Manfaat Pupuk Silika Dalam Menaikan Panen Tanaman Padi

Manfaat Pupuk Silika Dalam Menaikan Panen Tanaman Padi

Manfaat unsur silikon (Si) dalam pertumbuhan tanaman belum banyak diperhatikan, baik oleh para ahli, pemerintah, maupun petani. Tanpa Si, tanaman masih bisa tumbuh. Tapi sebenarnya fungsi hara yang biasanya tersedia dalam bentuk Si02 (silika) ini penting bagi tanaman suku Gramineae, terutama padi dan tebu.

Menurut Dr. Husnain, M.P., M.Sc. (Kepala Balai Penelitian Tanah, Bogor),  silika berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman, memperkokoh pertumbuhan tanaman sehingga tumbuh tegak dan dapat menangkap sinar matahari untuk proses fotosintesis yang optimal. Di samping itu, Si juga memperkuat ketahanan batang dan daun terhadap serangan ha­ma penyakit dan sebagai penyeimbang unsur hara lain, seperti fosfat dan trace element yang menjadi racun. Si pun berperan dalam mengefisienkan penggunaan air bagi tanaman.

Pupuk Silika Untuk Pupuk Daun Tanaman Padi

Pupuk Silika Cair

Tanaman padi kalau diberi silika, tumbuhnya tegak, tidak gampang rebah. Tumbuhnya bagus, uptake (menyerap) sinar matahari dan penyakit yang menyerang akan berkurang sehingga risikonya lebih rendah daripada yang tidak punya sillka.

Kandungan kritis Si pada padi adalah 7,5%. Di bawah nilai tersebut tanaman sangat rentan terhadap serangan OPT (organisme pengganggu tumbuhan) dan penurunan kualitas gabah.

Kebutuhan Si pada padi sebanyak 300-500 kg/ha dalam bentuk Si02 tersedia atau siap serap. Dosis ini tanpa jerami dan diaplikasikan setahun sekali. Namun kalau jerami dikembalikan ke lahan setelah dikomposkan terlebih dulu, dosis Si bisa dikurangi sepertiga sampai separuhnya.

Lahan yang ditanami padi secara intensif hingga tiga kali setahun dan jeraminya tidak dikembalikan ke lahan, seperti di Karawang, Jabar, perlu aplikasi silika. Pun di tanah ­tanah masam yang ber­ pH kurang dari 6,5 seperti di Serang, Banten, unsur Si­nya banyak tercuci sehingga jumlahnya tidak mencukupi. Demikian pula tanah ­tanah tua sejenis Ultisol,Oksisol, dan Alluvial yang mengarah ke pantai miskin Si, jadi perlu ditambahkan.

Silika bisa diaplikasikan dalam bentuk cair melalui daun dan bentuk serbuk lewat tanah. Si diserap tanaman dalam bentuk H2Si04. Perbedaannya, silika lewat daun tidak berfunqsi seperti yang di tanah. Sementara Si yang melalui tanah, sebelum bekerja di tanaman, bereaksi dulu memperbaiki struktur tanah, melepas hara P yang semula terikat sehingga bisa diserap akar tanaman.

Mengapa bisa begitu? Si menggantikan P yang terikat oleh Al, Fe, Mn karena ion-nya lebih kuat. Al yang terlalu banyak da­ lam tanah bikin pH rendah dan bisa meracuni tanaman.

Setelah dua minggu aplikasi Si, perkembangan akar lebih bagus, lebih panjang, akar serabut lebih banyak. Efek ini mem­ buat akar mengambil unsur hara jauh Iebih efektif. Di dalam tanaman Si mem­ bantu translokasi unsur hara merata ke seluruh bagian tanaman. Akibatnya pertumbuhan anaman lebih seragam. Pengisian bulir juga lebih banyak.

Tanaman padi yang diaplikasi Si dari daun dan tanah, daun dan batangnya terlindungi seperti dilaminating. Wajar bila ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, terutama bias lebih tinggi.

Yoyo Suparyo, petani senior di Pamanukan, Subang, membuktikan manfaat tersebut pada tanaman padinya musim tanam yang lalu. “Daya tahannya lebih kuat ter­hadap bias dan wereng meskipun saya juga tetap menggunakan insektisida anti­ wereng.  Yang jelas, maintenance-nya jadi lebih rinqan.

Pengalaman Yoyo tersebut diperkuat hasil uji coba Uut di lapangan.”Khusus untuk ketahanan terhadap bias sudah valid, banyak risetnya. Di Lampung juga saya coba dua musim, blasnya berkurang 50%. Pada percobaan sengaja kita nggak kasih pestisida.

Pupuk Silika Cair Tenaz

Pupuk cair Tenaz merupakan pupuk yang mengandung silica. Pupuk silika Tenaz dapat diaplikasikan pada tanaman padi dan tanaman lainnya sebagai pemicu sistem kekebalan tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman. Silika dalam bentuk larutan ini akan mempercepat pertumbuhan, memperkuat jaringan tanaman, mengoptimalkan pengisian pembuahan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil panen.

Pupuk Silika Cair TenazPenggunaan pupuk silika cair Tenaz merupakan upaya meningkatkan poduksi padi dengan penggunaan pemupukan Siilik dimana usaha ini lebih strategis ketimbang pembukaan lahan baru karena terbukti mampu meningkatkan hasil sampai dengan 20%.

Pupuk silika cair Tenaz dibuat oleh EASTMAN perusahaan yang bergerak pada perlindungan tanaman dari Belgia. Silika cair Tenaz sudah dilakukan pengujian dibeberapa Negara dan hasilnya membuktikan hal yang sama.

Silahkan lihat video testimoni penggunaan Pupuk Silika Tenaz  disini

Spesifikasi pupuk Silika TENAZ sebagai berikut :

  • Produksi : Eastman, Belgia dengan Teknologi monomer Taminco
  • Patent produk : Patent WO/2011/120872
  • Dosis rendah pada padi : 1-2 lt/ha
  • Silika Tenaz dalam bentuk monomer yang mudah diserap tanaman
  • Kandungan silika Tenaz 1,3% dalam bentuk tersedia (siap diserap oleh daun/tanaman)
  • Tidak beracun, & tidak memiliki residu pada tanah.
  • Kandungan mikro lainnya: Mo (10 ppm), Co (5 ppm), N (2,8%), dan K2O (0,6%)

Penggunaan pupuk silika cair Tenaz lebih praktis dan ekonomis dibandingkan dengan silika granul. Dosis anjuran hanya 2 liter per hektar.

Di Indonesia, pupuk silika cair Tenaz telah secara resmi terdaftar Departemen Pertanian dengan nomor pendaftaran 01.02.2012.179 dan dipasarkan oleh PT. Rolimex Kimia Nusamas.

Jual Pupuk Silika Cair Tenaz

Berapa harga pupuk silika cair Tenaz? Jika anda mencari silika TENAZ silahkan hubungi penulis Via Wa 08211 3956 899

 

Sumber artikel  & gambar: Majalah Agrina No 283 Januari 2018 dengan beberapa penambahan dan editing yang disesuaikan dengan format blog

Pencegahan Penyakit Klowor

Pencegahan Penyakit Klowor

Penyakit klowor atau zonk atau kerdil rumput (grassy stunt) yang diakibatkan oleh virus kerdil rumput (RGSV) yang disebarkan oleh wereng coklat (Nilavarpata lugens Stal) kini menjadi momok yang menakutkan bagi para petani.   Kerugian petani yang diakibatkan oleh panyakit ini tidak main-main, bisa-bisa petani gagal panen.

Penyakit ini memang hanya memiliki inang tanaman padi.  Menurut Ling (1972) dalam Made Sudarma (2013) terdapat 15 spesies Oryza sativa sebagai inang virus kerdil rumput ini.  Banyaknya tanaman yang terinfeksi bertambah jika dibiarkan mengisap lebih lama yang akan mencapai maksimum 24 jam.  Tanaman akan menunjukan gejala penyakit 10-20 hari setelah terinfeksi.   Vektor yang bervirus tetap mempertahankan virusnya selama daur hidup, meskipun vektor tidak menularkan virus setiap hari, tetapi biasanya selama 2-3 hari secara terputus-putus.

Virus ada dalam vektor dan dalam tanaman padi.  Nimfa wereng coklat dan yang dewasa memindahkan virus dimana tanaman padi tumbuh di sekitarnya.  Virus kerdil rumput menghasilkan endemi.   Infeksi lebih tinggi dicapai setelah lama periode makan inokulasi mencapai 24 jam.

Pencegahan Penyakit Klowor

Menurut Semangun (1991) dalam Made Sudarma (2013) cara pengendalian kerdil rumput yaitu :

  1. Menanam jenis tanaman tahan wereng, seperti inpari 33
  2. Pola pergiliran tanaman, juga pergiliran tanaman dengan bukan padi yang dilakukan secara serentak
  3. Melakukan sanitasi, membersihkan tanaman yang sakit dan sisa tanaman
  4. Mengendalikan vektor dengan pestisida yang tepat.

Selain 4 hal diatas, hal lain yang dapat dilakukan untuk membasmi penyakit kelowor (kerdil rumput) adalah dengan pengolahan tanah.  Caranya gunakan pupuk organik agar bisa mengambalikan kesuburan tanah.  Hal ini dikarenakan praktek perlakuan terhadap tanah yang tidak baik, seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan yang menjadikan tanah rusak.  Akibatnya tanaman yang ditanam dilahan tersebut menjadi mudah terserang hama dan penyakit.

Pada dasarnya tanah memiliki kemampuan mekanisme self-recovary, karena di dalam tanah terdapat bakteri mikroba yang dapat mengambalikan kesuburan tanah.  Asalkan kita memperlakukan tanah dengan baik, agar mikroba-mikroba dalam tanah tetap terjaga.  Salah satunya dengan memasukan bahan-bahan organik kembali ke dalam tanah.

Tantangannya bagi petani adalah memasukan bahan organik ke dalam tanah (lahan sawah) tersebut, yaitu dengan menggunakan pupuk organik.  Bahan organik bisa didapat dari jerami, pupuk kandang, bahan organik dari sampah organik (sampah dapur, limbah sayuran, buah-buahan, limbah organik lainnya).  Jerami sisa panen sebenarnya salah satu sumber pupuk organik yang mampu menjadi sumber pupuk mikro silika yang mampu menjadikan tanaman padi lebih kuat dan tahan terdahap serangan hama dan penyakit.  Namun sayang, praktek petani selama ini jerami malahan dibakar.  Jika dibakar, yang tersisa hanyalah unsur karbon semata.

Penggunaan Varietas Tahan Wereng dan Agen Hayati

Gunakan varietas tahan wereng yang saat ini dianjurkan oleh pemerintah adalah inpari 33. Sebelum tebar, beberapa hal yang dapat dilakukan seleksi benih dengan perendaman dengan perendaman air garam (dosis 2-3 sendok makan per liter air).  Benih yang mengambang dibuang.

Selama perendaman benih dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed treatment) dengan melumuri benih dengan fungisida Tiflo 80WP dengan dosis 1 sendok makan untuk setiap kilogram benih.  Selama perendalam juga dapat ditambahkan dengan zat pengatur tumbuh seperti giberelin (GA3, Gibrgo).

Tujuan memasukan fungisida Tiflo 80WP adalah untuk pencegahan penyakit yang dibawa oleh benih.  Sedangkan penambahan GA3 untuk memecah dormansi benih agar perkecambahan benih lebih cepat.

Sebelum disebar benih di rendam dengan agen pengendali hayati seperti  Benprima selama 15-20 menit dengan dosis 5 cc per liter air.  Setelah itu benih disebar.

Demikian ulasan cara-cara pengendalian klowor semoga menginspirasi.

Catatan:

Tiflo 80WP: adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram 80%.   Produk ini dipasarkan oleh PT. Rolimex Kimia Nusamas.

Benprima: adalah bakteri penyubur hayati, bakteri perlakuan benih yang mampu memproduksi hormon tanman khususnya auksin (IAA), melarutkan pupuk fospat menjadi “tersedia” atau dapat terserap oleh tanaman.  Benprima adalah produk dari PT. Biotis Agrindo.   Kandungan Benprima adalah Bacillus polymixa 107 cfu/g, Pseudomonas fluorescens 107 cfu/g.

Gibgro : adalah zat pengatur tumbuh dengan kandungan zat giberelin.   Gibgro dipasarkan oleh PT. Nufarm Indonesia.

Pustaka:

Made Sudarma, 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L).  Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013.  ISBN 978-602-262-10-5

 

Pengendalian Kerdil Rumput dengan Tiflo 80WP

Pengendalian Kerdil Rumput dengan Tiflo 80WP

Menyambung posting sebelumnya mengenai cara pengendalian kerdil rumput, bahwa kerdil rumput memiliki gejala-gejala sebagai berikut: tanaman menjadi kerdil, akar pendek dan coklat, jumlah anakan sangat banyak, tumbuhnya tegak, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau pucat atau kekuningan dengan bercak-bercak berwarna cokelat, kadang-kadang muncul gejala belang.  Kerdil rumput ini disebebkan oleh virus yang disebabkan atau ditukarkan oleh wereng cokelat (Nilaparvata lugens) dan dua spesies Nilaparvata lainnya.

Virus ini dapat memperbanyak diri di dalam tubuh vektor, tetapi tidak ditularkan melalu telur. Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput di lapangan tergantung pada beberapa faktor, antara lain serangga vektor, sumber virus, varietas padi dan faktor lingkungan.

Cara Pengendalian Penyakit Kerdil Rumput

Berikut saya ulas sekilas cara pengendalian penyakit kerdil rumput dengan pengintegrasian beberapa cara pengendalian yaitu :

  • Cara penanaman varietas tahan: gunakan varietas tahan wereng sesuai anjuran pemerintah;
  • Penghilangan sumber virus : mencabut dan membenamkan tanaman terinfeksi, sanitasi lingkungan biasanya pematang yang ditumbuhi gulma sebagai inang virus;
  • Pengendalian biologi : penggunaan musuh alami wereng seperti laba-lama, kepik;
  • Penyemprotan pestisida : pestisida dengan bahan aktif buprofezin (untuk pengendalian populasi generasi 1 atau 2), pestisida golongan fipronil dan imidakloprid untuk pengendalian populasi generasi 1, 2, 3, dan 4.
  • Cara bercocok tanam : lakukan pergiliran pola tanam (padi – palawija), pengeringan sawah dapat menekan perkembangan nimfa wereng, pengurangan pemberian pupuk urea.

Fungisida Tiflo 80 untuk Pengobatan Kerdil Rumput

Efek dari penyakit kerdil rumput pada padi akar pendek dan berwarna coklat (pada tanaman padi yang sehat akar berwarna putih).  Kondisi akar seperti ini tidak sehat dan tidak sanggup menyerap air dan makanan. Meskipun diberikan pupuk akan sia-sia karena akar yang diberikan tidak bisa diserap oleh tanaman.

Karena penyakit ini diakibatkan oleh virus, maka sampai saat ini belum ada obatnya. Namun demikian apabila tanaman padi yang sudah terserang kita biarkan saja tanpa usaha? Tentu saja tidak kan?  Saya akan share salah satu usaha pengobatan atau pengendalian awal penyakit kerdil rumput dengan menggunakan fungisida Tiflo 80WP.

Kok bisa fungisida digunakan pengobatan atau pengendalian penyakit kerdil rumput? Maka saya akan ulas sedikit menengani karakteristik dari fungisida Tiflo 80WP, seperti pada sheet dari Pesticide Manual berikut:

Thiram 80WP

Cara Aplikasinya Tiflo 80WP untuk Penyakit Kerdil Rumput

Tiflo 80WP adalah fungisida kontak dengan bahan aktif thiram 80%.  Bahan aktif thiram ini secara teknikal memiliki karakter yang mampu mengendalikan penyakit yang terbawa atau terdapat dalam tanah (soil borne), seperti Phytium sp, Fusarium, Rhizoctonia dan Sclerotinia spp.  Sehingga Tiflo 80WP dapat langsung diaplikasikan ke tanah (soil treatment).

Tiflo 80WP ini formulasinya dalam bentuk tepung.  Agar mudah dalam aplikasinya maka Tiflo dapat dicampurkan dengan pupuk Urea atau NPK pada saat pemupukan pertama (sekitar 15 HST).  Dengan aplikasi Tiflo + Urea lebih awal diharapkan pengendalian penyakit kerdil rumput dapat dicegah lebih awal.

Komposisi dosisnya untuk 1 ha sawah adalah 900 gr – 1,3 kg yang dicampurkan dengan urea. Karena kemasan terbesar Tiflo hanya 900 gram, maka minimal 1 bungkus 900 gr Tiflo dicampurkan dengan pupuk urea 1 kwintal.  Pastikan Tiflo yang dicampur dengan urea tercampur dengan sempurna.  Taburkan campuran Tiflo + pupuk ke areal pertanaman padi.

Dengan mengaplikasikan Tiflo + Pupuk maka membunuh penyakit (saprophyte dan cendawan) yang ada di sekitar akar dan akan membuka pori-pori akar yang tertutup oleh saprophyte dan jamur pada akar. Akan menambah tenaga akar untuk menyerap pupuk dan nutrisi yang diberikan tanpa adanya halangan. Akar tanaman akan menjadi bersih dan sehat.  Akar yang sehar akan menambah tenaga dalam menyerap makanan yang ada di sekitarnya. Perakaran jadi kuat sehingga dapat meningkatkan hasil.

Efek dari pemberian Tiflo pada saat pemupukan antara lain :

  1. Menekan terjadi kerdil rumput pada padi lebih awal.
  2. Terhindar dari penyakit yang berada dalam tanah seperti Phytium sp, Fusarium, Rhizoctonia dan Sclerotinia spp.
  3. Akar tanaman akan lebih panjang dan anakan akan lebih banyak
  4. Daun akan menjadi lebih hijau, lebih panjang , lebih lebar serta kemampuan fotosintesis semakin meningkat
  5. Hasil panen akan lebih meningkat, dan keuntungan semakin meningkat

Dengan pemberian Tiflo + Pupuk maka akan membuat tanaman padi menjadi terbebas dari penyakit, sehat, kuat, dan hasil meningkat.

Catatan Tambahan
Bakteri saprofit adalah bakteri yang hidup dari ketersediaan bahan organik mahluk hidup lain yang tersedia di lingkungan.  Bakteri ini memperoleh makanannya berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati, sampah, kotoran, dan bangkai. Contoh bakteri saprofit adalah Thiobacillus denitrificans, Clostridium sporageus, Escherichia coli, Lactobacillus bulgaricus, dan Methanobacterium ruminatum.

Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.

Mengatasi Kerdil Rumput Pada Tanaman Padi

Mengatasi Kerdil Rumput Pada Tanaman Padi

Kerdil rumput pada padi adalah kondisi tanaman padi yang pertumbuhnya sangat kerdil (kecil tidak bisa meninggi, pertumbuhannya tidak normal) sehingga menyerupai rumput.

Ciri-cirinya : daun sempit, daun pendek-penduk, kaku, hijau pucat dan kadang-kadang mempunyai bercak seperti karat, kalau dicabut perakarannya pendek dan berwarna coklat.  Gambar di bawah ini menunjukan perbedaan antara tanaman padi yang terkena kerdil rumput (kiri) dan tanaman yang sehat (kanan).

Kadangkala terdapat percabangan anakan dari buku batang tanaman padi yang terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai dewasa, tetapi hanya menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan bulirnya hampa.

Penyakit ini sedang mewabah di sentra pertanian padi seperti pantura Jawa.  Penyakit ini dalam bahasa lokal bisa disebut jong (zonk), klowor, kok, dan lainnya.

Penyebab dari kerdil rumput adalah virus. Virus ini disebarkan oleh hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) atau wereng hijau.   Jika ini virus maka sampai saat ini belum ada “obatnya”.

Penyebab lain dari kerdil rumput bisa diakibatkan perubahan cuaca, pupuk yang digunakan, penggunaan benih yang sudah tidak murni, dan kualitas tanah.  Namun faktor mana yang lebih dominan belum ada penelitian yang secara tegas penyumbang penyakit kerdil rumput, selain dari akibat wereng.

Pengendalian Kerdil Rumput Karena Wereng

Kerdil rumput akibat virus wereng hanya dapat dikendalikan dengan mengendalikan vektor penularnya yaitu wereng coklat dan wereng hijau baik secara mekanis maupun kimiawi (pestisida).

Secara mekanis, untuk mengurangi penyebaran penyakit kerdil rumput dengan cara mencabut dan membenamkan tanaman yang terinfeksi, dan menggantinya dengan yang sehat. Namun sebelumnya harus dibiarkan 1-2 hari sebelum diganti.

Sanitasi terhadap tanaman yang diduga dapat berfungsi sebagai inang virus atau wereng cokelat dengan cara membersihkan pematang dari rumput dan gulma.

Pengendalian kerdil rumput secara kimiawi dapat menggunakan pestisida-pestisida yang terdapat di toko pertanian setempat.

Cara Lain Pengendalian Kerdil Rumput

Kerdil rumput bisa juga diakibatkan oleh kondisi lahan atau tanah yang setiap musim secara terus menerus menyerap pupuk kimia seperti urea, NPK, dan lainnnya.

Penggunaan pupuk kimia (anorganik) diyakini juga merupakan penyumbang kemasaman pada tanah. Sehingga tanah menjadi asam atau pH < 7. Pada tanah dengan pH < 4 menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi terhambat karena sejumlah unsur hara seperti Ca, Mg, K, Mn, Zn, Cu, dan Mo tidak tersedia.

Secara sadar sebenarnya pupuk organik yang bersumber dari bahan-bahan organik seperti dedaunan, kotoran hewan, atau pupuk organik cair buatan, itu sangat bagus untuk tanaman padi. Namun banyak petani yang enggan menggunakan dengan berbagai alasan, diantaranya alasan tidak praktis dan tidak instant hasilnya.

Pupuk organik seperti EM4 sebenarnya bisa dimanfaatkan karena biasanya terkandung mikroba-mikroba seperti Azotobacter Sp, Azoospirilium Sp, Mikroba Selulolitik, Mikroba pelarut P, Lactobacillus Sp, dan mikroba pendegradasi selulosa.

Dimana fungsi atau manfaat dari masing-masing mikroba terebut adalah sebagai berikut :

  1. Azotobacter Sp : Berfungsi sebagai mikroba penambat N (Nitrogen) dari udara bebas.
  2. Azoospirilium Sp : Berfungsi sebagai penambat N
  3. Mikroba Selulolitik : Berfungsi sebagai pendegradasi bahan organik atau pembusukan bahan organik
  4. Mikroba pelarut fosfat : Berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral tanah agar tersedia dan mudah diserap oleh tanaman, Psdeomonas Flueorecent (pengurai pestisida) dapat menghasilkan enzim pengurai yang berfungsi memecah rantai dari zat kimia anorganik  yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya.
  5. Lactobacillus Sp : Berfungsi untuk membantu proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman.
    Kandungan pupuk organik terebut sangat bermanfaat menjadikan tanah menjadi subur dan mampu memanfaatkan kembali sisa-sisa deposit pupuk yang selama ini diberikan secara berlebih-lebihan.

Pemberian pupuk organik (EM4) ini dapat dilakukan pada saat pengolahan tanah pembajakan pertama dan kedua. Aplikasinya dengan penyemprotan langsung ke tanah. Dengan aplikasi pada tanah maka diharapkan dapat :
– Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
– Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat
– Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
– Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah

Aplikasi berikutnya lakukan penyemprotan pada saat tanaman padi umur 20 – 40 hari yang waktu aplikasinya disesuaikan dengan jadwal penyemprotan pestisida kimia. Karena penyemprotan pupuk organik ini tidak boleh disatukan dengan penyemprotan kimia. Yakni berselang seminggu setelah penyemprotan kimia.

Pengedalian kerdil rumput terakhir ini lebih kepada preventif atau pencegahan dan perencanaan sejak awal dimulainya kegiatan pertanaman padi.

Pengalaman Menanam Jenis Padi Cisoga

Pengalaman Menanam Jenis Padi Cisoga

Apa yang diharapkan oleh petani padi terhadap hasil panennya?

Pastinya adalah panen yang melimpah dengan gabah yang bagus dan harga jual yang mahal.

Harga jual gabah yang tinggi sangat diharapkan namun biasanya harga dipengaruhi oleh situasi “pasaran”. Harga bisa fluktuasi setiap saat dari musim ke musim. Faktor ini kita abaikan karena di luar kendali petani.

Yang dapat dilakukan petani adalah bagaimana agar hasil panen melimpah dengan kualitas gabah yang bagus. Untuk mudahkan saya akan gunakan terminologi “hasil panen yang melimpah”.

Hasil panen yang melimpah diperoleh dari faktor sebagai berikut :
1. Bulir yang banyak dan berisi penuh pada setiap malainya
2. Malai yang panjang dari setiap anakan produktifnya
3. Anakan produktif (anakan yang keluar malai) pada setiap rumpun
4. Anakan yang banyak

Jadi menurut saya, yang perlu diusahakan oleh petani padi adalah 4 hal berikut, yakni bagaimana agar :
(1) padi menghasilkan anakan yang banyak;
(2) dari anakan tersebut menghasilkan banyak anakan produktif;
(3) dari anakan produktif tersebut keluar malai yang panjang; dan
(4) malai yang panjang menghasilkan bulir yang banyak dan berisi penuh.

Oleh karena itu petani harus mengetahui tujuan pada setiap tahapan/fase pertumbuhan tanaman padi. Karenanya perlakuan (treatment) apa yang diperlukan pada setiap fase tanaman agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada 4 faktor diatas. Tentu pengetahuan tentang morfologi dan fase pertumbuhan tanaman harus diketahui.

Tantangannya adalah menemukan varietas yang ideal, yang malainya panjang dan bulir setiap malainya banyak. Tentu setiap petani bisa berbeda selera dalam hal varietasnya.

Benih Padi Cisoga

Musim tanam tahun ini, – tanam tanggal 24 Januari 2017 dan panen tanggal 8 Mei 2017 -, mencoba menanam jenis padi Cisoga.

Sengaja menanam jenis ini, karena tertarik dengan status facebook seorang teman yang update foto padi Cisoga. Jika dilihat dari fotonya tertarik dengan malai yang panjang dan provitasnya 10-12 ton per ha. Nama Cisoga sendiri, katanya kepanjangan dari Ciherang – Sogun. Jenis ini hasil persilangan dari jenis tersebut, dan infonya hasil kreasi petani Karawang.  Tapi bisa juga Cisoga adalah salah satu nama sungai yang ada di Karawang.

Deskripsi yang diberikan pada jenis padi Cisoga ini sebagai berikut:

“Benih padi Cisoga asli dari petani Karawang (Jawa Barat). Hasil panen 10-12 ton/ha, usia tanaman 85-95 HST, panjang malai 30-32 cm, anakan produktif 50-52 anakan, tinggi 90 cm, dan jumlah bulir 250-305 per malai.

Kelebihan padi cisoga diantaranya anakan produktif banyak, bermalai panjang bulir bernas semua sampai bawah, daun bendera agak lebar dan hijau meskipun tanaman sudah matang bulirnya, tahan penyakit, jarang dihinggapi burung karena daun bendera “rujug” (tegak) ke atas, malai merunduk, hasil panen maximum di atas tanaman padi yang lain.”

Lokasi persawahan percobaan pertanaman Cisoga di Pulosari, Kecamatan Telagasari, Karawang. Jika dihitung sejak tanam maka umur padi 105 hari mulai dari tanam sampai dengan panen, ditambah usia persemaian 20 hari.

Berikut beberapa foto yang saya ambil pada beberapa umur tanaman.


Padi Cisoga
Padi Cisoga
Padi Cisoga
Padi Cisoga
 

Berdasarkan pengamatan visual padi Cisoga memiliki keunggulan sebagai berikut:
– Batang yang cukup tinggi
– Malai yang panjang > 30 cm
– Jumlah bulir > 200
– Tahan wereng

Berdasarkan hasil hitungan riil panen, diperoleh hasil kotor 7,3 ton gabah kering panen (GKP) dari luasan 1.400 ha atau kurang lebih 5,250 ton/ha.  Hasil ini sangat mengecewakan, karena menurun dari hasil panen sebelumnya yang bisa minimal 7 ton/ha. Namun disisi lain cukup bangga dengan hasil ini karena dibandingkan dengan hasil panen tetangga yang hanya dapat kisaran 4 ton/ha.

Kenapa?

Penurunan hasil panen pada musim ini tidak hanya terjadi di daerah Karawang, tetapi juga terjadi di daerah Subang dan sekitarnya pun mengalami hal yang sama. Ada beberapa penyebab diantaranya iklim yang terlalu basah, intensitas hujan yang tinggi menyebabkan serangan hama dan penyakit yang tinggi.

Setidaknya ada 3 hal yang serangan padi pada musim ini yakni serangan hama wereng, serangan penyakit kresek (Xanthomonas sp), dan banyak ditemukan “zonk” atau kerdil rumput dimana rumpun padi tidak bisa tumbuh sempurna.

Padi Cisoga Vs Padi Sogun

Saya membandingkan dengan pertanaman padi jenis Sogun pada salah seorang petani di daerah Babawangan, Lemah Abang Wadas. Penampakan tanamannya sangat bagus, daun bendera dan daun dibawahnya masih terlihat hijau, bulir padinya terlihat pengisiannyanya penih dan bulir padi yang besar-besar berisi.

Padi Sogun

 

Berdasarkan penghitungan sederhana yang dilakukan, perbandingan antara Cisoga dan Sogun seperti tabel dibawah ini:

Jenis PadiPanjang MalaiJumlah Bulir IsiJumlah Bulir KosongBobot 1000 bulirJumlah Bulir per Malai % Malai Kosong
Cisoga 32,67203,6738,6732,60242,3315,86%
Sogun28,00202,0012,5029,30214,505,87%

Catatan:  Sampel diambil jumlah minimum, sampel 6 malai yang diambil secara acak.  Jadi tidak bisa diambil kesimpulan yang memadai secara statistik.  Data ini hanya menggambarkan sedikit saja.

Dari tabel tersebut, Cisoga masih memiliki keunggulan dari panjang malai, jumlah bulir dan bobotnya. Tantangannya adalah mengurangi jumlah bulir yang kosong. Oleh karena itu musim depan, akan dicoba lagi dengan menanam jenis padi Cisoga.  Mudah-mudahan lebih baik lagi.

Begini Cara Perlakuan Benih Padi

Begini Cara Perlakuan Benih Padi

Benih yang disimpan oleh petani mungkin terinfeksi mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada bibit dan tanaman.  Hal ini dapat mempengaruhi perkecambahan benih dan dapat ditularkan dari benih ke bibit untuk tanaman.

Perlakuan benih dapat mengendalikan penyakit yang terdapat pada benih (seed borne disease), cendawan pada tanah (soilborne disease), dan penyakit yang disebarkan melalui udara (airbone diseases).  Dengan perlakuan benih dapat meningkatkan daya perkecambahan, ketahanan terhadap penyakit dan produktivitas benih.

Metode Perlakuan Benih

Perlakuan benih dilakukan untuk beberapa tujuan berikut:

Pengendalian Benih Dorman (Seed dormancy)

Setiap varietas memiliki masa dormansi yannng menjadikan tingkat perkecambahan rendah. Beberapa perawatan dapat digunakan untuk memecahkan dormansi dan meningkatkan pertumbuhan benih.

  1. Mengekspos bibit suhu tinggi (40-42 ° C) selama 1-2 hari sebelum disemai.
  2. Seed priming – Benih direndam selama 4-8 jam dan dikeringkan sebelum menabur. Benih harus ditabur dalam waktu 1-2 hari setelah priming.
  3. Pre-germination – Benih direndam benih dalam air selama 12-24 jam atau sampai tunas kecil muncul di ujung benih.  Dalam cuaca dingin, benih mungkin perlu direndam selama 36-48 jam. Tiriskan dan keringkan benih dalam selama 24 jam di daerah yang teduh di mana udara dapat beredar di sekitar.  Jika suhu tas melebihi 42 ° C, beberapa biji akan rusak.  Menaburkan benih sebelum akar melebihi panjang 5 mm.

Penggunaan Inokulan Azospirillum

Azospirillum sp adalah bakteri yang hidup bebas di dalam tanah disekitar akar dan permukaan akar tanaman dan mempu menyediakan unsur N dan P bagi pertumbuhan tanaman.  Ini adalah untuk fiksasi N oleh benih padi.   Gunakan inokulan Azospirillum sp., biasanya dalam formulasi tepung (powder) dengan dosis 1 g per kg benih dan bercampur dengan benih sebelum disemai.

Contoh produk ini adalah Benprima.   BENPRIMA adalah bakteri penyubur hayati, bakteri perlakuan benih yang mampu memproduksi hormon tanman khususnya auksin (IAA), melarutkan pupuk fospat menjadi “tersedia” atau dapat terserap oleh tanaman. BENPRIMA adalah produk dari PT. Biotis Agrindo.   Kandungan Benprima adalah Bacillus polymixa 107 cfu/g, Pseudomonas fluorescens 107 cfu/g.

Penggunaan Fungisida pada Benih

Perlakuan benih dengan fungisida Tiflo 80WP.  Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram 80%.  IRRI (International Rice Research International) merekomendasikan penggunan fungisida dengan bahan aktif Thiram sebagai fungisida untuk perlakuan benih.

Table: Rice Seed Treatment Fungicides

No

% Active Ingredient(s)Rate

Additional Information

 1Thiram 42%1.5 fl oz/buFor seed decay, damping off, and seedling blights
 2Carboxin 10% +
Thiram 10%
5 to 6.8 fl. oz. per 100 lbs. of seed.For control of various seed and seedling diseases. The higher rate is recommended for control of Helminthosporium oryzae. Ready to use seed treatment which may be applied as a commercial seed treatment or as a pour-on hopper box application.
 3Carboxin 5.7% + Thiram 5.7%9 to 12 fl. oz. per 100 lbs. of seed.To control various seed and seedling diseases, especially effective against Rhizoctonia solani and Helminthosporium oryzae. The higher rate is recommended for control or Helminthosporium oryzae. Apply as a pour-on treatment or by machine.

Last Updated on Monday, 24 September 2012 15:09

Sumber : http://www.knowledgebank.irri.org

Penggunaan Tiflo 80WP sebagai seed treatment bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman benih atau dengan mencampur langsung dengan benih sebelum disebarkan dipersemaian.

Baca juga : Fungisida TIFLO Untuk Perlakuan Benih (Seed Treatment)

Cara perendaman : Larutkan 1-3 g Tiflo 80WP untuk per kg benih dalam 5 lilter air dalam bak perendaman benih.  Masukan benih ke dalam bak perendaman, dan biarkan terendam selama 12-24 jam.  Setelah keluar tunas kecil, benih diangkat dimasukan ke dalam karung dan ditiriskan selama 24 jam.  Benih disimpan dalam suhu ruangan, untuk menjaga kelembaban benih bisa dilakukan penyiraman.  Jika tunas sudah cukup panjang (5 mm), benih bisa disebar di persemaian.

Cara mencapur langsung : Benih direndam dalam bak rendaman selama 12-24 jam, kemudian diangkat.  Siapkan bubur Tiflo 80 WP dengan membuat memasukan 1-3 g Tiflo 80WP dalam 5 ml air untuk setiap kilogram benih.  Kemudian diaduk, sehingga menjadi bubur atau pasta.  Pasta dioleskan pada bagian dalam bak pencampur dan masukan benih yang sudah selesai direndam.  Bak pencampur dikocok-kocok sampai benih tercampur atau terlapisi dengan sempurna oleh bubur Tiflo.

Tiflo _ Seed treatment2

Kunjungi juga link berikut : How to treat seeds

Begini Cara Pengendalian Phytophtora pada Cabai

Begini Cara Pengendalian Phytophtora pada Cabai

Sejak akhir tahun 2016 sampai memasuki bulan kedua Februari 2017, bisnis cabai dirasakan semakin “pedas”, terutama untuk cabai rawit. Harga yang diterima konsumen berkisar 70.000 – 150.000 per kg.

Meski ditingkat petani tidak terlalu banyak lonjakan, tetapi musim hujan yang intensitasnya tinggi mengakibatkan banyak kerusakan pada tanaman cabai. Budidaya cabai dimusim hujan cukup rewel, produktivitas menurun, tetapi biaya produksi tinggi. Mestinya banyak keuntungan yang diterima petani cabai saat ini tinggi, namun akibat serangan penyakit seperti patek, busuk buah mengakibatkan penunurunan hasil panen.

Penyakit umum yang menyerang tanaman cabai adalah busuk buah (Phytophtora infestans), dan patek atau antraknos (Colletortricum capsici).  Bagaimana cara pengendalian kimiawinya?

Pengendalian Busuk Buah Cabai

Busuk buah biasanya akan menyerang tanaman cabe yang masih muda, tua dan sudah hampir matang sempurna.  Penyebab busuk buah adalah faktor cuaca dan lingkungan sekitar tanaman yang lembab akibat dari curah hujan yang tinggi atau drainase yang buruk.

Banyak merek fungisida dipasaran yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit ini. Namun saking banyaknya terkadang cukup pusing memilihnya. Prinsip dasar pengendalian penyakit ini adalah protektif atau pencegahan.

Sebelum ada serangan gunakan fungisida non-sistemik protektif dari golongan Thiram, Ziram, Mankozeb, Maneb, Zineb, Propinep, dst.

Jika menginginkan pengendalian yang lebih kuat, gunakan fungisida-fungisida tersebut yang sudah dikombinasikan dengan fungisida sistemik yg kuat untuk Phytophthora seperti dari golongan Benalaksil, Kiralaksil, Metalaksil, Mefenoksam, Oksadiksil, Ofurace, Simoksanil, dsb.

Atau juga yang sudah dikombinasikan dengan fungisida dari kelompok strobilurin seperti Azoksistrobin, dsb.

Jika menggunakan fungisida tunggal, maka aplikasinya bisa berselang-seling dengan pola kontak (K) dan sistemik (S). Mulai sejak awal gunakan yg gabungan K + S, seterusnya K-K-K-S dan seterusnya. Intervalnya tergantung situasi cuaca setempat.

Ziflo 90WP untuk Busuk Buah pada Cabai

Ziflo 90WP dengan bahan aktif ziram 90% plus Zn++ (seng).  Ziram adalah bahan fungisida dari golongan EBDC yang mampu memberikan perlindungan terhadap busuk buah pada cabai. Sedangkan Zn yang terkandung dalam ziram mampu memberikan reaksi biokimia dan menstimulasi terbentuknya hormon yang penting.

Dosis yang digunakan:  Ziflo 90WP dengan dosis 3 sendok makan sebanyak 2x seminggu.

Selain Ziflo 90WP bisa juga digunakan Tiflo 80WP (Thiram 80%).

Campuran yang dapat digunakan adalah fungisida dengan bahan aktif simoksanil.  Atau produk yang sudah tersedia dipasaran tanpa harus mencampurnya contohnya Curzate (Mankozeb + Simoksanil).

Semoga mambantu.

Pengendalian Penyakit Blas dengan Silika

Pengendalian Penyakit Blas dengan Silika

 

Penyakit tanaman padi yang sedang naik daun saat ini adalah blast atau blas (Picularia oryzae) atau lebih dikenal istilah patah leher atau teklik. Tahun 2016 saja dilaporkan sebanyak 74 ribu hektar sawah terserangan blas.

Blas bisa menyerang pada daun, batang, dan malai.  Pada daun, blas menyerang pada fase vegetatif dengan gejala munculnya bercak-bercak kelabu atau putih dan tepinya berwarna kecoklatan atau coklat kemerahan.

Blas pada leher menyerang pada fase generatif.  Gejala khasnya adalah ujung tangkai mulai membusuk membuat tangkai mudah patah sehingga bulir padi tidak terisi dan menjadi kosong.

Penyebab Terjadinya Blas

Blas terjadi atau menyerang padi dengan kondisi lingkungan yang memiliki kadar K tersedia lebih rendah, N dalam bentuk NO3 karena air terbatas, pupuk N berlebihan, dan mikroba menguntungkan dalam tanah tidak tidak berkembang secara baik karena bahan organik berkurang.

Penggunaan nitrogen pada pupuk urea yang berlebihan pada saat pemupukan dapat menjadi bumerang. Karena biasanya petani senang melihat tanamannya menghijau, tetapi ada ancaman blas yang mengancam.

Silika Sebagai Pengendalian Blas

Pengelolaan lingkungan adalah kuncinya. Mengembalikan unsur kalium (K) dan silika (Si) ditanah dengan menggunakan jerami sisa panen yang dibiarkan membusuk secara alami atau dengan bantuan dekomposer.

Membakar jerami dapat menghilangkan unsur penting yang dibutuhkan tanah. Unsur nitrogen akan hilang, unusur fosfor (P) berkurang 25%, K berkurang 25%, dan S hilang 5-10%. Pun mikro tanah terpengaruh kehidupannya.

Meskipun jerami tetap dibiarkan membusuk, tidak otomatis juga unsur-unsur tersebut siap diserap oleh tanaman pada musim berikutnya. Usaha memperbaiki lahan tersebut haruslah secara terus menerus dilakukan.

Penggunaan hara organik seperti pembenah tanah organik yang mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dapat dilakukan. Pemasukan bahan organik ini akan menyebabkan partikel tanah dapat mengikat unsur hara makro dan mikro. Unsur ini menjadi tersedia dan mudah diserap oleh akar tanaman. Pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas padi.

Silika memiliki kemampuan untuk melindungi tanaman padi dari serangan penyakit blas. Banyak penelitian sudah membuktikannya, termasuk balai penelitan tanah Bogor,  silahkan baca disini :

Aplikasi Silika Terhadap Pertumbuhan Padi dan Infeksi Penyakit Blast

Kini silika yang “siap dimakan” oleh padi tanpa harus menunggu hasil pembusukan jerami, telah tersedia. Silika Tenaz mampu melindungi tanaman padi serangan hama dan penyakit sekaligus mampu meningkatkan hasil panen 10-20%.  baca juga :

Hara Penting Tanaman Padi, Gunakan Silika Cair Tenaz

Silika Tenaz sudah banyak dijual dipasaran, namun jika tidak menemukan di toko terdekat bisa hubungi disini.

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Ada empat jenis wereng pada tanaman padi, yaitu jenis wereng batang (plan hopper) yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera) dan jenis wereng daun (leaf hopper) yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).

Yang sering menimbulkan masalah adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat bisa menyebabkan padi mati kekeringan dan seperti terbakar (hopper burn) atau puso. Sedangkan wereng hijau kerusakan tidak terlalu nyata tetapi dapat menyebarkan virus tungro.

Bioekologi Wereng Batang Coklat

Wereng batang coklat (WBC, Nilaparvata lugens) dapat berkembang biak dengan cepat dan mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru. WBC menjadi parasit pada padi dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan pertumbuhannya terganggu bahkan mati.

Wereng menyerang tanaman padai mulai dari stadia persemaian hingga fase matang susu. Mekanisme kerusakan dengan cara menghisap cairan tanaman pada system vascular (pembuluh tanaman). Tanaman padi yang terserang wereng menunjukkan gejala kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada seragan parah tanaman padi menjadi kering dan mati.

Siklus hidupnya antara 3-4 minggu (21-33 hari), yang dimulai dari telur (7-10 hari), nimfa (8-17 hari) dan imago/dewasa (18-33 hari). Wereng betina bertelur hingga 500 butir.  Telur diletakan pada urat daun yang utama. Saat nimfa dan imago inilah WBC menghisap cairan batang padi.

Dalam satu rumpun padi bisa terbentuk 4-5 generasi. Saat populasi makin tinggi sebagian populasi akan membentuk sayap agar dapat berpindah ke area lain.

Ambang pengendalian hama ini adalah 5-10 ekor per rumpun. WBC mengeluarkan kotoran embun madu yang biasanya akan ditumbuhi cendawan jelaga hingga daun padi berwarna hitam. Banyaknya kotoran putih bekas pergantian kulit nimfa dapat dijadikan indikator populasi wereng yang tinggi.

Pengendalian WBC Secara Kimia

Dengan mengetahui siklus hidup WBC kita dapat menentukan waktu terbaik, kapan sebaiknya pengendalian kimia dilakukan. Jenis insektisida dengan bahan aktif apa yang efektif untuk setiap stadia WBC.

Pengendalian dengan pestisida akan sangat efektif jika dilakukan pada populasi wereng sudah diatas ambang ekonomi.  Ambang ekonominya adalah 5 ekor wereng per rumpun untuk tanaman padi kurang dari 40 HST atau 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 HST.

Bahan aktif insektisida yang tersedia dipasar adalah abamectin, bisultap, buprofezin, BPMC, dimehypo, imidaklopid, karbofuran, pimetrozin, fipronil, MICP, bisultap, tiametoksam, etopenfroks, dll.

Namun saya akan membahas beberapa bahan aktif yang paling umum ditemukan di pasaran yaitu :

Insektisida kontak
1. Abamektin
Abamektin termasuk insektisida dan akarisida, sangat efektif untuk mengendalikan tungau pengganggu dan hama thrips spp serta plutella spp.  Abamektin merupakan racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf dengan menstimulasi gama amino asam butirat (GABA). Abamektin mememiliki efek translaminar yang kuat.
Insektisida ini relatif bersahabat dengan lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia oleh mikro organism dalam tanah, dan tidak bersifat bioakumulatif.  Dalam prakteknya efek negative abamektin terhadap serangga berguna sangat kecil.
Contoh : Banyak 🙂

2. BPMC
Buthylphenylmethyl carbamate atau BPMC merupakan insektisida non-sistemik dengan kerja sebagai racun kontak. Efektif untuk mengendalikan wereng, thips, dan hama bubuk.
Contoh : BAYCARB 500 EC

3. Buprofezin
Merupakan insektisida dan akarisida non sistemik yang bekerja secara chitin synthesis inhibitor (penghambat sintesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga sehingga akhirnya menimbulkan kematian.
Serangga yang terkena bufropezin akan menghasilkan telur yang steril. Insektisida ini efektif untuk pengendalian hama terpadu (PHT). Buprofezin bersifat non-karsinogenik (tidak menimbulkan bahaya kanker) dan non-teratogenik.
Contoh: APPLAUD 100 EC, dll

4. Fipronil
Merupakan racun syaraf yang bekerja dengan cara memblokir saluran klorida yang diregulasi oleh GABA. Hama yang sudah resisten terhadap piretroid, siklodein, organofosfat, dan karbamat bisa dipecahkan oleh senyawa ini.
Firpronil bersifat racun kontak dan racun perut dan digolongkan ke dalam racun non-sistemik meskipun memilili sifat sistemik yang dapat diaplikasikan lewat tanah.
Contoh : Regent 50SC, dll

Insektisida sistemik

5. Imidakloprid
Imidakloprid termasuk insektida sistemik dan translaminar yang bekerja secara racun kontak dan perut, diabsorpsi oleh daun dan akar serta ditransportasikan secara akropeta. Insektisida ini selain efektif untuk wereng juga efektif untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap lain seperti aphids, thips dan kutu kebul.
Contoh : CONFIDOR 200 SL

6. Karbofuran
Kabofuran merupakan insektisida sistemik yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Umumnya diformulasi dalam bentuk butiran dan aplikasinya lewat tanah untuk mengendalikan banyak jenis serangga dan nematode.
Contoh : Furadan 3G, dll

7. Dimehypo
Dimehypo merupakan insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan racun perut. Selain untuk mengendalikan wereng juga mampu mengendalikan hama penggerek batang padi.
Contoh : SPONTAN 400 SL, dll

8. Pimetrozin
Sebagai insektisida relative baru (dikenalkan tahun 1992-1993) cara kerjanya bekerja secara sistemik dan menghambat aktivitas makan sehingga berhenti makan dan 1 – 4 hari akan mati kelaparan. Namun insektisida iniefektif untuk mengendalikan wereng, aphids dan whitefly (kutu kebul).
Contoh: Plenum 50WG

Insektisida untuk Wereng yang Bagus?

Semua insektisida yang ada dipasaran semua bagus 🙂  semua pilihan diserahkan kepada petani sebagai pengguna langsung.

Dengan mengetahui cara kerja insektisida untuk mengendalikan wereng diatas, maka kita dapat menentukan produk apa yang paling tepat sesuai dengan kondisi serangan wereng.

Untuk mengendalikan wereng pada tingkat populasi masih dibawah ambang ekonomi, saya menyarankan mulai dengan penyemprotan tunggal insektisida bahan aktif BPMC yang bersifat kontak) atau Dimehypo yang bersifat sistemik. Bisa juga langsung campur secara bersamaan.

Atau pada tahap awal jika diketemukan adanya telur-telur wereng pada daun dapat diaplikasikan buprofezin + dimehypo. Hal ini untuk mengendalikan telur wereng supaya tidak menentas (efek buprofezin) dan melindungi padi dari serangan wereng (efek sistemik dimehypo).

Karena wereng hidup dibagian bawah pangkal batang, dan untuk tamanan padi yang sudah berumur 40 HST biasanya penyemprot (aplikator) hanya menyemprot dibagian atas tanaman maka penggunaan insektisida yang bersifat translaminar juga sangat dianjurkan, seperti bahan aktif imidakloprid atau abamektin.

Penggunaan insektisida pengendali wereng sebenarnya tidak harus dengan insektisida dengan harga yang mahal, asal kita tahu cara kerja bahan aktifnya dan memahami siklus hidup wereng. Penggunaan insektisida yang “murah” sudah mampu menahan kerugian terhadap wereng. Namun kebanyakan petani menginginkan yang cespleng, sekali semprot wereng langsung hilang.

Tentu saja faktor yang terpenting dalam pengendalian WBC adalah pengamatan rutin pada rumpun-rumpun bawah batang tamanan padi.  Karena hama WBC hidup pada pangkal batang padi.

Akan lebih baik lagi jika pengendalian wereng dimulai dengan cara memproteksi lebih awal tanaman padi dengan cara penggunaan pupuk atau nutrisi silika. Karena silika dari hasil penelitian mampu menahan serangan wereng dan penggerek batang selain juga mampu meningkatkan hasil panen 5%-20%.

Apa itu silika tenaz silahkan baca Silika Hara Penting Tanaman Padi, Gunakan Silika Cair Tenaz disini

Catatan:
– Translaminar = sistemik lokal; memiliki daya penetrasi dalam jaringan tanaman; diserap jaringan tanaman (daun) tetapi sedikit ditransportasikan ke bagian lain tanaman.

Sumber: Panut, D. 2008. Panduan Lengkap Pestisida & Aplikasinya. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Begini Cara Pencampuran Pestisida

Begini Cara Pencampuran Pestisida

Pada umumnya petani melakukan pencampuran lebih dari 2 macam pestisida. Tujuan mencampur pestisida adalah untuk menghemat tenaga sewaktu menyemprotkannya pada tanaman. Yang dimaksud mencampur adalah melarutkan dua macam atau lebih pestisida ke dalam air secara bersamaan. Baik langsung maupun tidak langsung ke dalam tangki semprot. Selain menghemat tenaga, cara itu juga menghemat air, terkadang menghemat biaya (meski tidak selalu).

Petani cabai merah dan bawang merah di Kabupaten Brebes terbiasa mencampur sampai 8 macam pestisida untuk mengendalikan OPT pada pertanamannya. Praktik ini kurang tepat karena pencampuran yang dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan efek antogonistik (saling mengalahkan) atau netral, akibatnya efikasi pestisida tersebut menurun.

Pencampuran pestisida dengan pupuk daun juga tidak dibenarkan karena akan mengakibatkan efikasi pestisida tersebut menurun. Hal ini disebabkan sifat umum pestisida adalah asam sedangkan sifat umum pupuk daun adalah basa. Jika kedua formulasi tersebut dicampurkan akan menimbulkan efek netral, sehingga efikasi pestisida menurun dan pupuk daun tidak bermanfaat.

Selain itu waktu penyemprotan pestisida dan pupuk daun berbeda. Waktu aplikasi pestisida harus dilakukan pada sore hari karena 2 jam setelah aplikasi suhu dan kelembaban udara harus stabil atau turun. Sedangkan aplikasi pupuk daun harus dilakukan pada siang hari sekitar pukul 09.00-10.00. Hal ini disebabkan pada saat itu stomata atau mulut daun terbuka, sehingga larutan pupuk daun dapat diserap oleh tanaman.

Pencampuran pestisida yang formulasinya berbentuk WP tidak boleh dicampur dengan formulasi EC. Pencampuran kedua bahan tersebut akan menimbulkan endapan sehingga efikasi pestisida akan menurun dan akan menyumbat lubang spuyer/nozzle.

Prinsip mencampur pestisida

1.  Jangan mencampur pestisida yang segolongan. Selain boros mencampur pestisida segolongan beresiko terjadinya reaksi. Cukup mudah untuk menyimpulkan apakah pestisida yang dicampur saling bereaksi satu sama lain atau tidak, yaitu dengan mengamati dengan seksama apakah pencampuran terjadi secara merata dan tidak, serta apakah menghasilkan endapan atau gumpalan.

Jika terjadi endapan atau gumpalan maka sebaiknya kedua pestisida tidak perlu di campur (digunakan bergantian saja) karena jika dilakukan penyemprotan akan menjadi tidak merata.

2.  Jangan mencampur pestisida yang cara kerjanya sama. Yang tepat adalah mencampur pestisida kontak dengan sistemik. Walau pestisida yang digunakan sasaran target sama asalkan cara kerjanya beda. Cara kerja kontak atau sistemik pestisida pada umumnya dicantumkan pada setiap kemasan.

3.  Melarutkan pestisida yang paling sulit larut terlebih dahulu.  Urutannya adalah mulai dari yang bentuk butiran (misal G, WG), bubuk (misal WP, SP, SD) kemudian larutan (misal EC, SL).

Selamat mencampur.

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Penggunaan Tiflo dan Tenaz pada tanaman padi

Fungisida Tiflo 80WP yang berbahan aktif thiram 80% adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan penyakit bercak coklat, patah leher, dan juga kresek.

Tenaz adalah nutrisi tanaman dengan kandungan utama silika atau silikat (SiO2) dan tambahan nutrisi mikro majemuk. Penggunaan silika pada tanaman padi menjadikan tanaman padi lebih keras (tegak) dan hasil bulir padi yang bernas. Tenaz juga mampu menahan serangan hama dan penyakit padi.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan fungisida Tiflo 80 WP dan silika Tenaz juga mampu meningkatkan hasil panen sebesar 20%.

Tata cara penggunaan aplikasi Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP

Testimoni Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80 WP

Testimoni pengguna produk Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP oleh petani modern Bapak Haji Karyadi dari Kp Babawangan, Desa Lemah Mukti, Lemah Abang Wadas, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Tiflo dan Tenaz diaplikasikan pada musim kedua (2016) dan mendapat tanggapan yang memuaskan dari hasil aplikasi produk tersebut.

Silika Tenaz adalah nutrisi cair dengan kandungan silika (SiO2) dan Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif thiram 80% adalah produk dari Taminco-Eastman dan di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Fungisida Thionic 76 WG Menjadikan Buah Apel Lebih Mulus

Fungisida Thionic 76 WG Menjadikan Buah Apel Lebih Mulus

Kecamatan Tutur (2 km dari nongkojajar), di kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah sentra penghasil apel di Jawa Timur. Di wilayah ini luasan apel kurang lebih 12.000 ha, dengan varian yang ditanam petani apel antara lain jenis manalagi, rome beauty, ana, dan wangly.

Menurut Pak Nono, salah seorang petani apel di daerah desa Kayukebek, Kecamatan Tutur sudah 4 musim petani apel didaerahnya mengalami kerugian terus-menerus. Selain karena akibat cuaca atau iklim juga serangan hama dan penyakit. Akibatnya banyak tanaman Apel yang kurang terawat dan produksi kurang maksimal, terutama petani yang permodalannya pas-pasan.

Permasalahan utama saat ini banyak bunga apel yang rontok, sebelum menghasilkan buah. Daun tanaman apel banyak terserang penyakit. Jikapun berhasil menjadi buah, buahnya kecil dan kualitasnya kurang bagus. Akhirnya harga jualnya rendah.

Penyakit Penting pada Tanaman Apel

1. Penyakit Embun Tepung atau Powdery Mildew (Podosphaera leucoticha)
Penyakit ini memiliki gejala ketika apel muda warnanya berubah jadi coklat dan ketika tumbuh besar warna coklat seperti pada sawo.

2. Penyakit Bercak Daun (Marssonina coronaria)
Penyakit ini mulai menyerang ketika umur daun 4-5 mingguan setelah pemotongan daun dan ranting yang kurang produktif atau jelek. Gejala awalnya ditandai dengan timbulnya bercak putih tak beraturan yang kemudian berubah menjadi warna coklat. Permukaan atas mulai mucul bintik hitam. Serangan dimulai pada daun muda kemudian merembet pada daun tua dan akhirnya daun berguguran.

3. Penyakit Jamur Upas (Cortisium salmonicolor)
Penyakit terdiri dari 4 stadium. Stadium pertama jamur mulai membentuk miselium yang terlihat seperti jaring laba-laba, pada tahap ini belum menyerang jaringan. Stadium 2 miselium ini mulai menyerang jaringan. Stadium 3 jamur mulai terbentuk kerak warna kemerah-jambu. Artinya jamur sudah menginfeksi cukup parah. Stadium 4 atau stadium akhir ditandai dengan adanya bulatan kecil warna merah dan pinggirannya buah yang busuk.

4. Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Penyakit ini akan menyerang ketika buah apel sudah dipanen. Bisa terjadi di gudang maupun di kebun. gejala yang ditimbulkan adalah bintik warna coklat di buah dan akhirnya mulai melebar. Akhirnya buah bisa membusuk.

5. Penyakit Busuk Buah (Gloeosporium Sp.)
Serangan yang terjadi biasanya ketika buah ada dikebun atau gudang. Pada fase awal akan timbul bercak kecil warna hijau bentuknya bulatan. Lalu bercak ini berubah warna menjadi coklat dan rimbul bintik hitam dan mengakibatkan buah berubah warna jadi kuning atau oranye.

6. Penyakit Busuk Akar (Armilliaria Melea)
Penyakit yang menyerang akar pohon apel. Gejala yang ditimbulkan adalah tanaman jadi kering, daun mulai layu berguguran, dan akhirnya akar pun jadi busuk

Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Apel

a. Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian mekanis diarahkan dengan membuat sanitasi lingkungan sekitar tanamana dengan cara membersihkan rumput-rumput (gulma) sekitar tanaman. Karena gulma bisa menjadi inang (tempat tinggal) hama dan penyakit juga persaingan unsur hara. Memusnahkan buah-buah yang jatuh karena busuk dengan cara mengumpulkan dan menguburkannya.

Pengaturan jarak tanam agar tidak terlalu rapat, membuang bagian batang dan daun yang terinfeksi dan mencabut tanaman yang mati dengan segera mengganti dengan tanaman baru yang sehat.

b. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dengan cara menggunakan fungisida yang disesuaikan dengan target/sasaran penyakit yang akan dikendalikan. Beberapa merek fungisida yang beredar di pasaran untuk pengendalian embun tepung (Podosphaera leucoticha), Bercak Daun (Marssonina coronaria) adalah NATIVO 75 WG, FUJIWAN 400 EC, NYEKOR 250 EC, ADRIFT 125 EC, INGROFOL 50 WP, RINGO 200 SC, VENTRA 75 WP, TOPSIN M 70 WP, TOPSIN 500 SC, ANVIL 50 SC, CABRIOTOP 60 WG, SULTRICOB 93 WP, ANTRACOL 70 WP, FOLICUR 430 SC, TRIVIA 73 WP, STARPLUS 70 WP, BENLOX 50 WP, METAZEB 80 WP, ALTO 100 SL, NIMROD 250 EC, RUBIGAN 120 EC, SCORE 250 EC, dan fungisida yang baru-baru ini dilaunching di pasaran yaitu fungisida THIONIC 76WG.

Fungisida THIONIC 76WG untuk Hasil Panen Apel yang Lebih Baik

Fungisida THIONIC 76WG, adalah fungisida kontak dan protektif yang berbahan aktif Ziram 76%. Fungisida ini di formulasikan dengan teknologi lebih advance dengan bentuk butiran yang sangat halus (WG, wettable granule). Meskipun formulasinya berbentuk butiran, namun jika dilarutkan dalam air akan segera larut tanpa pengadukan sama sekali. Video bentuk formulasi fungisida Thionic 76 WG seperti berikut :

Berdasarkan hasil demo produk di daerah Kebonkebek, Tutur, Pasuruan, Jawa Timur, Thionic 76WG tidak hanya memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit penting pada apel juga memberikan nilai tambah berupa pengendalian lumut pada batang dan ranting tanaman apel.

Dosis Thionic 76WG yang digunakan adalah 1 gr/liter atau 200 gram/drum (200 liter). Aplikasi terbaik Thionic 76WG adalah setelah terbentuknya buah (fruit setting) sampai dengan pembesaran (fruit development) yang diaplikasikan secara rutin setiao 7-10 hari sekali.

5 Keunggulan Aplikasi Thionic 76 WG

Keunggulan hasil aplikasi fungisida Thionic 76WG pada tanaman apel adalah :
1. Daun lebih hijau-biru, tebal, lebar dan lapisan kulir daun halus
2. Buah sehat, kulit lebih halus, dan terlihat cerah
3. Batang Bebas Lumut
4. Daun bebas dari serangan penyakit
5. Tumbuhnya banyak daun lancur yang sehat

Foto-foto hasil demo

thionic76wg_buah thionic76wg_daun-lancur thionic76wg_daun thionic76wg_lumut thionic76wg_penyakut

Fungisida Thionic 76WG adalah produk dari Taminco-Eastman, Belgia yang di Indonesia dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo. Produk ini baru saja diluncurkan dan khusus untuk tanaman buah-buahan seperti Mangga, Jeruk, dan Apel. Dosis rekomendasi sesauai dengan label adalah 2 gram/liter, namun dengan menggunakan dosis setengahnya saja, sudah memberikan hasil yang siginifikan. Jika memerlukan fungisida Thionic 76WG bisa kontak penulis disini.

Cara Pengendalian Burung Pipit Pada Padi

Cara Pengendalian Burung Pipit Pada Padi

Salah satu hama tanaman padi yang kadang menyulitkan petani adalah serangan burung pada masa padi mulai menjelang panen. Jenis burung yang mengganggu adalah burung pipit, atau di beberapa daerah biasa disebut dengan burung emprit (Lonchura leucogastra). Jumlahnya bisa mencapai ribuan ekor dan menghabiskan bulir padi yang siap panen dalam waktu singkat. Banyak petani yang gagal panen atau kerugian besar saat panen. Kerugian yang dialami petani akibat serangan hama pengganggu burung pipit bisa mencampai 15 – 50 persen.

Berbagai cara dilakukan petani untuk bisa melawan burung pipit yang biasa dipakai petani untuk melawan burung pipit, meskipun terkadang hasilnya kurang efektif.  Pengendalian bisa bersifat mekanis dengan menggunakan alat-alat yang bisa pengusir burung atau secara biologis dengan menggunakan bahan-bahan tumbuhan atau buah-buahan yang “berbau” dan juga bisa secara kimiawi.

Pengendalian Burung Pipit Secara Mekanis

Petani biasanya menggunakan cara berikut untuk mengendalikan burung pipit :

1. Penggunaan orang-orangan sawah (sunda = bebegig) yang dilengkapi dengan tali-tali plastik dan kaleng bekas.

2. Menggunakan pita kaset yang diikat secara horisontal di seluruh penjuru sawah dilengkapi dengan kain yang dibuat seperti pita dari lembaran plastik atau karung pupuk bekas.

3. Membuat kincir angin dilengkapi kaleng sebagai sumber bunyi.

4. Menggunakan jaring. Jaring bekas dipasang di sawah dengan menancapkan beberapa bambu sebagai tiang di pematang sawah, kemudian mengikat jaring di bambu tersebut dan membetang. Cara ini bisa cukup efektif namun harganya relatif lebih mahal.

5. Menggunakan plastik mengkilap berukuran panjang yang dipasang di sawah. Plastik ini bermanfaat untuk memantulkan sinar matahari yang akan membuat silau burung pipit sehingga mereka tidak mendekati padi yang sedang menguning.

6. Mempergunakan kepingan CD atau DVD bekas. Caranya, tancapkan kayu dengan diameter sekitar 5 cm dengan tinggi sekitar 15 cm di atas pucuk tanaman padi. Di atas tiang tersebut dipasang kepingan CD ataupun DVD bekas, dengan bagian yang bisa memantulkan cahaya menghadap matahari. Burung pipit akan silau ketika mendekati lahan sawah.

7. Membuat layang-layang menyerupai burung elang yang terbuat dari plastik bekas warna hitam, atau menggantung beberapa burung elang mainan anak yang banyak dijual di pasar. Cara ini terbukti efektif mengusir burung pipit.

8. Menggunakan Bambu bekas ajir atau membuat sendiri dengan panjang 2 meter secukupnya yang dicat berwarna merah

Pengendalian Burung Pipit Secara Biologis

Pengendalian secara biologis dapat menggunakan bahan tanaman atau buah-buahan yang difermentasi dan semprotkan pada tanaman padi.

9. Menggunakan rendeman buah jengkol. Jengkol diredam beberapa hari, setelah keluar bau menyengat jengkol dan air rendaman dimasukkan ke dalam botol dan diletakan di beberapa sudut sawah. Bau menyengat jengkol akan mengusir burung pipit dari sawah.

10. Menggunakan  buah serut. Buah serut dicuci bersih, ditumbuk sampai halus, dan direndam dalam air sekitar 24 jam, dengan perbandingan 3 kilogram buah serut dan 10 liter air. Buah serut itu disaring dengan kain kasa. Formula itu lalu disemprotkan pada tanaman padi dua kali seminggu. Bisa juga dengan menyemprotkan larutan umbi gadung dan brotowali.

Pengendalian burung pipit secara manual dapat dilihat pada video berikut:

Pengendalian Burung Pipit Secara Kimiawi

Namun jika ingin menggunakan cara yang lebih praktis, bisa juga menggunakan pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan pestisida.

11. Menggunakan insektisida dengan berbahan aktif dimehypo. Penggunaan dengan insektisida ini, efek yang ditimbulkan jika burung tersebut makan padi, bisa dipastikan burung tersebut mati. Sehingga padinya sudah dimakan terlebih dahulu, baru predatornya mati. Penggunaan insektisida dimehypo tidak dianjurkan dan kurang efektif.

12. Menggunakan fungisida Tiflo 80WP.

Fungisida Tiflo 80WP untuk Pengendalian Burung

Tiflo 80WP adalah fungisida yang bersifat kontak dan bekerja secara protektif dengan bahan aktif Thiram 80%. Tiflo diproduksi oleh Taminco-Eastman, Belgia yang di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Berdasarkan The Pesticide Manual 15th Edition, A World Compendum. BCPC, bahan aktif Thiram itu selain berfungsi sebagai fungisida juga memiliki efek bird repelent, mampu menolak/mengusir burung.  Burung tidak mau makan padi karena “bau”nya, sehingga burung tidak selera untuk memakannya.

Untuk membuktikan bahwa Tiflo 80WP mampu mengusir burung, bisa dicoba dengan memberikan makanan (padi) yang dicampur dengan Tiflo pada burung pipit (yang biasa diperdagangkan untuk anak-anak).  Burung pipit tersebut tidak mau makan padi tersebut.  Sehingga pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan TIFLO 80WP lebih ramah lingkungan tanpa menyebabkan kematian pada burung pipit.

Burung pipit biasanya menyerang tanaman padi mulai fase pengisian (60 HST) sampai dengan pemasakan (80-100 HST) tergantung dari varietasnya.  Penggunaan Tiflo 80WP untuk mengendalikan hama burung bisa mulai dari umur-umur tersebut.

Dosis yang dipakai sebanyak 2-4 gram/liter, atau 2-4 sendok makan per tangki ukuran 16 liter.

Penyemprotan Tiflo 80WP secara rutin hingga menjelang panen (7-10 hari sebelum panen), selain burung dapat diatasi juga efek lainnya adalah padi terhindar dari serangan penyakit-penyakit seperti blas (patah leher, Pyricularia oryzae), penyakit hawar daun (Xanthomonas campestris), penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani), penyakit bercak coklat sempit (Cercospora janseana).

Pada dasarnya fungisida Tiflo adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan beberapa penyakit pada tanaman padi. Tiflo dapat diaplikasikan mulai dari awal perendaman benih hingga 7-10 hari menjelang panen.

Lihat juga : Review : Fungisida Antracol 70WP, Dithane M45 80WP, Ziflo 90 WP, Tiflo 80WP 

Demikian ulasan pengendalian burung pipit secara kimiawi dengan fungisida Tiflo 80WP, semoga bermanfaat. Fungisida Tiflo 80WP sudah dijual di kios-kios pertanian terdekat atau dapat menghubungi penulis disini.

Kini Ziflo 3 Aksi, Saatnya Beralih ke Ziflo 90WP Plus Zn++

Kini Ziflo 3 Aksi, Saatnya Beralih ke Ziflo 90WP Plus Zn++

Ziflo 90 WP adalah fungisdia yang bebahan aktif ziram dengan kandungan sebesar 90%. Fungisida ini satu-satunya di Indonesia yang original dari pemegang paten pertama kalinya, yaitu Taminco, Belgia.

Ziflo 90WP adalah fungisida yang bekerja secara kontak dan protektif. Cara kerja fungisida ini dengan cara menghambat perkecambahan spora dan pertumbuhan myselia serta respirasi jamur sehingga jamur tidak berkecambah dan pada akhirnya mati.

Berbagai jenis jamur yang dapat dikendaikan oleh Ziflo 90WP adalah :

  • Bawang merah : penyakit bercak ungu Alternaria porri (Penyemprotan volume tinggi : 3 g/l)
  • Bawang putih : penyakit bercak ungu Alternaria porri (Penyemprotan volume tinggi : 2 – 4 g/l)
  • Cabai merah : penyakit bercak daun Cercospora capsici, antraknosa Colletotrichum capsici (Penyemprotan volume tinggi : 1 – 2 g/l)
  • Kentang : penyakit busuk daun Phytophthora infestans (Penyemprotan volume tinggi : 4 – 8 kg/ha)
  • Padi : penyakit hawar pelepah Rhizoctonia solani, penyakit bercak coklat sempit Cercospora janseana (Penyemprotan volume tinggi : 2 – 3 g/l)
  • Padi : penyakit blas Pyricularia oryzae (Penyemprotan volume tinggi : 4 g/l)
  • Padi : penyakit hawar daun Xanthomonas campestris (Penyemprotan volume tinggi : 3 g/l)
  • Tomat : penyakit busuk daun Phytophthora infestans (Penyemprotan volume tinggi : 1 – 2 g/l)

Ziram yang terkandung dalam Ziflo 90WP memiliki keunikan dibanding dengan fungisida lain. Keunikan tersebut adalah dapat berfungsi sebagai pengatur tumbuh (zat pengatur tumbuh (ZPT)).

Unsur mikro yang terkandung dalam Ziflo 90WP adalah Zinc (seng). Dengan adanya Zinc dalam Ziflo maka tidak mampu mengendalikan penyakit dan jamur semata, namun juga mampu menstimulasi hormon-hormon penting dalam pertumbuhan tanaman.

Fungsi Zn pada tanaman adalah :
– menstimulasi terbentuknya hormon pertumbuhan yang penting.
– mengoptimalkan produksi enzim yang berguna bagi tanaman khususnya enzim yang berperan dalam proses fotosintesis
– mengoptimalkan pembentukan klorofil
– mengoptimalkan pembentukan pati (glukosa) dan mengubahnya menjadi karbohidrat, protein dan lemak
– mengoptimalkan pembentukan akar

3 Aksi Ziflo 90WP pada Tanaman Padi

Pada tanaman padi, Ziflo 90WP selain untuk mampu mengendalikan penyakit hawar pelepah dan bercak coklat sempit, dan juga efektif untuk mengendalikan penyakit BLAS atau patah leher (Pyricularia oryzae), BERCAK DAUN serta juga KRESEK yang disebabkan oleh bakteri.

Dosis penggunaan Ziflo 90WP untuk tanaman padi 2 gr/liter air atau 30 gram/tangki atau sekitar 3 sendok makan per tangki ukuran 15 liter. Penggunaan Ziflo 90WP pada tanaman padi bisa dimulai dari awal semenjak di persemaian, fase vegetatif, fase generatif, sampai akhir atau 1 minggu sebelum panen.

Karena Ziflo 90WP adalah fungisida kontak dan potektif maka penggunaannya dianjurkan sebelum penyakit itu datang dan lebih intensif untuk menghasilkan pengendalian yang lebih efektif. Pengaplikasian dimasa-masa mendekati panen bisa dilakukan karena Ziflo 90WP juga sebagai bird repelent (pengusir burung).

Aplikasi Ziflo 90WP terhadap tanaman padi akan mulai terlihat diminggu pertama setelah penyemprotan. Daun akan terlihat lebih hijau dari sebelumnya. Daun bendera sampai akhir mendekati panen akan terlihat masih berwarna hijau segar dan pada akhirnya pengisian bulir terus berlangsung. Inilah efek dari kandungan Zn yang terkandung di dalam Ziflo yang membantu mengoptimalkan pembentukan klorofil daun. Batang tanaman padi juga lebih keras (akas, tegak) karena akarnya lebih berkembang dan tekanan turgor sel-sel dalam tanaman meningkat.

Beberapa penyakit penting seperti kresek dan blas secara tidak langsung dapat tertekan serangannya. Hal ini disebabkan Zn yang mampu menstimulasi pembentukan hormon-hormon penting tanaman sehingga tanaman memiliki “anti bodi” yang lebih kuat untuk menekan penyakit dan bakteri kresek.

Sehingga secara keseluruhan penggunaan Ziflo pada tanaman padi, memiliki 3 Aksi, yakni sebagai fungisida, sebagai zat pengatur tumbuh (zpt), dan juga bisa berfungsi sebagai bakterisida.

Ziflo 90WP adalah produksi dari Taminco-Eastman Chemical, di Indonesia dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo. Jika memerlukan informasi lebih lanjut mengenai Ziflo 90WP bisa hubungi disini.