalian Busuk Buah Cabai

Busuk buah biasanya akan menyerang tanaman cabe yang masih muda, tua dan sudah hampir matang sempurna.  Penyebab busuk buah adalah faktor cuaca dan lingkungan sekitar tanaman yang lembab akibat dari curah hujan yang tinggi atau drainase yang buruk.

Banyak merek fungisida dipasaran yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit ini. Namun saking banyaknya terkadang cukup pusing memilihnya. Prinsip dasar pengendalian penyakit ini adalah protektif atau pencegahan.

Sebelum ada serangan gunakan fungisida non-sistemik protektif dari golongan Thiram, Ziram, Mankozeb, Maneb, Zineb, Propinep, dst.

Jika menginginkan pengendalian yang lebih kuat, gunakan fungisida-fungisida tersebut yang sudah dikombinasikan dengan fungisida sistemik yg kuat untuk Phytophthora seperti dari golongan Benalaksil, Kiralaksil, Metalaksil, Mefenoksam, Oksadiksil, Ofurace, Simoksanil, dsb.

Atau juga yang sudah dikombinasikan dengan fungisida dari kelompok strobilurin seperti Azoksistrobin, dsb.

Jika menggunakan fungisida tunggal, maka aplikasinya bisa berselang-seling dengan pola kontak (K) dan sistemik (S). Mulai sejak awal gunakan yg gabungan K + S, seterusnya K-K-K-S dan seterusnya. Intervalnya tergantung situasi cuaca setempat.

Ziflo 90WP untuk Busuk Buah pada Cabai

Ziflo 90WP dengan bahan aktif ziram 90% plus Zn++ (seng).  Ziram adalah bahan fungisida dari golongan EBDC yang mampu memberikan perlindungan terhadap busuk buah pada cabai. Sedangkan Zn yang terkandung dalam ziram mampu memberikan reaksi biokimia dan menstimulasi terbentuknya hormon yang penting.

Dosis yang digunakan:  Ziflo 90WP dengan dosis 3 sendok makan sebanyak 2x seminggu.

Selain Ziflo 90WP bisa juga digunakan Tiflo 80WP (Thiram 80%).

Campuran yang dapat digunakan adalah fungisida dengan bahan aktif simoksanil.  Atau produk yang sudah tersedia dipasaran tanpa harus mencampurnya contohnya Curzate (Mankozeb + Simoksanil).

Semoga mambantu.

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Penggunaan Tiflo dan Tenaz pada tanaman padi

Fungisida Tiflo 80WP yang berbahan aktif thiram 80% adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan penyakit bercak coklat, patah leher, dan juga kresek.

Tenaz adalah nutrisi tanaman dengan kandungan utama silika atau silikat (SiO2) dan tambahan nutrisi mikro majemuk. Penggunaan silika pada tanaman padi menjadikan tanaman padi lebih keras (tegak) dan hasil bulir padi yang bernas. Tenaz juga mampu menahan serangan hama dan penyakit padi.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan fungisida Tiflo 80 WP dan silika Tenaz juga mampu meningkatkan hasil panen sebesar 20%.

Tata cara penggunaan aplikasi Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP

Testimoni Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80 WP

Testimoni pengguna produk Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP oleh petani modern Bapak Haji Karyadi dari Kp Babawangan, Desa Lemah Mukti, Lemah Abang Wadas, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Tiflo dan Tenaz diaplikasikan pada musim kedua (2016) dan mendapat tanggapan yang memuaskan dari hasil aplikasi produk tersebut.

Silika Tenaz adalah nutrisi cair dengan kandungan silika (SiO2) dan Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif thiram 80% adalah produk dari Taminco-Eastman dan di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Fungisida Thionic 76 WG Menjadikan Buah Apel Lebih Mulus

Fungisida Thionic 76 WG Menjadikan Buah Apel Lebih Mulus

Kecamatan Tutur (2 km dari nongkojajar), di kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah sentra penghasil apel di Jawa Timur. Di wilayah ini luasan apel kurang lebih 12.000 ha, dengan varian yang ditanam petani apel antara lain jenis manalagi, rome beauty, ana, dan wangly.

Menurut Pak Nono, salah seorang petani apel di daerah desa Kayukebek, Kecamatan Tutur sudah 4 musim petani apel didaerahnya mengalami kerugian terus-menerus. Selain karena akibat cuaca atau iklim juga serangan hama dan penyakit. Akibatnya banyak tanaman Apel yang kurang terawat dan produksi kurang maksimal, terutama petani yang permodalannya pas-pasan.

Permasalahan utama saat ini banyak bunga apel yang rontok, sebelum menghasilkan buah. Daun tanaman apel banyak terserang penyakit. Jikapun berhasil menjadi buah, buahnya kecil dan kualitasnya kurang bagus. Akhirnya harga jualnya rendah.

Penyakit Penting pada Tanaman Apel

1. Penyakit Embun Tepung atau Powdery Mildew (Podosphaera leucoticha)
Penyakit ini memiliki gejala ketika apel muda warnanya berubah jadi coklat dan ketika tumbuh besar warna coklat seperti pada sawo.

2. Penyakit Bercak Daun (Marssonina coronaria)
Penyakit ini mulai menyerang ketika umur daun 4-5 mingguan setelah pemotongan daun dan ranting yang kurang produktif atau jelek. Gejala awalnya ditandai dengan timbulnya bercak putih tak beraturan yang kemudian berubah menjadi warna coklat. Permukaan atas mulai mucul bintik hitam. Serangan dimulai pada daun muda kemudian merembet pada daun tua dan akhirnya daun berguguran.

3. Penyakit Jamur Upas (Cortisium salmonicolor)
Penyakit terdiri dari 4 stadium. Stadium pertama jamur mulai membentuk miselium yang terlihat seperti jaring laba-laba, pada tahap ini belum menyerang jaringan. Stadium 2 miselium ini mulai menyerang jaringan. Stadium 3 jamur mulai terbentuk kerak warna kemerah-jambu. Artinya jamur sudah menginfeksi cukup parah. Stadium 4 atau stadium akhir ditandai dengan adanya bulatan kecil warna merah dan pinggirannya buah yang busuk.

4. Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Penyakit ini akan menyerang ketika buah apel sudah dipanen. Bisa terjadi di gudang maupun di kebun. gejala yang ditimbulkan adalah bintik warna coklat di buah dan akhirnya mulai melebar. Akhirnya buah bisa membusuk.

5. Penyakit Busuk Buah (Gloeosporium Sp.)
Serangan yang terjadi biasanya ketika buah ada dikebun atau gudang. Pada fase awal akan timbul bercak kecil warna hijau bentuknya bulatan. Lalu bercak ini berubah warna menjadi coklat dan rimbul bintik hitam dan mengakibatkan buah berubah warna jadi kuning atau oranye.

6. Penyakit Busuk Akar (Armilliaria Melea)
Penyakit yang menyerang akar pohon apel. Gejala yang ditimbulkan adalah tanaman jadi kering, daun mulai layu berguguran, dan akhirnya akar pun jadi busuk

Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Apel

a. Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian mekanis diarahkan dengan membuat sanitasi lingkungan sekitar tanamana dengan cara membersihkan rumput-rumput (gulma) sekitar tanaman. Karena gulma bisa menjadi inang (tempat tinggal) hama dan penyakit juga persaingan unsur hara. Memusnahkan buah-buah yang jatuh karena busuk dengan cara mengumpulkan dan menguburkannya.

Pengaturan jarak tanam agar tidak terlalu rapat, membuang bagian batang dan daun yang terinfeksi dan mencabut tanaman yang mati dengan segera mengganti dengan tanaman baru yang sehat.

b. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dengan cara menggunakan fungisida yang disesuaikan dengan target/sasaran penyakit yang akan dikendalikan. Beberapa merek fungisida yang beredar di pasaran untuk pengendalian embun tepung (Podosphaera leucoticha), Bercak Daun (Marssonina coronaria) adalah NATIVO 75 WG, FUJIWAN 400 EC, NYEKOR 250 EC, ADRIFT 125 EC, INGROFOL 50 WP, RINGO 200 SC, VENTRA 75 WP, TOPSIN M 70 WP, TOPSIN 500 SC, ANVIL 50 SC, CABRIOTOP 60 WG, SULTRICOB 93 WP, ANTRACOL 70 WP, FOLICUR 430 SC, TRIVIA 73 WP, STARPLUS 70 WP, BENLOX 50 WP, METAZEB 80 WP, ALTO 100 SL, NIMROD 250 EC, RUBIGAN 120 EC, SCORE 250 EC, dan fungisida yang baru-baru ini dilaunching di pasaran yaitu fungisida THIONIC 76WG.

Fungisida THIONIC 76WG untuk Hasil Panen Apel yang Lebih Baik

Fungisida THIONIC 76WG, adalah fungisida kontak dan protektif yang berbahan aktif Ziram 76%. Fungisida ini di formulasikan dengan teknologi lebih advance dengan bentuk butiran yang sangat halus (WG, wettable granule). Meskipun formulasinya berbentuk butiran, namun jika dilarutkan dalam air akan segera larut tanpa pengadukan sama sekali. Video bentuk formulasi fungisida Thionic 76 WG seperti berikut :

Berdasarkan hasil demo produk di daerah Kebonkebek, Tutur, Pasuruan, Jawa Timur, Thionic 76WG tidak hanya memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit penting pada apel juga memberikan nilai tambah berupa pengendalian lumut pada batang dan ranting tanaman apel.

Dosis Thionic 76WG yang digunakan adalah 1 gr/liter atau 200 gram/drum (200 liter). Aplikasi terbaik Thionic 76WG adalah setelah terbentuknya buah (fruit setting) sampai dengan pembesaran (fruit development) yang diaplikasikan secara rutin setiao 7-10 hari sekali.

5 Keunggulan Aplikasi Thionic 76 WG

Keunggulan hasil aplikasi fungisida Thionic 76WG pada tanaman apel adalah :
1. Daun lebih hijau-biru, tebal, lebar dan lapisan kulir daun halus
2. Buah sehat, kulit lebih halus, dan terlihat cerah
3. Batang Bebas Lumut
4. Daun bebas dari serangan penyakit
5. Tumbuhnya banyak daun lancur yang sehat

Foto-foto hasil demo

thionic76wg_buah thionic76wg_daun-lancur thionic76wg_daun thionic76wg_lumut thionic76wg_penyakut

Fungisida Thionic 76WG adalah produk dari Taminco-Eastman, Belgia yang di Indonesia dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo. Produk ini baru saja diluncurkan dan khusus untuk tanaman buah-buahan seperti Mangga, Jeruk, dan Apel. Dosis rekomendasi sesauai dengan label adalah 2 gram/liter, namun dengan menggunakan dosis setengahnya saja, sudah memberikan hasil yang siginifikan. Jika memerlukan fungisida Thionic 76WG bisa kontak penulis disini.

Cara Pengendalian Burung Pipit Pada Padi

Cara Pengendalian Burung Pipit Pada Padi

Salah satu hama tanaman padi yang kadang menyulitkan petani adalah serangan burung pada masa padi mulai menjelang panen. Jenis burung yang mengganggu adalah burung pipit, atau di beberapa daerah biasa disebut dengan burung emprit (Lonchura leucogastra). Jumlahnya bisa mencapai ribuan ekor dan menghabiskan bulir padi yang siap panen dalam waktu singkat. Banyak petani yang gagal panen atau kerugian besar saat panen. Kerugian yang dialami petani akibat serangan hama pengganggu burung pipit bisa mencampai 15 – 50 persen.

Berbagai cara dilakukan petani untuk bisa melawan burung pipit yang biasa dipakai petani untuk melawan burung pipit, meskipun terkadang hasilnya kurang efektif.  Pengendalian bisa bersifat mekanis dengan menggunakan alat-alat yang bisa pengusir burung atau secara biologis dengan menggunakan bahan-bahan tumbuhan atau buah-buahan yang “berbau” dan juga bisa secara kimiawi.

Pengendalian Burung Pipit Secara Mekanis

Petani biasanya menggunakan cara berikut untuk mengendalikan burung pipit :

1. Penggunaan orang-orangan sawah (sunda = bebegig) yang dilengkapi dengan tali-tali plastik dan kaleng bekas.

2. Menggunakan pita kaset yang diikat secara horisontal di seluruh penjuru sawah dilengkapi dengan kain yang dibuat seperti pita dari lembaran plastik atau karung pupuk bekas.

3. Membuat kincir angin dilengkapi kaleng sebagai sumber bunyi.

4. Menggunakan jaring. Jaring bekas dipasang di sawah dengan menancapkan beberapa bambu sebagai tiang di pematang sawah, kemudian mengikat jaring di bambu tersebut dan membetang. Cara ini bisa cukup efektif namun harganya relatif lebih mahal.

5. Menggunakan plastik mengkilap berukuran panjang yang dipasang di sawah. Plastik ini bermanfaat untuk memantulkan sinar matahari yang akan membuat silau burung pipit sehingga mereka tidak mendekati padi yang sedang menguning.

6. Mempergunakan kepingan CD atau DVD bekas. Caranya, tancapkan kayu dengan diameter sekitar 5 cm dengan tinggi sekitar 15 cm di atas pucuk tanaman padi. Di atas tiang tersebut dipasang kepingan CD ataupun DVD bekas, dengan bagian yang bisa memantulkan cahaya menghadap matahari. Burung pipit akan silau ketika mendekati lahan sawah.

7. Membuat layang-layang menyerupai burung elang yang terbuat dari plastik bekas warna hitam, atau menggantung beberapa burung elang mainan anak yang banyak dijual di pasar. Cara ini terbukti efektif mengusir burung pipit.

8. Menggunakan Bambu bekas ajir atau membuat sendiri dengan panjang 2 meter secukupnya yang dicat berwarna merah

Pengendalian Burung Pipit Secara Biologis

Pengendalian secara biologis dapat menggunakan bahan tanaman atau buah-buahan yang difermentasi dan semprotkan pada tanaman padi.

9. Menggunakan rendeman buah jengkol. Jengkol diredam beberapa hari, setelah keluar bau menyengat jengkol dan air rendaman dimasukkan ke dalam botol dan diletakan di beberapa sudut sawah. Bau menyengat jengkol akan mengusir burung pipit dari sawah.

10. Menggunakan  buah serut. Buah serut dicuci bersih, ditumbuk sampai halus, dan direndam dalam air sekitar 24 jam, dengan perbandingan 3 kilogram buah serut dan 10 liter air. Buah serut itu disaring dengan kain kasa. Formula itu lalu disemprotkan pada tanaman padi dua kali seminggu. Bisa juga dengan menyemprotkan larutan umbi gadung dan brotowali.

Pengendalian burung pipit secara manual dapat dilihat pada video berikut:

Pengendalian Burung Pipit Secara Kimiawi

Namun jika ingin menggunakan cara yang lebih praktis, bisa juga menggunakan pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan pestisida.

11. Menggunakan insektisida dengan berbahan aktif dimehypo. Penggunaan dengan insektisida ini, efek yang ditimbulkan jika burung tersebut makan padi, bisa dipastikan burung tersebut mati. Sehingga padinya sudah dimakan terlebih dahulu, baru predatornya mati. Penggunaan insektisida dimehypo tidak dianjurkan dan kurang efektif.

12. Menggunakan fungisida Tiflo 80WP.

Fungisida Tiflo 80WP untuk Pengendalian Burung

Tiflo 80WP adalah fungisida yang bersifat kontak dan bekerja secara protektif dengan bahan aktif Thiram 80%. Tiflo diproduksi oleh Taminco-Eastman, Belgia yang di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Berdasarkan The Pesticide Manual 15th Edition, A World Compendum. BCPC, bahan aktif Thiram itu selain berfungsi sebagai fungisida juga memiliki efek bird repelent, mampu menolak/mengusir burung.  Burung tidak mau makan padi karena “bau”nya, sehingga burung tidak selera untuk memakannya.

Untuk membuktikan bahwa Tiflo 80WP mampu mengusir burung, bisa dicoba dengan memberikan makanan (padi) yang dicampur dengan Tiflo pada burung pipit (yang biasa diperdagangkan untuk anak-anak).  Burung pipit tersebut tidak mau makan padi tersebut.  Sehingga pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan TIFLO 80WP lebih ramah lingkungan tanpa menyebabkan kematian pada burung pipit.

Burung pipit biasanya menyerang tanaman padi mulai fase pengisian (60 HST) sampai dengan pemasakan (80-100 HST) tergantung dari varietasnya.  Penggunaan Tiflo 80WP untuk mengendalikan hama burung bisa mulai dari umur-umur tersebut.

Dosis yang dipakai sebanyak 2-4 gram/liter, atau 2-4 sendok makan per tangki ukuran 16 liter.

Penyemprotan Tiflo 80WP secara rutin hingga menjelang panen (7-10 hari sebelum panen), selain burung dapat diatasi juga efek lainnya adalah padi terhindar dari serangan penyakit-penyakit seperti blas (patah leher, Pyricularia oryzae), penyakit hawar daun (Xanthomonas campestris), penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani), penyakit bercak coklat sempit (Cercospora janseana).

Pada dasarnya fungisida Tiflo adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan beberapa penyakit pada tanaman padi. Tiflo dapat diaplikasikan mulai dari awal perendaman benih hingga 7-10 hari menjelang panen.

Lihat juga : Review : Fungisida Antracol 70WP, Dithane M45 80WP, Ziflo 90 WP, Tiflo 80WP 

Demikian ulasan pengendalian burung pipit secara kimiawi dengan fungisida Tiflo 80WP, semoga bermanfaat. Fungisida Tiflo 80WP sudah dijual di kios-kios pertanian terdekat atau dapat menghubungi penulis disini.

Kini Ziflo 3 Aksi, Saatnya Beralih ke Ziflo 90WP Plus Zn++

Kini Ziflo 3 Aksi, Saatnya Beralih ke Ziflo 90WP Plus Zn++

Ziflo 90 WP adalah fungisdia yang bebahan aktif ziram dengan kandungan sebesar 90%. Fungisida ini satu-satunya di Indonesia yang original dari pemegang paten pertama kalinya, yaitu Taminco, Belgia.

Ziflo 90WP adalah fungisida yang bekerja secara kontak dan protektif. Cara kerja fungisida ini dengan cara menghambat perkecambahan spora dan pertumbuhan myselia serta respirasi jamur sehingga jamur tidak berkecambah dan pada akhirnya mati.

Berbagai jenis jamur yang dapat dikendaikan oleh Ziflo 90WP adalah :

  • Bawang merah : penyakit bercak ungu Alternaria porri (Penyemprotan volume tinggi : 3 g/l)
  • Bawang putih : penyakit bercak ungu Alternaria porri (Penyemprotan volume tinggi : 2 – 4 g/l)
  • Cabai merah : penyakit bercak daun Cercospora capsici, antraknosa Colletotrichum capsici (Penyemprotan volume tinggi : 1 – 2 g/l)
  • Kentang : penyakit busuk daun Phytophthora infestans (Penyemprotan volume tinggi : 4 – 8 kg/ha)
  • Padi : penyakit hawar pelepah Rhizoctonia solani, penyakit bercak coklat sempit Cercospora janseana (Penyemprotan volume tinggi : 2 – 3 g/l)
  • Padi : penyakit blas Pyricularia oryzae (Penyemprotan volume tinggi : 4 g/l)
  • Padi : penyakit hawar daun Xanthomonas campestris (Penyemprotan volume tinggi : 3 g/l)
  • Tomat : penyakit busuk daun Phytophthora infestans (Penyemprotan volume tinggi : 1 – 2 g/l)

Ziram yang terkandung dalam Ziflo 90WP memiliki keunikan dibanding dengan fungisida lain. Keunikan tersebut adalah dapat berfungsi sebagai pengatur tumbuh (zat pengatur tumbuh (ZPT)).

Unsur mikro yang terkandung dalam Ziflo 90WP adalah Zinc (seng). Dengan adanya Zinc dalam Ziflo maka tidak mampu mengendalikan penyakit dan jamur semata, namun juga mampu menstimulasi hormon-hormon penting dalam pertumbuhan tanaman.

Fungsi Zn pada tanaman adalah :
– menstimulasi terbentuknya hormon pertumbuhan yang penting.
– mengoptimalkan produksi enzim yang berguna bagi tanaman khususnya enzim yang berperan dalam proses fotosintesis
– mengoptimalkan pembentukan klorofil
– mengoptimalkan pembentukan pati (glukosa) dan mengubahnya menjadi karbohidrat, protein dan lemak
– mengoptimalkan pembentukan akar

3 Aksi Ziflo 90WP pada Tanaman Padi

Pada tanaman padi, Ziflo 90WP selain untuk mampu mengendalikan penyakit hawar pelepah dan bercak coklat sempit, dan juga efektif untuk mengendalikan penyakit BLAS atau patah leher (Pyricularia oryzae), BERCAK DAUN serta juga KRESEK yang disebabkan oleh bakteri.

Dosis penggunaan Ziflo 90WP untuk tanaman padi 2 gr/liter air atau 30 gram/tangki atau sekitar 3 sendok makan per tangki ukuran 15 liter. Penggunaan Ziflo 90WP pada tanaman padi bisa dimulai dari awal semenjak di persemaian, fase vegetatif, fase generatif, sampai akhir atau 1 minggu sebelum panen.

Karena Ziflo 90WP adalah fungisida kontak dan potektif maka penggunaannya dianjurkan sebelum penyakit itu datang dan lebih intensif untuk menghasilkan pengendalian yang lebih efektif. Pengaplikasian dimasa-masa mendekati panen bisa dilakukan karena Ziflo 90WP juga sebagai bird repelent (pengusir burung).

Aplikasi Ziflo 90WP terhadap tanaman padi akan mulai terlihat diminggu pertama setelah penyemprotan. Daun akan terlihat lebih hijau dari sebelumnya. Daun bendera sampai akhir mendekati panen akan terlihat masih berwarna hijau segar dan pada akhirnya pengisian bulir terus berlangsung. Inilah efek dari kandungan Zn yang terkandung di dalam Ziflo yang membantu mengoptimalkan pembentukan klorofil daun. Batang tanaman padi juga lebih keras (akas, tegak) karena akarnya lebih berkembang dan tekanan turgor sel-sel dalam tanaman meningkat.

Beberapa penyakit penting seperti kresek dan blas secara tidak langsung dapat tertekan serangannya. Hal ini disebabkan Zn yang mampu menstimulasi pembentukan hormon-hormon penting tanaman sehingga tanaman memiliki “anti bodi” yang lebih kuat untuk menekan penyakit dan bakteri kresek.

Sehingga secara keseluruhan penggunaan Ziflo pada tanaman padi, memiliki 3 Aksi, yakni sebagai fungisida, sebagai zat pengatur tumbuh (zpt), dan juga bisa berfungsi sebagai bakterisida.

Ziflo 90WP adalah produksi dari Taminco-Eastman Chemical, di Indonesia dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo. Jika memerlukan informasi lebih lanjut mengenai Ziflo 90WP bisa hubungi disini.

Review : Fungisida Antracol 70WP, Dithane M45 80WP, Ziflo 90 WP, Tiflo 80WP

Review : Fungisida Antracol 70WP, Dithane M45 80WP, Ziflo 90 WP, Tiflo 80WP

 

Penggunaan fungisida diharapkan mampu melindungi tanaman dari serangan jamur, memperkuat daya tahan tanaman selama masa pertumbuhan, memulihan kondisi tanaman yang terserang agar kembali mampu berproduksi secara optimal. Kini fungisida bayak ditemukan di kios pertanian baik merek, jenis dan bentuk formulasinya.

Fungisida berbentuk tepung biasanya diberi kode WP atau wettable powder dibagian belakang nama/merek dagangnya memiliki banyak kelebihan dibanding fungisida formulasi lain seperti WG, EC, atau SC.

Kelebihannya fungisida tepung adalah :

  • Relatif murah
  • Resiko fitotoksik lebih rendah (dibandingkan formulasi EC dan formulasi cair lainnya)
  • Kurang diserap kulit (dibanding dengan formulasi cair)

Kelemahan fungisida tepung adalah :

  • Menimbulkan debu ketika dituang (bahaya inhalasi)
  • Memerlukan pengadukan secara terus menerus
  • Bersifat brasif
  • Bisa menimbulkan residu yang tampak pada bidang sasaran.

Tulisan kali ini akan membahas beberapa merek fungisida yang sudah banyak dikenal petani diantaranya Antracol 70WP dan Dithane M45 80WP.  Fungisida lain seperti  Ziflo 90 WP, Tiflo 80WP dimana kedua fungisida ini belum terkenal namun meawarkan banyak keunggulan selain Antracol 70WP maupun Dithane M45 80WP. Review ini berdasarkan bahan aktif dan bersumber dari The Pesticide Manual edisi 15.

Keempat fungisida ini masuk dalam golongan Dithiokarbamat (dithiocarbamate) , dimana golongan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Spektrum penggunaan yang luas terhadap jamur/cendawan dari kelas Basidiomycetes, Ascomycetes dan Deuteromycetes.
  • Kurang kuat terhadap cendawan dari kelas Oomycetes
  • Fungisida protektan dan diaplikasikan sebelum gejala serangan penyakit
  • Bekerja multisite inhibitor,yakni bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan.
  • Tidak mudah resisten terhadap jenis jamur/cendawan.

Perbandingan Dithane M45 80WP, Antracol 70WP, Ziram 90WP, Tiflo 80WP

 
Dithane M45 80WPAntracol 70WPZiflo 90WPTiflo 80WP
Bahan aktifMankozebPropinebZiramThiram
Kandungan80%70%90%80%
Sub kelasAlkylene bis dithiocarbamates (EBDC)Alkylene bis dithiocarbamates (EBDC)Dimethyl bis DithiocarbamateDimethyl bis Dithiocarbamate
KarakteristikMultisite, Non sistemik, protektanMultisite, Non sistemik, protektanMultisite, Non sistemik, protektanMultisite, Non sistemik, protektan
Mode of ActionMenghambat respirasi selMenghambat perkecambahan sporaPenghambat proses biokimia dari enzim yang mengandung ion tembaga dan sulfhydrylMenghambat berbagai enzim yang mengatur perkecambahan spora dan pertumbuhan miselia.
LD50 oral (tikus)> 5.000 mg/kg> 5.000 mg/kg> 2.068 mg/kg> 2.600 mg/kg
LD50 dermal(tikus) > 10.000 mg/kg(tikus)  > 5.000 mg/kg(kelinci) > 2.000 mg/kg(kelinci) > 2.000 mg/kg
Efek iritasiModerat iritasi pada mata & kulitNon iritan pada mata & kulitTidak iritasi pada kulit, tapi irtasi mataIritasi ringan pada mata & kulit
Repelent thd tikus, burung, hewan lainTIDAKTIDAKYAYA
Kandungan unsur mikroZinc (Zn), Mangan (Mn)Zinc (Zn)Zinc (Zn)TIDAK ADA
Seed treatment *)TIDAK BISATIDAK BISATIDAK BISAYA
Soil treatment **)TIDAK BISATIDAK BISATIDAK BISAYA
Harga kios (Rp)105-110.000/kg105-110.000/kg85 – 90.000/kg75 – 80.000/900 gr

Keterangan:

*) : Untuk mengendalikan penyakit dumping off (rebah semai), seperti Phytium spp dan Fusarium spp pada jagung, kapas, sereal, kacang-kacangan, dan sayuran.
**) : mengontrol hama pada tanah (phytium, Fusarium, Rhizoctonia, Sclerotinia spp)

***) : Kelebihan lain dari Fungisida Tiflo 80WP selain sebagai seed treatment adalah (1)  mengendalikan lumut (algae) yang berada pada batang/ranting  pada tanaman jeruk, apel, mangga, dll.  (2) Bisa digunakan pengendalian jamur pada rumput lapangan golf (turf) untuk jamur Thypula spp., Fusarium nivale, Sclerotinia homeocarpa, Phytium, Rhizoctonia solani.  (3) Pengendalian pembibitan pada nursery tanaman kelapa sawit untuk jenis jamur Anthracnosis, Seedling blight, dan leaf spot.

Keterangan produk:

Fungisida Antracol 70WP
Pemegang pendaftarannya adalah PT. Bayer Indonesia. Antracol 70WP ini merupakan fungisida kontak dan protektif untuk mengendalikan penyakit pada banyak tanaman sayuran, palawija, padi, dan tanaman tahunan.

Fungisida Dithane M45 80 WP
Pemegang pendaftaran PT Dow AgroSciences Indonesia. Dithane M45 80WP adalah fungisida protektif dan kontak yang mampu mengendalikan penyakit pada banyak tanaman sayuran, palawija dan tanaman tahunan.

Fungisida Ziflo 90WP
Pemegang pendaftarannya adalah PT. Biotis Agrindo. Fungisida Ziflo 90WP adalah fungisida yang bersifat kontak dan protektif untuk mengendalikan jamur pada tanaman sayuran, padi dan tanaman buah-buahan (mangga).  Produksi Taminco – Eastman Chemical, Belgia.

Fungisida Tiflo 80WP
Pemegang pendatarannya adalah PT. Rolimex Kimianusamas. Fungisida Tiflo 80WP adalah fungisida bersifat kontak dan protektif untuk mengendalikan jamur pada tanaman sayuran, strawberry, padi, dan tanaman buah-buahan (mangga). Produksi Taminco – Eastman Chemical, Belgia.

Sumber:
* Panut, D. 2008. Pestisida & Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
* The Pesticide Manual. Edisi 15. BCPC
* Buku Hijau Pestisida Pertanian dan Kehutanan. 2013. Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Deptan RI.