Inilah Cara Menghitung Kalibrasi Sprayer dan Manfaatnya

Inilah Cara Menghitung Kalibrasi Sprayer dan Manfaatnya

Kalibrasi menentukan dalam penyemprotan pestisida. Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan sprayer. Pada akhirnya akan diketahui berapa banyak kebutuhan pestisida yang diperlukan untuk menyemprot per luasan lahan, berapa kebutuhan air, atau berapa kecepatan jalan si aplikator.

Cara Kalibrasi Penyemprotan SprayerManfaat Kalibrasi Sebelum Penyemprotan

Manfaat kalibrasi adalah untuk menentukan takaran pestisida secara tepat. Mencegah pemborosan, dan penyeragaman perhitungan aplikasinya.

Kalibrasi juga dapat menentukan berapa volume semprot yang diperlukan. Jika volume semprot sudah diketahui, selanjutnya dapat dengan mudah memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (jika konsentrasi diketahui) penggunaan yang sesuai.

Kalibrasi harus dilakukan secar berkala sebelum kegiatan penyemprotan dilakukan. Keberhasilan kalibrasi dipengaruhi oleh CURAH (flow rate) dari nozel yang digunakan (C; liter/menit), LEBAR GAWANGAN penyemprotan (G; meter), KECEPATAN jalan aplikator (K; meter/menit), dan VOLUME aplikasi (V; liter/hektar).

Dalam rumusan matematikanya menjadi C = GKV/10.000

Contoh 1:
Untuk menyemprot kubis dengan nozel yang angka curahnya 1,75 liter/menit, kecepatan penyemprot 30 meter/menit, dan lebar gawang terukur 1,5 meter. Berapa liter air yang diperlukan untuk menyemprot lahan dengan luas 1 hektar?

Jawab:
Diketahui : C = 1,75 liter/meint; K = 30 meter/menit; G = 1,5 meter
V = (10.000C)/GK
V = (10.000 * 1,75) /1,5 * 30
V = 388,89 liter
Sehingga kebutuhan air untuk menyemprot lahan kubis tersebut sebanyak 389 – 400 liter air per ha.

Contoh 2:
Diketahui kecepatan jalan 50 meter/menit, lebar gawang semprotan 1,2 meter, dan flow rate 1,5 liter/menit. Pestisida yang digunakan adalah herbisida Roundup dengan dosis 2 liter/ha. Ditanya berapa konsentrasi Roundup yang digunakan?

Jawab:
Diketahui : K = 50 meter/menit; G = 1,2 meter; C = 1,5 liter/menit
V = (10.000C)/GK
V = (10.000 * 1,5) / 1,2 * 50
V = 15.000 / 60
V = 250 liter

Dosis herbisida Roundup yang dipakai adalah 2 liter/ha, maka konsentrasi herbisida Roundup yang digunakan adalah 2 Lt Roundup/250 liter air = 0.008 liter atau 8 ml Roundup/liter air.

Jika knapsack sprayer yang digunakan kapasitasnya 16 liter maka herbisida yang dicampurkan ke dalam tangki sprayer sebanyak 8 ml Roundup * 16 liter = 128 ml Roundup/tangki.

Contoh Perhitungan Kalibrasi

Contoh 3.
Jika menyemprot alang-alang seluas 100 hektar dengan menggunakan nozel VLV-200 dan konsentrasi herbisida Roundup yang digunakan sebesar 1%. Berapa kebutuhan Roundup dalam penyemprotan?

Jawab:
Diketahui : Luas areal penyemprotan = 100 ha; Nozel VLV-200, konsentrasi pestisida 1%

Nozel VLV atau very low volume adalah nozel yang digunakan dengan dengan kebutuhan larutan sangat rendah, berkisar 100 -200 liter/ha. Nozel yang digunakan adalah VLV-200, artinya kebutuhan air sebanyak 200 Liter/ha.

Konsentrasi herbisida Roundup sebesar 1% artinya adalah kebutuhan herbisida Roundup adaalah 1 ml Roundup per liter air.

Jika dipakai Nozzle VLV-200 dan kapasitas tangki 15 liter, maka jumlah tangki/ha yang dibutuhkan:
= 200 ltr/ha : 15 ltr/tangki = 13 tangki/ha.

Herbisida Roundup yang perlukan per tangki adalah :
= 15 ltr/tangki X 1% Roundup
= 15 ml Roundup/tangki

Jumlah herbisida Roundup yang dibutuhkan per hektar adalah :
= 13 tangki/ha x 15 ml/tangki
= 195 ml/ha

Jadi untuk 100 ha, kebutuhan herbisida Roundupnya adalah :
= 195 ml/ha * 100 ha
= 19.500 ml atau 19,5 liter Roundup

Contoh 4.
Semprot piringan (circle spraying) menggunakan herbisida Basta 1.5 liter/Ha dengan nozzle polijet biru ICI. Flowrate 1.6 Lt/menit, lebar semprot 1.2 m dan kecepatan penyemprot berjalan 36m/menit. Berapa dosis per tangki knapsack?

Jawab:
Diketahui = Dosis : 1.5 liter/ha; C = 1.6 liter/menit; G = 1.2 m; K = 36 m/menit

Kebutuhan larutan :
V = (C*10.000)/GK
= (1.6 liter/menit * 10.000 m2)/1.2 m x 36 m/menit
= 370.37 liter

Konsentrasi herbisida Basta:
= (1.5 liter)/370.37 liter * 100%
= 0.4%

Maka herbisida Basta yang dicampurkan dalam setiap knapsack sprayer (kapasitas 15 liter) adalah
= 15 liter x 0.4%
= 0.06 liter atau 60 cc.

Contoh 5.
Semprot piringan menggunakan herbisida Kleenup 1.5 liter/ha dengan nozzle VLV-200. Flowrate 0.9 liter/menit, lebar semprot 1.2 m dan kecepatan penyemprot berjalan 36 m/menit. Berapa dosis herbisida Kleenup per knapsack?

Jawab :
Diketahui : Dosis = 1.5 liter/ha; C = 0.9 liter/menit; G = 1.2 m; V = 36 m/menit

Kebutuhan larutan
L = (C * 10000)/KG
= (0.9 liter/menit * 10000 m2)/36 m/menit * 1.2 m
= 208.33 liter

Konsentrasi herbisida
= (1.5 liter / 208.33 liter)* 100%
= 0.72%

Jika kapasitas tangki knapsack adalah 15 liter, maka 15 x 0.72% = 0.108 Ltr atau 108 ml.
Jadi dosis per tangki knapsack adalah 108 ml/15 liter.

Kebocoran Sprayer Sama Dengan Pemborosan

Kebocoran Sprayer Sama Dengan Pemborosan

Penggunaan knapsack sprayer untuk kegiatan penyemprotan tanaman bagi para petani adalah kegiatan yang sudah sangat biasa. Justru dengan sangat biasanya hal-hal yang membahayakan menjadi kurang mendapat perhatian serius.

Kegiatan membahayakan tersebut diantaranya adalah kebocoran tangki akibat beberapa bagian tangki sudah aus, pecah, berkarat, atau ada bagian-bagian tertentu yang sudah rusak dan diganti dengan yang bukan sparepart asli (original).

Kebocoran rangki semprot sprayer

Pada tulisan ini saya akan menjelaskan betapa pentingnya memahami kebocoran pada alat semprot, meskipun itu hanya berupa tetesan saja.

“Ah! …. Itu kan hanya tetesan, tidak banyak pengaruhnya kok?”

Jangan sampai kita menyepelekan tetesan ini, karena tetesan pestisida bisa menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menambah paparan pada tubuh penyemprot, yang jelas merugikan secara ekonomi.

Lho kok?

Mari kita hitung!

Kita bisa mengukur berapa banyak tetesan yang terjadi pada alat knapsack seprayer kita dalam satu menit dengan menggunakan gelas ukur. Misalnya kita mendapatkankan 50 mililiter.

Nah berapa jam kita bekerja? Misalnya 5 jam kerja atau kurang lebih 300 menit. Jadi yang sudah terbuang adalah 300 menit x 50 ml = 15 liter.

Kebocoran Sama Dengan Pemborosan

Kegiatan aplikasi penyemprotan pestisidaArtinya selama 5 jam kerja kita kehilangan sebanyak 15 liter atau sebanyak 1 tangki. Apakah ini cukup kecil? Tidak, ini sudah sangat banyak. Coba kita hitung aspek ekonominya.

Misalkan dalam 1 tangki berapa banyak pestisida kita masukan, semakin mahal pestisia yang kita masukan, maka semakin besar kerugiannya. Katakanlah ambil rata-rata kebocoran 50 ml sebesar Rp 3.000 setiap tangki, maka kalau sehari menghabiskan 15 tangki, maka kehilangan uang sebesar Rp 45.000.

Cukup masih kecil?

Coba kalikan berapa kali menyemprot dalam satu bulan. Jika satu bulan menyemprot 4-5 kali, kehilangan akibat kebocoran tetesan bisa untuk membeli pestisida.

Kehilangan uang akan semakin bertambah apabila pestisida yang digunakan adalah pestisida berkualitas tinggi yang harganya pasti mahal.

Selain itu kerugian lain akibat kebocoran alat semprot adalah menurunnya daya berantas pestisida yang digunakan karena dosis per satuan luasnya menjadi berkurang, tetesan dapat menimbulkan kerusakan tanaman dan menambah paparan kepada anggota badan dan mencemari lingkungan.

Masih mau menganggap enteng kebocoran tangki sprayer walaupun itu hanya tetesan?

Itulah pentingnya menggunakan knapsack yang berkualitas, tahan kerusakan dan awet. Jika ada menginginkan produk seperti itu silahkan pesan KLIK DISINI!


Mengapa Pakaian Pelindung Diri (Apron) Penting pada saat Aplikasi Pestisida ?

Mengapa Pakaian Pelindung Diri (Apron) Penting pada saat Aplikasi Pestisida ?

Aplikasi pestisida mengandung resiko terpaparnya badan aplikator dengan pestisida. Pestisida adalah racun bagi hama, penyakit, atau gulma. Namun juga bisa berbahaya bagi penggunanya, kalau tidak menerapkan praktek-praktek aplikasi pestisida yang benar. Aplikasi pestisida yang benar adalah menggunakan alat pelindung diri yang berupa apron (celemek), sarung tangan, penutup wajah, masker dan sepatu boat. Selain pakaian yang dikenakan aplikator harus berlengan panjang dan celana panjang. Kenapa? Karena untuk mencegah timbulnya risiko keracunan.

Apron harus dikenakan sewaktu aplikator dalam seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pestisida seperti pada saat mencampur, mengisi tangki, dan menyemprotkan pestisida. Apron ini harus memenuhi syarat mampu melindungi tubuh dari berbagai formulasi pestisida, tahan lama, ada sirkulasi udara, nyaman dikenakan, dan ringan.

paparan pestisidaCairan pestisida yang disemprotkan oleh knapsack sprayer sangat kecil ukuran partikelnya. Penglihatan mata secara langsung terkadang tidak terlihat karena ukuran/dropletnya sangat kecil bisa mencapai >100 droplet/cm2. Namun jika menggunakan stardust dibawah lampu violet dapat terlihat seperti gambar disamping.

Tidak semua semprotan itu mengenai sasaran (daun atau hama) yang menjadi target penyemprotan. Adanya angin sekitar tempat penyemprotan, sangat memungkinkan semprotan juga mengenai bagian-bagian tumbuh aplikator. Belum lagi kalau tangki yang digunakan mengalami kebocoran dibagian tangkinya. Dapat dibayangkan berapa banyak bagian tubuh aplikator yang terpapar oleh pestisida. Oleh karena itu penggunaan apron menjadi sangat penting.

Banyak jenis bahan yang dapat digunakan untuk Apron, diantaranya dengan bahan tyvek. Keunggulan Tyvek dapat dicuci dan bersifat anti percikan cairan. Karena itu, baju yang terbuat dari tyvek tidak akan basah, jika hanya terkena butir-butir kecil cairan pestisida. Tyvek juga sangat ringat, beratnya hanya 110 – 150 gram/meter2.

Ada dua macam baju pelindung, one-piece garment (baju satu potong) atau sering disebut ponco, berlubang di kedua sisi sampingnya untuk menjamin sirkulasi udara. Panjangnya 2 meter dan lebar 60 cm. Bagian depan panjangnya 85 cm, sedang bagian belakangnya 115 cm. Tujuannya untuk melindungi tubuh bagian belakang dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor.

Kedua bagian baju itu dihubungkan dengan tali sepanjang 55 cm. Desain pakain pelindung lainnya yaitu two pieces garment (setelan baju dan celana).  Baju berlengan panjang dengan tali karet pada bagian pinggang.

Nutani.com menyediakan apron dari bahan tyvek dan juga bahan parasut, seperti pada gambar.

apron celemek penyemprotan pestisida apron celemek penyemprotan pestisida apron celemek penyemprotan pestisida

Bagi Anda yang sedang mencari Apron, nutani.com menyediakan apron-apron tersebut. Silahkan pesan KLIK SINI!


Knapsack Sprayer PB16 Weed Eater 16L Sesuai RSPO

Knapsack Sprayer PB16 Weed Eater 16L Sesuai RSPO

Kalangan pekebun harus berhati-hati dalam memilih sprayer untuk membantu kegiatan penyemprotan pestisida di kebun. Sebab, knapsack sprayer berkualitas buruk sangatlah merugikan pekebun seperti terjadinya kebocoran dan tekanan yang kurang kuat. Buruknya kualitas Knapsack sprayer berdampak kepada pemborosan biaya, tenaga dan waktu serta hasil semprot yang tidak merata.

Solusi terbaik penyemprotan pestisida adalah Knapsack Sprayer PB-16.

PB16 Weed Eater 16L

Ada enam ciri yang menunjukkan produk  Knapsack Sprayer PB-16 asli.

Pertama, di box  pembungkus terdapat cetakan alamat produsen yaitu Syarikat Jun Chong SDN. BHD dan UK Registered Design No 2025702 di kedua sisi box.

Kedua, di tangki sprayer Terdapat cetakan timbul “CROSSMARK MANUFACTURER” (atas logo) & Cetakan UK Registered Design No 2025702 di bagian bawah logo.

Ketiga, Terdapat cetakan timbul “UK Registered Design No 2014821” pada bagian atas silinder/tabung pompa.

Keempat, terdapat cetakan timbul “PAT. APPL. No. PI 880074 pada penutup nozzle.

Kelima, ring/klep terasa licin kalau dipegang dan bahan kualitas tinggi .

Keenam, di adaptor ada cetakan timbul “CROSSMARK (R)”.

Beredarnya produk palsu ini karena Knapsack Sprayer PB-16 adalah produk paling laku dan familiar di kalangan pekebun sawit. Bahan baku  Knapsack Sprayer  PB-16 berasal dari polypropelene  yang berkualitas tinggi. Itu sebabnya, produk ini sangat kuat sehingga tidak akan pecah atau bocor.

Kelebihan lain, produk ini punya tekanan penyemprotan yang sangat kuat  (hingga 8 Bar=116 psi ) dan sudah dilapisi anti  sinar ultraviolet (UV protector) sehingga sprayer akan tahan lama dan tidak getas walau sering terpapar matahari.

“Knapasack Sprayer PB-16 diinjak orang berbobot sampai 80 kg pun tidak pecah. Tambahan lagi tangki tanpa sambungan sehingga tidak mudah bocor”.

Knapsack Sprayer PB-16 & Weed Eater 16L  telah memperoleh sertifikat  ISO 9001 : 2008 Cert No.622858 ( GIC  dan UKAS ).

Knapsack Sprayer Weed Eater 16L

Produk ini memakai system Pressure Control Valve (PCV) atau Constan Flow Valve (CF- Valve) dengan fungsi utama sebagai kalibrator pengatur tekanan ( 1,5 Bar CFValve RED), Flow Rate yang konstan sehingga selain hasil aplikasi semprot yang lebih merata. Manfaat lainnya adalah menghemat pemakaian air, meminimalisir potensi pemborosan racun , peningkatan produktivitas penyemprotan, penghematan tenaga kerja, dan ramah lingkungan.

🌾 Beginilah Jurus Jitu Kendalikan Wereng Coklat

🌾 Beginilah Jurus Jitu Kendalikan Wereng Coklat

Tak dapat dipungkiri wereng masih menjadi masalah yang bikin puyeng. Petani padi masih direpotkan dengan serangan wereng coklat yang berpotensi membawa virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Petani harus mengantisipasinya sejak awal.

3 Faktor Penyebab Wereng

Setidaknya ada 3 faktor kenapa wereng masih menjadi masalah utama petani sampai saat ini. Pertama, faktor iklim yang cukup basah atau kemarau basah. Kondisi yang lembab namun hangat adalah kondisi yang membuat nyaman bagi wereng.

Kedua, pola budidaya tanaman padi yang menyebabkan tidak terputusnya rantai makanan bagi wereng. Wereng berpindah dari tanaman ke tanaman sebelahnya, berpindah dari saru lokasi ke lokasi berikutnya. Akan lebih parah jika diwilayah tersebut menerapkan pola tanam 3 kali dalam setahun.

Faktor terakhir adalah pola penggunaan insektisida yang intensitasnya sudah sangat tinggi. Penggunaan dosis yang kurang tepat dan jumlah penyemprotan yang tinggi 8-12 kali dinilai menyebabkan kerentanan terhadap wereng.

Bagaimana pengendalian wereng secara kimiawi yang ditawarkan oleh perusahaan pembuat pestisida atau formulator?
Berbagai perusahaan pestisida memiliki ‘resep’ dan menawarkan solusi terbaiknya. Berikut beberapa solusi produk yang diberikan.

Pengendalian wereng dengan Marshal 5GR versi FMC

Sumber foto: google

FMC masih mengandalan insektisida Marshal 5GR dengan bahan aktif karbosulfan sejak persemaian dengan dosis 4 kg/ha. Aplikasinya bisa bersamaan dengan pemupukan.

Kemudian saat pindah tanam, Marshal 5GR diaplikasikan berbarengan dengan pemupukan pertama atau umur 15 HST dengan dosis 10 kg/ha. Jika masih ada serangan kembali Marshal 5GR bisa aplikasikan pada umur 30 HST pada pemupukan ke-2 dengan dosis 10 kg/ha.

Pengendalian wereng dengan Tenchu 20SG Versi Agricon

Tenchu-20-SG Agricon
Sumber foto: Agricon

Agricon menawarkan pengendalian wereng coklat dengan insektisida Tenchu 20SG yang berbahan aktif dinotefuron 20%.

Tenchu 20SG diaplikasikan dengan cara melarutkan 25 gr dalam satu tangki kapasitas 14 lt untuk luasan 400 m2, atau 2-3 bungkus (50 g – 75 gr Tenchu 20SG per hektar).

Penyemprotan dilakukan pada saat populasi wereng 5-10 ekor per rumpun. Penyemprotan sekitar 10-15 cm di atas permukaan tanah (bukan diatas permukaan tinggi tanaman).

Pengendalian Wereng dengan Pexalon 106SC Versi Corteva (DowDupont)

Pexalon Corteva DowDupont
Sumber foto: FB DupontPexalon

Insektisid Pexalon 106SC dengan bahan aktif triflumezopyrim diaplikasikan pada umur tanaman 10-20 HST dengan dosis 240 ml/ha dengan volume semprot 300 liter/ha atau 20 tangki per hektar.

Untuk daerah yang bukan endemik wereng dan virus kerdil aplikasikan Pexalon 106SC pada saat populasi rendah 5-10 ekor per rumpun pada umur tanaman 25-40 HST.

Pexalon 106SC direkomendasikan untuk digunakan sejak awal pertubuhan vegetatif. Untuk daerah endemik wereng seperti di daerah pantura Jawa Barat seperti Karawang, Subang, Pagaden, Indramayu aplikasi dilakukan pada saat awal ketika terlihat penerbangan pertama wereng bersayap pada umur 10-20 HST.

Keunggulan Pexalon 106SC

Mengutip dari informasi yang diperoleh, setidaknya ada 3 keunggulan insektisida generasi baru dari Corteva ini. Yakni, petama Pexalon 106SC bisa mengendalikan semua jenis wereng secar menyeluruh, baik pada fase nimfa maupun dewasa.

Kedua, durasi pengendalian yang panjang. Pexalon 106SC mampu melindungi tanaman selama 21-25 hari sejak pertama penyemprotan. Sedangkan siklu hidup wereng Nilaparvata lugens ini berlangsung 23-32 hari, mulai dari serangga, instar, nimfa, seragga dewasa tanpa sayap, dan serangga bersayap.

Keunggulan ketiga dari produk ini sangat aman terhadap manusia dan serangga menguntungkan lainnya seperti laba-laba, kepik, dan kumbang masih tetap hidup.

Bagaimana dengan Anda? punya pengalaman dalam pengendalian wereng yang tuntas dan terlebih ekonomis? silahkan menuliskan di kolom komen di bawah ini

Pencampuran Pestisida pada Aplikasi Penyemprotan

Pencampuran Pestisida pada Aplikasi Penyemprotan

Pestisida dikatakan mempunyai spectrum pengendalian luas (broad spectrum) bila pestisida tersebut dapat mengendalikan banyak jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) dari kelompok taksonomi yang berbeda.

Pada waktu lampau, para petani umunya menyukai insektisida yang memiliki spectrum sangat luas. Tetapi karena kelemahannya dapat merugikan organisme non-target serangga yang berguna, maka sekarang insektisida cenderung berspektrum sempit bahkan spesifik.

Kecenderungan mempersempit spektum ini tidak berlaku pada herbisida dan fungisida. Fungisida kontak umumnya berspektrum luas dan relatif murah, tapi hanya efektif sebagai protektan. Sedangkan fungisida sistemik sangat baik jika digunakan sebagai kuratif dan eradikatif, tapi spektrumnya sempit dan harganya relatif mahal. Oleh karena itu pada prakteknya petani sering mencampurnya, untuk mendapatkan keuntungan ganda. Namun, saat ini beberapa perusahaan juga sudah menyediakan fungisida combo (combo fungicide) ini dalam bentuk formulasi yang siap pakai.

Pertanyaan yang muncul adalah jika pencampurannya itu dalam aplikasi (tank mix), bagaimana aturannya. Berikut ini adalah urutan pencampuran pestisida yang benar sebelum dimasukan ke dalam knapsack sprayer.

Pencampuran pestisida

  1. Air
  2. Tablet (WT, water dispersible tablet; ST, water soluble tablet): aduk hingga seluruh tablet larut dalam air
  3. Butiran (SG, soluble granule; WG, water dispersible granule): aduk hingga seluruh butiran larut dalam air
  4. Berbentuk tepung (WP, wettable powder; SP, soluble powder): aduk hingga merata)
  5. Bentuk cairan (SL, soluble concentrate, SC, suspension concentrate, EC, emulsifiable concentrate)
  6. Mikrokapsul (CS, capsule suspension)
  7. Surfaktan

Pencampuran BOLEH dilakukan, jika:

  • Sasaran OPTnya beda
  • Pestisida yang dicampurkan tidak menimbulkan efek buruk, misalnya menggumpal dan tidak “membakar” tanaman
  • Pencampuran dilakukan untuk meningkatkan sinergisme atau memperkuat efikasi pestisida tersebut
  • Dilakukan untuk meningkatkan spectrum pengendalian
  • Dilakukan untuk memecah OPT yang sudah resisten atau mencegah/menunda resisten.

Pencampuran TIDAK BOLEH dilakukan jika:

  • Sasarannya sama
  • Bahan aktifnya sama
  • Pencampuran dapat memberikan efek buruk
  • Dikhawatirkan menimbulkan cross resisten (resisten silang)
  • Pencampuran dapat membahayakan keselamatan kerja aplikator

Untuk dapat memberikan hasil semprotan yang maksimal, gunakan knapsack sprayer yang berkulias seperti Knapsack Sprayer PB16, sprayer berkulitas produksi Crossmark, Malaysia. Anda dapat memesannya di Bukalapak/PabrikSprayer.


WASPADA ! Penyakit Blas Pada Musim Kemarau

WASPADA ! Penyakit Blas Pada Musim Kemarau

Kini petani bersiap memasuki masa tanam pada musim kemarau. Hal pertama yang harus diwaspadai betanam padi pada musim kemarau (periode tanam April – September) adalah kerap munculnya serangan penyakit blas (Pycularia grisea).

Penyakit blasPenyakit blas bisa menginfeksi tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan. Gejala khasnya adalah adanya bercak daun berbentuk belah ketupat, lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm yang berkembang menjadi warna abu-abu pada bagian tengahnya. Infeksi bisa terjadi pada ruas batang, dan leher malai yang disebut dengan blas leher (neck blast). Jika infeksi terjadi pada leher malai, maka leher malai berubah menjadi kehitaman dan patah. Akibatnya hanya sedikit malai yang terisi atau bahkan hampa.

Penyebab Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan sprora jamur tebawa angin atau air. Pertumbuhan dan pekembangan jamur ini tergolong cepat. Penyebarannya akan semakin cepat apabila penggunaan pupuk nitrogen (Urea) yang berlebihan dan kondisi cuaca yang berawan akan mempercepat menginfeksi tanaman.

Penyakit blas berawal dari penggunaan benih yang tidak sehat (terutama pada daerah endemis blas). Perlakuan benih (seed treatment) sebelum tanam sangat efektif untuk mengendalikan blas pada tahan lebih awal.

 

Pengendalian Penyakit Blas

Cara-cara pengendalian yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan penyakit blas adalah:

  • Penggunaan bibit yang sehat, yang tidak tertular dengan penyakit blas
  • Penggunaan varietas yang tahan terhadap blas,
  • Penggunaan bibit yang spesifik lokasi,
  • Perlakukan benih (seed treatment) pada saat perendaman dan persemaian
  • Penggunaan pupuk nitrogen yang sesuai dosis anjuran
  • Pergiliran varietas
  • Menanam dengan teknik jajar legowo
  • Menggunakan kompos, pupuk organik baik padat maupun cair untuk mengurangi penggunaan pupuk nitrogen
  • Penggunaan fugisida yang dapat mengendalikan blas

 

Penggunaan Varietas Tahan Blas

Berdasarkan data darai Balai Besar Penelitian Padi (BB Padi), varietas yang tahan terhadap penyakit blas adalah:  Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8.  Penggunaan varietas secara monogenetik, yaitu menggunakan 1-2 varietas secar luas dan terus menerus juga dapat mengurangi potensi serangan blas.

 

Penggunaan Seed Treatment

Perlakuan benih sebelum tanam dapat meminimalkan serangan patogen Pycularia grisea. Perlakuan benih dapat menggunakan fungisida yang memiliki kemampuan untuk perlakuan benih.

fungisida Tiflo 80WGFungisida Tiflo 80WG adalah fungisida yang memiliki memampuan untuk mengendalikan patogen tanah (soil borne, penyakit yang ada di dalam tanah) dan benih (seed borne, penyakit yang terbawa biji/benih). Tiflo 80 WG adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram.

Caranya: Rendam benih dengan fungisida Tiflo 80WG selama 24 jam. Dosis yang digunakan adalah 2-5 gram benih dalam 2 liter air untuk setiap 1 kg benih. Tahapan selanjutnya seperti biasanya, setelah 24 jam diangkat dan diangin-anginkan dalam suhu kamar selama 12 jam sampai keluar akar kecambah. Jika perlu diberikan penyiraman.

Untuk pola tanam tabela (tebar benih langsung), pelapisan benih (seed coating) dengan fungisida Tiflo 80WG juga sangat diperlukan. Dosis yang digunakan 2-5 gr/kg benih padi. Caranya sama dengan cara diatas, bedanya air yang diperlukan lebih sedikit. Fungisida Tiflo 80WG dibasahi agar menjadi seperti pasta namun lebih encer. Benih padi dimasukan ke dalam kantong plastik, masukan pasta Tiflo kemudian dikocok-kocok hingga merata. Benih diangin-anginkan, setelah kering benih siap di tanam.

Keuntungan lain menggunakan Tiflo 80WG pada perlakuan benih sistem tabela, karena mampu sebagai repellent (penolak) burung. Sehingga benih yang baru disebarkan tidak menjadi makanan burung.

 

Pengendalian Blas Dipertanaman

Perlakuan benih dengan fungisida untuk pembenihan hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu penyemprotan tanaman.

Terdapat beberapa fungisida yang mampu mengendalikan blas, yaitu antara lain : Benomyl 50%, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, Isoprotiolan 40%, trisiklazol 20%, dan lainnya termasuk fungisida Tiflo 80WP mampu menekan perkembangan jamur Pycularia sp. Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum (50-55 HST) dan awal pembungaan (60-65 HST).

Penggunaan sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Sistem legowo yang dikombinasikan dengan cara pengairan berselang (intermiten) mampu mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, sehingga mengurangi terjadinya embun dan air gutasi, sehingga menghindari gesekan antar daun.

Sumber: Sinar tani Edisi 23-29 Mei 2018 No 3752 tahun XLVIII dengan penambahan.
Pencegahan Penyakit Klowor

Pencegahan Penyakit Klowor

Penyakit klowor atau zonk atau kerdil rumput (grassy stunt) yang diakibatkan oleh virus kerdil rumput (RGSV) yang disebarkan oleh wereng coklat (Nilavarpata lugens Stal) kini menjadi momok yang menakutkan bagi para petani.   Kerugian petani yang diakibatkan oleh panyakit ini tidak main-main, bisa-bisa petani gagal panen.

Penyakit ini memang hanya memiliki inang tanaman padi.  Menurut Ling (1972) dalam Made Sudarma (2013) terdapat 15 spesies Oryza sativa sebagai inang virus kerdil rumput ini.  Banyaknya tanaman yang terinfeksi bertambah jika dibiarkan mengisap lebih lama yang akan mencapai maksimum 24 jam.  Tanaman akan menunjukan gejala penyakit 10-20 hari setelah terinfeksi.   Vektor yang bervirus tetap mempertahankan virusnya selama daur hidup, meskipun vektor tidak menularkan virus setiap hari, tetapi biasanya selama 2-3 hari secara terputus-putus.

Virus ada dalam vektor dan dalam tanaman padi.  Nimfa wereng coklat dan yang dewasa memindahkan virus dimana tanaman padi tumbuh di sekitarnya.  Virus kerdil rumput menghasilkan endemi.   Infeksi lebih tinggi dicapai setelah lama periode makan inokulasi mencapai 24 jam.

Pencegahan Penyakit Klowor

Menurut Semangun (1991) dalam Made Sudarma (2013) cara pengendalian kerdil rumput yaitu :

  1. Menanam jenis tanaman tahan wereng, seperti inpari 33
  2. Pola pergiliran tanaman, juga pergiliran tanaman dengan bukan padi yang dilakukan secara serentak
  3. Melakukan sanitasi, membersihkan tanaman yang sakit dan sisa tanaman
  4. Mengendalikan vektor dengan pestisida yang tepat.

Selain 4 hal diatas, hal lain yang dapat dilakukan untuk membasmi penyakit kelowor (kerdil rumput) adalah dengan pengolahan tanah.  Caranya gunakan pupuk organik agar bisa mengambalikan kesuburan tanah.  Hal ini dikarenakan praktek perlakuan terhadap tanah yang tidak baik, seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan yang menjadikan tanah rusak.  Akibatnya tanaman yang ditanam dilahan tersebut menjadi mudah terserang hama dan penyakit.

Pada dasarnya tanah memiliki kemampuan mekanisme self-recovary, karena di dalam tanah terdapat bakteri mikroba yang dapat mengambalikan kesuburan tanah.  Asalkan kita memperlakukan tanah dengan baik, agar mikroba-mikroba dalam tanah tetap terjaga.  Salah satunya dengan memasukan bahan-bahan organik kembali ke dalam tanah.

Tantangannya bagi petani adalah memasukan bahan organik ke dalam tanah (lahan sawah) tersebut, yaitu dengan menggunakan pupuk organik.  Bahan organik bisa didapat dari jerami, pupuk kandang, bahan organik dari sampah organik (sampah dapur, limbah sayuran, buah-buahan, limbah organik lainnya).  Jerami sisa panen sebenarnya salah satu sumber pupuk organik yang mampu menjadi sumber pupuk mikro silika yang mampu menjadikan tanaman padi lebih kuat dan tahan terdahap serangan hama dan penyakit.  Namun sayang, praktek petani selama ini jerami malahan dibakar.  Jika dibakar, yang tersisa hanyalah unsur karbon semata.

Penggunaan Varietas Tahan Wereng dan Agen Hayati

Gunakan varietas tahan wereng yang saat ini dianjurkan oleh pemerintah adalah inpari 33. Sebelum tebar, beberapa hal yang dapat dilakukan seleksi benih dengan perendaman dengan perendaman air garam (dosis 2-3 sendok makan per liter air).  Benih yang mengambang dibuang.

Selama perendaman benih dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed treatment) dengan melumuri benih dengan fungisida Tiflo 80WP dengan dosis 1 sendok makan untuk setiap kilogram benih.  Selama perendalam juga dapat ditambahkan dengan zat pengatur tumbuh seperti giberelin (GA3, Gibrgo).

Tujuan memasukan fungisida Tiflo 80WP adalah untuk pencegahan penyakit yang dibawa oleh benih.  Sedangkan penambahan GA3 untuk memecah dormansi benih agar perkecambahan benih lebih cepat.

Sebelum disebar benih di rendam dengan agen pengendali hayati seperti  Benprima selama 15-20 menit dengan dosis 5 cc per liter air.  Setelah itu benih disebar.

Demikian ulasan cara-cara pengendalian klowor semoga menginspirasi.

Catatan:

Tiflo 80WP: adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram 80%.   Produk ini dipasarkan oleh PT. Rolimex Kimia Nusamas.

Benprima: adalah bakteri penyubur hayati, bakteri perlakuan benih yang mampu memproduksi hormon tanman khususnya auksin (IAA), melarutkan pupuk fospat menjadi “tersedia” atau dapat terserap oleh tanaman.  Benprima adalah produk dari PT. Biotis Agrindo.   Kandungan Benprima adalah Bacillus polymixa 107 cfu/g, Pseudomonas fluorescens 107 cfu/g.

Gibgro : adalah zat pengatur tumbuh dengan kandungan zat giberelin.   Gibgro dipasarkan oleh PT. Nufarm Indonesia.

Pustaka:

Made Sudarma, 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L).  Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013.  ISBN 978-602-262-10-5

 

Pengendalian Kerdil Rumput dengan Tiflo 80WP

Pengendalian Kerdil Rumput dengan Tiflo 80WP

Menyambung posting sebelumnya mengenai cara pengendalian kerdil rumput, bahwa kerdil rumput memiliki gejala-gejala sebagai berikut: tanaman menjadi kerdil, akar pendek dan coklat, jumlah anakan sangat banyak, tumbuhnya tegak, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau pucat atau kekuningan dengan bercak-bercak berwarna cokelat, kadang-kadang muncul gejala belang.  Kerdil rumput ini disebebkan oleh virus yang disebabkan atau ditukarkan oleh wereng cokelat (Nilaparvata lugens) dan dua spesies Nilaparvata lainnya.

Virus ini dapat memperbanyak diri di dalam tubuh vektor, tetapi tidak ditularkan melalu telur. Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput di lapangan tergantung pada beberapa faktor, antara lain serangga vektor, sumber virus, varietas padi dan faktor lingkungan.

Cara Pengendalian Penyakit Kerdil Rumput

Berikut saya ulas sekilas cara pengendalian penyakit kerdil rumput dengan pengintegrasian beberapa cara pengendalian yaitu :

  • Cara penanaman varietas tahan: gunakan varietas tahan wereng sesuai anjuran pemerintah;
  • Penghilangan sumber virus : mencabut dan membenamkan tanaman terinfeksi, sanitasi lingkungan biasanya pematang yang ditumbuhi gulma sebagai inang virus;
  • Pengendalian biologi : penggunaan musuh alami wereng seperti laba-lama, kepik;
  • Penyemprotan pestisida : pestisida dengan bahan aktif buprofezin (untuk pengendalian populasi generasi 1 atau 2), pestisida golongan fipronil dan imidakloprid untuk pengendalian populasi generasi 1, 2, 3, dan 4.
  • Cara bercocok tanam : lakukan pergiliran pola tanam (padi – palawija), pengeringan sawah dapat menekan perkembangan nimfa wereng, pengurangan pemberian pupuk urea.

Fungisida Tiflo 80 untuk Pengobatan Kerdil Rumput

Efek dari penyakit kerdil rumput pada padi akar pendek dan berwarna coklat (pada tanaman padi yang sehat akar berwarna putih).  Kondisi akar seperti ini tidak sehat dan tidak sanggup menyerap air dan makanan. Meskipun diberikan pupuk akan sia-sia karena akar yang diberikan tidak bisa diserap oleh tanaman.

Karena penyakit ini diakibatkan oleh virus, maka sampai saat ini belum ada obatnya. Namun demikian apabila tanaman padi yang sudah terserang kita biarkan saja tanpa usaha? Tentu saja tidak kan?  Saya akan share salah satu usaha pengobatan atau pengendalian awal penyakit kerdil rumput dengan menggunakan fungisida Tiflo 80WP.

Kok bisa fungisida digunakan pengobatan atau pengendalian penyakit kerdil rumput? Maka saya akan ulas sedikit menengani karakteristik dari fungisida Tiflo 80WP, seperti pada sheet dari Pesticide Manual berikut:

Thiram 80WP

Cara Aplikasinya Tiflo 80WP untuk Penyakit Kerdil Rumput

Tiflo 80WP adalah fungisida kontak dengan bahan aktif thiram 80%.  Bahan aktif thiram ini secara teknikal memiliki karakter yang mampu mengendalikan penyakit yang terbawa atau terdapat dalam tanah (soil borne), seperti Phytium sp, Fusarium, Rhizoctonia dan Sclerotinia spp.  Sehingga Tiflo 80WP dapat langsung diaplikasikan ke tanah (soil treatment).

Tiflo 80WP ini formulasinya dalam bentuk tepung.  Agar mudah dalam aplikasinya maka Tiflo dapat dicampurkan dengan pupuk Urea atau NPK pada saat pemupukan pertama (sekitar 15 HST).  Dengan aplikasi Tiflo + Urea lebih awal diharapkan pengendalian penyakit kerdil rumput dapat dicegah lebih awal.

Komposisi dosisnya untuk 1 ha sawah adalah 900 gr – 1,3 kg yang dicampurkan dengan urea. Karena kemasan terbesar Tiflo hanya 900 gram, maka minimal 1 bungkus 900 gr Tiflo dicampurkan dengan pupuk urea 1 kwintal.  Pastikan Tiflo yang dicampur dengan urea tercampur dengan sempurna.  Taburkan campuran Tiflo + pupuk ke areal pertanaman padi.

Dengan mengaplikasikan Tiflo + Pupuk maka membunuh penyakit (saprophyte dan cendawan) yang ada di sekitar akar dan akan membuka pori-pori akar yang tertutup oleh saprophyte dan jamur pada akar. Akan menambah tenaga akar untuk menyerap pupuk dan nutrisi yang diberikan tanpa adanya halangan. Akar tanaman akan menjadi bersih dan sehat.  Akar yang sehar akan menambah tenaga dalam menyerap makanan yang ada di sekitarnya. Perakaran jadi kuat sehingga dapat meningkatkan hasil.

Efek dari pemberian Tiflo pada saat pemupukan antara lain :

  1. Menekan terjadi kerdil rumput pada padi lebih awal.
  2. Terhindar dari penyakit yang berada dalam tanah seperti Phytium sp, Fusarium, Rhizoctonia dan Sclerotinia spp.
  3. Akar tanaman akan lebih panjang dan anakan akan lebih banyak
  4. Daun akan menjadi lebih hijau, lebih panjang , lebih lebar serta kemampuan fotosintesis semakin meningkat
  5. Hasil panen akan lebih meningkat, dan keuntungan semakin meningkat

Dengan pemberian Tiflo + Pupuk maka akan membuat tanaman padi menjadi terbebas dari penyakit, sehat, kuat, dan hasil meningkat.

Catatan Tambahan
Bakteri saprofit adalah bakteri yang hidup dari ketersediaan bahan organik mahluk hidup lain yang tersedia di lingkungan.  Bakteri ini memperoleh makanannya berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati, sampah, kotoran, dan bangkai. Contoh bakteri saprofit adalah Thiobacillus denitrificans, Clostridium sporageus, Escherichia coli, Lactobacillus bulgaricus, dan Methanobacterium ruminatum.

Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.

Begini Cara Perlakuan Benih Padi

Begini Cara Perlakuan Benih Padi

Benih yang disimpan oleh petani mungkin terinfeksi mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada bibit dan tanaman.  Hal ini dapat mempengaruhi perkecambahan benih dan dapat ditularkan dari benih ke bibit untuk tanaman.

Perlakuan benih dapat mengendalikan penyakit yang terdapat pada benih (seed borne disease), cendawan pada tanah (soilborne disease), dan penyakit yang disebarkan melalui udara (airbone diseases).  Dengan perlakuan benih dapat meningkatkan daya perkecambahan, ketahanan terhadap penyakit dan produktivitas benih.

Metode Perlakuan Benih

Perlakuan benih dilakukan untuk beberapa tujuan berikut:

Pengendalian Benih Dorman (Seed dormancy)

Setiap varietas memiliki masa dormansi yannng menjadikan tingkat perkecambahan rendah. Beberapa perawatan dapat digunakan untuk memecahkan dormansi dan meningkatkan pertumbuhan benih.

  1. Mengekspos bibit suhu tinggi (40-42 ° C) selama 1-2 hari sebelum disemai.
  2. Seed priming – Benih direndam selama 4-8 jam dan dikeringkan sebelum menabur. Benih harus ditabur dalam waktu 1-2 hari setelah priming.
  3. Pre-germination – Benih direndam benih dalam air selama 12-24 jam atau sampai tunas kecil muncul di ujung benih.  Dalam cuaca dingin, benih mungkin perlu direndam selama 36-48 jam. Tiriskan dan keringkan benih dalam selama 24 jam di daerah yang teduh di mana udara dapat beredar di sekitar.  Jika suhu tas melebihi 42 ° C, beberapa biji akan rusak.  Menaburkan benih sebelum akar melebihi panjang 5 mm.

Penggunaan Inokulan Azospirillum

Azospirillum sp adalah bakteri yang hidup bebas di dalam tanah disekitar akar dan permukaan akar tanaman dan mempu menyediakan unsur N dan P bagi pertumbuhan tanaman.  Ini adalah untuk fiksasi N oleh benih padi.   Gunakan inokulan Azospirillum sp., biasanya dalam formulasi tepung (powder) dengan dosis 1 g per kg benih dan bercampur dengan benih sebelum disemai.

Contoh produk ini adalah Benprima.   BENPRIMA adalah bakteri penyubur hayati, bakteri perlakuan benih yang mampu memproduksi hormon tanman khususnya auksin (IAA), melarutkan pupuk fospat menjadi “tersedia” atau dapat terserap oleh tanaman. BENPRIMA adalah produk dari PT. Biotis Agrindo.   Kandungan Benprima adalah Bacillus polymixa 107 cfu/g, Pseudomonas fluorescens 107 cfu/g.

Penggunaan Fungisida pada Benih

Perlakuan benih dengan fungisida Tiflo 80WP.  Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram 80%.  IRRI (International Rice Research International) merekomendasikan penggunan fungisida dengan bahan aktif Thiram sebagai fungisida untuk perlakuan benih.

Table: Rice Seed Treatment Fungicides

No

% Active Ingredient(s)Rate

Additional Information

 1Thiram 42%1.5 fl oz/buFor seed decay, damping off, and seedling blights
 2Carboxin 10% +
Thiram 10%
5 to 6.8 fl. oz. per 100 lbs. of seed.For control of various seed and seedling diseases. The higher rate is recommended for control of Helminthosporium oryzae. Ready to use seed treatment which may be applied as a commercial seed treatment or as a pour-on hopper box application.
 3Carboxin 5.7% + Thiram 5.7%9 to 12 fl. oz. per 100 lbs. of seed.To control various seed and seedling diseases, especially effective against Rhizoctonia solani and Helminthosporium oryzae. The higher rate is recommended for control or Helminthosporium oryzae. Apply as a pour-on treatment or by machine.

Last Updated on Monday, 24 September 2012 15:09

Sumber : http://www.knowledgebank.irri.org

Penggunaan Tiflo 80WP sebagai seed treatment bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman benih atau dengan mencampur langsung dengan benih sebelum disebarkan dipersemaian.

Baca juga : Fungisida TIFLO Untuk Perlakuan Benih (Seed Treatment)

Cara perendaman : Larutkan 1-3 g Tiflo 80WP untuk per kg benih dalam 5 lilter air dalam bak perendaman benih.  Masukan benih ke dalam bak perendaman, dan biarkan terendam selama 12-24 jam.  Setelah keluar tunas kecil, benih diangkat dimasukan ke dalam karung dan ditiriskan selama 24 jam.  Benih disimpan dalam suhu ruangan, untuk menjaga kelembaban benih bisa dilakukan penyiraman.  Jika tunas sudah cukup panjang (5 mm), benih bisa disebar di persemaian.

Cara mencapur langsung : Benih direndam dalam bak rendaman selama 12-24 jam, kemudian diangkat.  Siapkan bubur Tiflo 80 WP dengan membuat memasukan 1-3 g Tiflo 80WP dalam 5 ml air untuk setiap kilogram benih.  Kemudian diaduk, sehingga menjadi bubur atau pasta.  Pasta dioleskan pada bagian dalam bak pencampur dan masukan benih yang sudah selesai direndam.  Bak pencampur dikocok-kocok sampai benih tercampur atau terlapisi dengan sempurna oleh bubur Tiflo.

Tiflo _ Seed treatment2

Kunjungi juga link berikut : How to treat seeds

Begini Cara Pengendalian Phytophtora pada Cabai

Begini Cara Pengendalian Phytophtora pada Cabai

Sejak akhir tahun 2016 sampai memasuki bulan kedua Februari 2017, bisnis cabai dirasakan semakin “pedas”, terutama untuk cabai rawit. Harga yang diterima konsumen berkisar 70.000 – 150.000 per kg.

Meski ditingkat petani tidak terlalu banyak lonjakan, tetapi musim hujan yang intensitasnya tinggi mengakibatkan banyak kerusakan pada tanaman cabai. Budidaya cabai dimusim hujan cukup rewel, produktivitas menurun, tetapi biaya produksi tinggi. Mestinya banyak keuntungan yang diterima petani cabai saat ini tinggi, namun akibat serangan penyakit seperti patek, busuk buah mengakibatkan penunurunan hasil panen.

Penyakit umum yang menyerang tanaman cabai adalah busuk buah (Phytophtora infestans), dan patek atau antraknos (Colletortricum capsici).  Bagaimana cara pengendalian kimiawinya?

Pengendalian Busuk Buah Cabai

Busuk buah biasanya akan menyerang tanaman cabe yang masih muda, tua dan sudah hampir matang sempurna.  Penyebab busuk buah adalah faktor cuaca dan lingkungan sekitar tanaman yang lembab akibat dari curah hujan yang tinggi atau drainase yang buruk.

Banyak merek fungisida dipasaran yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit ini. Namun saking banyaknya terkadang cukup pusing memilihnya. Prinsip dasar pengendalian penyakit ini adalah protektif atau pencegahan.

Sebelum ada serangan gunakan fungisida non-sistemik protektif dari golongan Thiram, Ziram, Mankozeb, Maneb, Zineb, Propinep, dst.

Jika menginginkan pengendalian yang lebih kuat, gunakan fungisida-fungisida tersebut yang sudah dikombinasikan dengan fungisida sistemik yg kuat untuk Phytophthora seperti dari golongan Benalaksil, Kiralaksil, Metalaksil, Mefenoksam, Oksadiksil, Ofurace, Simoksanil, dsb.

Atau juga yang sudah dikombinasikan dengan fungisida dari kelompok strobilurin seperti Azoksistrobin, dsb.

Jika menggunakan fungisida tunggal, maka aplikasinya bisa berselang-seling dengan pola kontak (K) dan sistemik (S). Mulai sejak awal gunakan yg gabungan K + S, seterusnya K-K-K-S dan seterusnya. Intervalnya tergantung situasi cuaca setempat.

Ziflo 90WP untuk Busuk Buah pada Cabai

Ziflo 90WP dengan bahan aktif ziram 90% plus Zn++ (seng).  Ziram adalah bahan fungisida dari golongan EBDC yang mampu memberikan perlindungan terhadap busuk buah pada cabai. Sedangkan Zn yang terkandung dalam ziram mampu memberikan reaksi biokimia dan menstimulasi terbentuknya hormon yang penting.

Dosis yang digunakan:  Ziflo 90WP dengan dosis 3 sendok makan sebanyak 2x seminggu.

Selain Ziflo 90WP bisa juga digunakan Tiflo 80WP (Thiram 80%).

Campuran yang dapat digunakan adalah fungisida dengan bahan aktif simoksanil.  Atau produk yang sudah tersedia dipasaran tanpa harus mencampurnya contohnya Curzate (Mankozeb + Simoksanil).

Semoga mambantu.

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Ada empat jenis wereng pada tanaman padi, yaitu jenis wereng batang (plan hopper) yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera) dan jenis wereng daun (leaf hopper) yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).

Yang sering menimbulkan masalah adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat bisa menyebabkan padi mati kekeringan dan seperti terbakar (hopper burn) atau puso. Sedangkan wereng hijau kerusakan tidak terlalu nyata tetapi dapat menyebarkan virus tungro.

Bioekologi Wereng Batang Coklat

Wereng batang coklat (WBC, Nilaparvata lugens) dapat berkembang biak dengan cepat dan mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru. WBC menjadi parasit pada padi dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan pertumbuhannya terganggu bahkan mati.

Wereng menyerang tanaman padai mulai dari stadia persemaian hingga fase matang susu. Mekanisme kerusakan dengan cara menghisap cairan tanaman pada system vascular (pembuluh tanaman). Tanaman padi yang terserang wereng menunjukkan gejala kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada seragan parah tanaman padi menjadi kering dan mati.

Siklus hidupnya antara 3-4 minggu (21-33 hari), yang dimulai dari telur (7-10 hari), nimfa (8-17 hari) dan imago/dewasa (18-33 hari). Wereng betina bertelur hingga 500 butir.  Telur diletakan pada urat daun yang utama. Saat nimfa dan imago inilah WBC menghisap cairan batang padi.

Dalam satu rumpun padi bisa terbentuk 4-5 generasi. Saat populasi makin tinggi sebagian populasi akan membentuk sayap agar dapat berpindah ke area lain.

Ambang pengendalian hama ini adalah 5-10 ekor per rumpun. WBC mengeluarkan kotoran embun madu yang biasanya akan ditumbuhi cendawan jelaga hingga daun padi berwarna hitam. Banyaknya kotoran putih bekas pergantian kulit nimfa dapat dijadikan indikator populasi wereng yang tinggi.

Pengendalian WBC Secara Kimia

Dengan mengetahui siklus hidup WBC kita dapat menentukan waktu terbaik, kapan sebaiknya pengendalian kimia dilakukan. Jenis insektisida dengan bahan aktif apa yang efektif untuk setiap stadia WBC.

Pengendalian dengan pestisida akan sangat efektif jika dilakukan pada populasi wereng sudah diatas ambang ekonomi.  Ambang ekonominya adalah 5 ekor wereng per rumpun untuk tanaman padi kurang dari 40 HST atau 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 HST.

Bahan aktif insektisida yang tersedia dipasar adalah abamectin, bisultap, buprofezin, BPMC, dimehypo, imidaklopid, karbofuran, pimetrozin, fipronil, MICP, bisultap, tiametoksam, etopenfroks, dll.

Namun saya akan membahas beberapa bahan aktif yang paling umum ditemukan di pasaran yaitu :

Insektisida kontak
1. Abamektin
Abamektin termasuk insektisida dan akarisida, sangat efektif untuk mengendalikan tungau pengganggu dan hama thrips spp serta plutella spp.  Abamektin merupakan racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf dengan menstimulasi gama amino asam butirat (GABA). Abamektin mememiliki efek translaminar yang kuat.
Insektisida ini relatif bersahabat dengan lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia oleh mikro organism dalam tanah, dan tidak bersifat bioakumulatif.  Dalam prakteknya efek negative abamektin terhadap serangga berguna sangat kecil.
Contoh : Banyak 🙂

2. BPMC
Buthylphenylmethyl carbamate atau BPMC merupakan insektisida non-sistemik dengan kerja sebagai racun kontak. Efektif untuk mengendalikan wereng, thips, dan hama bubuk.
Contoh : BAYCARB 500 EC

3. Buprofezin
Merupakan insektisida dan akarisida non sistemik yang bekerja secara chitin synthesis inhibitor (penghambat sintesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga sehingga akhirnya menimbulkan kematian.
Serangga yang terkena bufropezin akan menghasilkan telur yang steril. Insektisida ini efektif untuk pengendalian hama terpadu (PHT). Buprofezin bersifat non-karsinogenik (tidak menimbulkan bahaya kanker) dan non-teratogenik.
Contoh: APPLAUD 100 EC, dll

4. Fipronil
Merupakan racun syaraf yang bekerja dengan cara memblokir saluran klorida yang diregulasi oleh GABA. Hama yang sudah resisten terhadap piretroid, siklodein, organofosfat, dan karbamat bisa dipecahkan oleh senyawa ini.
Firpronil bersifat racun kontak dan racun perut dan digolongkan ke dalam racun non-sistemik meskipun memilili sifat sistemik yang dapat diaplikasikan lewat tanah.
Contoh : Regent 50SC, dll

Insektisida sistemik

5. Imidakloprid
Imidakloprid termasuk insektida sistemik dan translaminar yang bekerja secara racun kontak dan perut, diabsorpsi oleh daun dan akar serta ditransportasikan secara akropeta. Insektisida ini selain efektif untuk wereng juga efektif untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap lain seperti aphids, thips dan kutu kebul.
Contoh : CONFIDOR 200 SL

6. Karbofuran
Kabofuran merupakan insektisida sistemik yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Umumnya diformulasi dalam bentuk butiran dan aplikasinya lewat tanah untuk mengendalikan banyak jenis serangga dan nematode.
Contoh : Furadan 3G, dll

7. Dimehypo
Dimehypo merupakan insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan racun perut. Selain untuk mengendalikan wereng juga mampu mengendalikan hama penggerek batang padi.
Contoh : SPONTAN 400 SL, dll

8. Pimetrozin
Sebagai insektisida relative baru (dikenalkan tahun 1992-1993) cara kerjanya bekerja secara sistemik dan menghambat aktivitas makan sehingga berhenti makan dan 1 – 4 hari akan mati kelaparan. Namun insektisida iniefektif untuk mengendalikan wereng, aphids dan whitefly (kutu kebul).
Contoh: Plenum 50WG

Insektisida untuk Wereng yang Bagus?

Semua insektisida yang ada dipasaran semua bagus 🙂  semua pilihan diserahkan kepada petani sebagai pengguna langsung.

Dengan mengetahui cara kerja insektisida untuk mengendalikan wereng diatas, maka kita dapat menentukan produk apa yang paling tepat sesuai dengan kondisi serangan wereng.

Untuk mengendalikan wereng pada tingkat populasi masih dibawah ambang ekonomi, saya menyarankan mulai dengan penyemprotan tunggal insektisida bahan aktif BPMC yang bersifat kontak) atau Dimehypo yang bersifat sistemik. Bisa juga langsung campur secara bersamaan.

Atau pada tahap awal jika diketemukan adanya telur-telur wereng pada daun dapat diaplikasikan buprofezin + dimehypo. Hal ini untuk mengendalikan telur wereng supaya tidak menentas (efek buprofezin) dan melindungi padi dari serangan wereng (efek sistemik dimehypo).

Karena wereng hidup dibagian bawah pangkal batang, dan untuk tamanan padi yang sudah berumur 40 HST biasanya penyemprot (aplikator) hanya menyemprot dibagian atas tanaman maka penggunaan insektisida yang bersifat translaminar juga sangat dianjurkan, seperti bahan aktif imidakloprid atau abamektin.

Penggunaan insektisida pengendali wereng sebenarnya tidak harus dengan insektisida dengan harga yang mahal, asal kita tahu cara kerja bahan aktifnya dan memahami siklus hidup wereng. Penggunaan insektisida yang “murah” sudah mampu menahan kerugian terhadap wereng. Namun kebanyakan petani menginginkan yang cespleng, sekali semprot wereng langsung hilang.

Tentu saja faktor yang terpenting dalam pengendalian WBC adalah pengamatan rutin pada rumpun-rumpun bawah batang tamanan padi.  Karena hama WBC hidup pada pangkal batang padi.

Akan lebih baik lagi jika pengendalian wereng dimulai dengan cara memproteksi lebih awal tanaman padi dengan cara penggunaan pupuk atau nutrisi silika. Karena silika dari hasil penelitian mampu menahan serangan wereng dan penggerek batang selain juga mampu meningkatkan hasil panen 5%-20%.

Apa itu silika tenaz silahkan baca Silika Hara Penting Tanaman Padi, Gunakan Silika Cair Tenaz disini

Catatan:
– Translaminar = sistemik lokal; memiliki daya penetrasi dalam jaringan tanaman; diserap jaringan tanaman (daun) tetapi sedikit ditransportasikan ke bagian lain tanaman.

Sumber: Panut, D. 2008. Panduan Lengkap Pestisida & Aplikasinya. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Begini Cara Pencampuran Pestisida

Begini Cara Pencampuran Pestisida

Pada umumnya petani melakukan pencampuran lebih dari 2 macam pestisida. Tujuan mencampur pestisida adalah untuk menghemat tenaga sewaktu menyemprotkannya pada tanaman. Yang dimaksud mencampur adalah melarutkan dua macam atau lebih pestisida ke dalam air secara bersamaan. Baik langsung maupun tidak langsung ke dalam tangki semprot. Selain menghemat tenaga, cara itu juga menghemat air, terkadang menghemat biaya (meski tidak selalu).

Petani cabai merah dan bawang merah di Kabupaten Brebes terbiasa mencampur sampai 8 macam pestisida untuk mengendalikan OPT pada pertanamannya. Praktik ini kurang tepat karena pencampuran yang dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan efek antogonistik (saling mengalahkan) atau netral, akibatnya efikasi pestisida tersebut menurun.

Pencampuran pestisida dengan pupuk daun juga tidak dibenarkan karena akan mengakibatkan efikasi pestisida tersebut menurun. Hal ini disebabkan sifat umum pestisida adalah asam sedangkan sifat umum pupuk daun adalah basa. Jika kedua formulasi tersebut dicampurkan akan menimbulkan efek netral, sehingga efikasi pestisida menurun dan pupuk daun tidak bermanfaat.

Selain itu waktu penyemprotan pestisida dan pupuk daun berbeda. Waktu aplikasi pestisida harus dilakukan pada sore hari karena 2 jam setelah aplikasi suhu dan kelembaban udara harus stabil atau turun. Sedangkan aplikasi pupuk daun harus dilakukan pada siang hari sekitar pukul 09.00-10.00. Hal ini disebabkan pada saat itu stomata atau mulut daun terbuka, sehingga larutan pupuk daun dapat diserap oleh tanaman.

Pencampuran pestisida yang formulasinya berbentuk WP tidak boleh dicampur dengan formulasi EC. Pencampuran kedua bahan tersebut akan menimbulkan endapan sehingga efikasi pestisida akan menurun dan akan menyumbat lubang spuyer/nozzle.

Prinsip mencampur pestisida

1.  Jangan mencampur pestisida yang segolongan. Selain boros mencampur pestisida segolongan beresiko terjadinya reaksi. Cukup mudah untuk menyimpulkan apakah pestisida yang dicampur saling bereaksi satu sama lain atau tidak, yaitu dengan mengamati dengan seksama apakah pencampuran terjadi secara merata dan tidak, serta apakah menghasilkan endapan atau gumpalan.

Jika terjadi endapan atau gumpalan maka sebaiknya kedua pestisida tidak perlu di campur (digunakan bergantian saja) karena jika dilakukan penyemprotan akan menjadi tidak merata.

2.  Jangan mencampur pestisida yang cara kerjanya sama. Yang tepat adalah mencampur pestisida kontak dengan sistemik. Walau pestisida yang digunakan sasaran target sama asalkan cara kerjanya beda. Cara kerja kontak atau sistemik pestisida pada umumnya dicantumkan pada setiap kemasan.

3.  Melarutkan pestisida yang paling sulit larut terlebih dahulu.  Urutannya adalah mulai dari yang bentuk butiran (misal G, WG), bubuk (misal WP, SP, SD) kemudian larutan (misal EC, SL).

Selamat mencampur.

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Penggunaan Tiflo dan Tenaz pada tanaman padi

Fungisida Tiflo 80WP yang berbahan aktif thiram 80% adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan penyakit bercak coklat, patah leher, dan juga kresek.

Tenaz adalah nutrisi tanaman dengan kandungan utama silika atau silikat (SiO2) dan tambahan nutrisi mikro majemuk. Penggunaan silika pada tanaman padi menjadikan tanaman padi lebih keras (tegak) dan hasil bulir padi yang bernas. Tenaz juga mampu menahan serangan hama dan penyakit padi.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan fungisida Tiflo 80 WP dan silika Tenaz juga mampu meningkatkan hasil panen sebesar 20%.

Tata cara penggunaan aplikasi Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP

Testimoni Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80 WP

Testimoni pengguna produk Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP oleh petani modern Bapak Haji Karyadi dari Kp Babawangan, Desa Lemah Mukti, Lemah Abang Wadas, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Tiflo dan Tenaz diaplikasikan pada musim kedua (2016) dan mendapat tanggapan yang memuaskan dari hasil aplikasi produk tersebut.

Silika Tenaz adalah nutrisi cair dengan kandungan silika (SiO2) dan Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif thiram 80% adalah produk dari Taminco-Eastman dan di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Fungisida Thionic 76 WG Menjadikan Buah Apel Lebih Mulus

Fungisida Thionic 76 WG Menjadikan Buah Apel Lebih Mulus

Kecamatan Tutur (2 km dari nongkojajar), di kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah sentra penghasil apel di Jawa Timur. Di wilayah ini luasan apel kurang lebih 12.000 ha, dengan varian yang ditanam petani apel antara lain jenis manalagi, rome beauty, ana, dan wangly.

Menurut Pak Nono, salah seorang petani apel di daerah desa Kayukebek, Kecamatan Tutur sudah 4 musim petani apel didaerahnya mengalami kerugian terus-menerus. Selain karena akibat cuaca atau iklim juga serangan hama dan penyakit. Akibatnya banyak tanaman Apel yang kurang terawat dan produksi kurang maksimal, terutama petani yang permodalannya pas-pasan.

Permasalahan utama saat ini banyak bunga apel yang rontok, sebelum menghasilkan buah. Daun tanaman apel banyak terserang penyakit. Jikapun berhasil menjadi buah, buahnya kecil dan kualitasnya kurang bagus. Akhirnya harga jualnya rendah.

Penyakit Penting pada Tanaman Apel

1. Penyakit Embun Tepung atau Powdery Mildew (Podosphaera leucoticha)
Penyakit ini memiliki gejala ketika apel muda warnanya berubah jadi coklat dan ketika tumbuh besar warna coklat seperti pada sawo.

2. Penyakit Bercak Daun (Marssonina coronaria)
Penyakit ini mulai menyerang ketika umur daun 4-5 mingguan setelah pemotongan daun dan ranting yang kurang produktif atau jelek. Gejala awalnya ditandai dengan timbulnya bercak putih tak beraturan yang kemudian berubah menjadi warna coklat. Permukaan atas mulai mucul bintik hitam. Serangan dimulai pada daun muda kemudian merembet pada daun tua dan akhirnya daun berguguran.

3. Penyakit Jamur Upas (Cortisium salmonicolor)
Penyakit terdiri dari 4 stadium. Stadium pertama jamur mulai membentuk miselium yang terlihat seperti jaring laba-laba, pada tahap ini belum menyerang jaringan. Stadium 2 miselium ini mulai menyerang jaringan. Stadium 3 jamur mulai terbentuk kerak warna kemerah-jambu. Artinya jamur sudah menginfeksi cukup parah. Stadium 4 atau stadium akhir ditandai dengan adanya bulatan kecil warna merah dan pinggirannya buah yang busuk.

4. Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Penyakit ini akan menyerang ketika buah apel sudah dipanen. Bisa terjadi di gudang maupun di kebun. gejala yang ditimbulkan adalah bintik warna coklat di buah dan akhirnya mulai melebar. Akhirnya buah bisa membusuk.

5. Penyakit Busuk Buah (Gloeosporium Sp.)
Serangan yang terjadi biasanya ketika buah ada dikebun atau gudang. Pada fase awal akan timbul bercak kecil warna hijau bentuknya bulatan. Lalu bercak ini berubah warna menjadi coklat dan rimbul bintik hitam dan mengakibatkan buah berubah warna jadi kuning atau oranye.

6. Penyakit Busuk Akar (Armilliaria Melea)
Penyakit yang menyerang akar pohon apel. Gejala yang ditimbulkan adalah tanaman jadi kering, daun mulai layu berguguran, dan akhirnya akar pun jadi busuk

Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Apel

a. Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian mekanis diarahkan dengan membuat sanitasi lingkungan sekitar tanamana dengan cara membersihkan rumput-rumput (gulma) sekitar tanaman. Karena gulma bisa menjadi inang (tempat tinggal) hama dan penyakit juga persaingan unsur hara. Memusnahkan buah-buah yang jatuh karena busuk dengan cara mengumpulkan dan menguburkannya.

Pengaturan jarak tanam agar tidak terlalu rapat, membuang bagian batang dan daun yang terinfeksi dan mencabut tanaman yang mati dengan segera mengganti dengan tanaman baru yang sehat.

b. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dengan cara menggunakan fungisida yang disesuaikan dengan target/sasaran penyakit yang akan dikendalikan. Beberapa merek fungisida yang beredar di pasaran untuk pengendalian embun tepung (Podosphaera leucoticha), Bercak Daun (Marssonina coronaria) adalah NATIVO 75 WG, FUJIWAN 400 EC, NYEKOR 250 EC, ADRIFT 125 EC, INGROFOL 50 WP, RINGO 200 SC, VENTRA 75 WP, TOPSIN M 70 WP, TOPSIN 500 SC, ANVIL 50 SC, CABRIOTOP 60 WG, SULTRICOB 93 WP, ANTRACOL 70 WP, FOLICUR 430 SC, TRIVIA 73 WP, STARPLUS 70 WP, BENLOX 50 WP, METAZEB 80 WP, ALTO 100 SL, NIMROD 250 EC, RUBIGAN 120 EC, SCORE 250 EC, dan fungisida yang baru-baru ini dilaunching di pasaran yaitu fungisida THIONIC 76WG.

Fungisida THIONIC 76WG untuk Hasil Panen Apel yang Lebih Baik

Fungisida THIONIC 76WG, adalah fungisida kontak dan protektif yang berbahan aktif Ziram 76%. Fungisida ini di formulasikan dengan teknologi lebih advance dengan bentuk butiran yang sangat halus (WG, wettable granule). Meskipun formulasinya berbentuk butiran, namun jika dilarutkan dalam air akan segera larut tanpa pengadukan sama sekali. Video bentuk formulasi fungisida Thionic 76 WG seperti berikut :

Berdasarkan hasil demo produk di daerah Kebonkebek, Tutur, Pasuruan, Jawa Timur, Thionic 76WG tidak hanya memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit penting pada apel juga memberikan nilai tambah berupa pengendalian lumut pada batang dan ranting tanaman apel.

Dosis Thionic 76WG yang digunakan adalah 1 gr/liter atau 200 gram/drum (200 liter). Aplikasi terbaik Thionic 76WG adalah setelah terbentuknya buah (fruit setting) sampai dengan pembesaran (fruit development) yang diaplikasikan secara rutin setiao 7-10 hari sekali.

5 Keunggulan Aplikasi Thionic 76 WG

Keunggulan hasil aplikasi fungisida Thionic 76WG pada tanaman apel adalah :
1. Daun lebih hijau-biru, tebal, lebar dan lapisan kulir daun halus
2. Buah sehat, kulit lebih halus, dan terlihat cerah
3. Batang Bebas Lumut
4. Daun bebas dari serangan penyakit
5. Tumbuhnya banyak daun lancur yang sehat

Foto-foto hasil demo

thionic76wg_buah thionic76wg_daun-lancur thionic76wg_daun thionic76wg_lumut thionic76wg_penyakut

Fungisida Thionic 76WG adalah produk dari Taminco-Eastman, Belgia yang di Indonesia dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo. Produk ini baru saja diluncurkan dan khusus untuk tanaman buah-buahan seperti Mangga, Jeruk, dan Apel. Dosis rekomendasi sesauai dengan label adalah 2 gram/liter, namun dengan menggunakan dosis setengahnya saja, sudah memberikan hasil yang siginifikan. Jika memerlukan fungisida Thionic 76WG bisa kontak penulis disini.